67. Kebangkitan Elvaroz

2K 136 52
                                    

"NESKA! MAURA!" teriak Arsen. Ia panik melihat pagar yang terbuka. Arsen masuk kedalam rumah. Dilihatnya seperti tidak ada orang disana. Ia mengecek seluruh kamar tetapi ada satu pintu yang dikunci. Arsen sangat tau ini kamar Neska. Arsen semakin curiga saat mendengar suara rintihan dari dalam kamar. Berkali-kali ia menendang pintu sampai akhirnya pintu itu terbuka paksa.

"MAURA!" Matanya membulat melihat Maura tertidur dilantai. Ia lalu mengangkat tubuh Maura untuk bangun. Kening perempuan itu terluka. Ada darah yang mengalir disana sampai dagu.

Ia melihat sekeliling. Kemana orang-orang yang diperintahkan untuk menjaga mereka? Dan yang lebih penting lagi, Neska dimana? Kenapa perempuan itu tidak ada disini?

"Ra!" Arsen menepuk pelan pipi Maura. "Bangun, Ra."

Perlahan kedua mata Maura terbuka. Ia mengerjap. "K-kak Arsen..."

Maura mencengkram jaket Arsen dengan gemetar.

"Neska mana?! Kenapa cuman ada lo doang disini?! Bukannya sama anak aeros tadi?!" tanya Arsen panik.

"Alex... Alex bawa kabur Neska, Kak."

Sial. Gue terlambat.

Tap! Tap! Tap! "NESKA! MAURA-" panggilan Leo terhenti. Cowok itu terkejut melihat apa yang ada dihadapannya.

Reynard dan Randy berlarian menuju Maura. "Maura, kenapa bisa?!" tanya Reynard panik.

"Untung lukanya gak terlalu parah," ujar Randy.

Maura menangis. Tubuhnya gemetaran. Ia jadi teringat, "Pandu ada dikamar mandi... Lukanya pasti lebih parah..." ucap Maura lemah.

Randy bangkit berdiri. Ia membuka knop pintu. "Holy shit! Telpon ambulans sekarang, Rey."

Randy mengeluarkan sapu tangan lalu menekan luka di perut Pandu yang sudah tidak sadarkan diri. Mukanya pucat seperti mayat. Pandu seperti mandi darah. Banyak darah di sekitar lantai kamar mandi itu.

Leo memicingkan matanya. Luka di perut itu... Tidak salah lagi. Hanya Alex yang berani melakukannya.

Tidak lama kemudian, Arga, Regan dan yang lainnya berdatangan. Percuma saja mereka sudah sangat telat. Mereka menunduk kesal. Berbagai sumpah serapah diucapnya dalam hati.

Arga orang yang paling menyesal. Dialah yang meminta Pandu untuk menjaga Neska dan Maura. Seharusnya ia tahu bahwa Alex akan datang kesini secara langsung tanpa mengerahkan anak buahnya. "Ma-maaf, Bang. Gue salah-"

Arsen memegang pundak Arga, "Setidaknya lo semua sampai dengan selamat."

***

Mobil ambulans baru saja pergi. Leo, Arsen, Reynard dan Randy menatap kepergian mobil itu. Kali ini Maura akan aman karena Arsen sudah menyuruh anak buahnya untuk menjaga. Siapa pun termasuk anggota Lexis tidak akan bisa menembus perlindungan yang sudah Arsen kirim.

"Bangsat! Kalau tadi kita bertiga gak dihadang dijalan pasti kita udah sampai lebih dulu," ujar Reynard kesal. "Seharusnya lusa tetapi kenapa mereka nyerang sekarang?!"

"Kenapa juga kita harus reunian setelah sekian lama karena kembalinya Alex?!" dumel Reynard lagi.

Randy melirik Arsen yang terdiam, "Tapi kalau Alex udah disini berarti Axel sama Vian berhasil dilewatin." Randy memijit pelipisnya, "Padahal Vian ketua aeros seharusnya bisa handle-"

"Lo jangan remehin bawahan gue, Ran." Arsen memegang bahu Randy. Ia sedikit memperkuat pegangannya, menekan bahu Randy.

"Lagipula sebenarnya kita itu satu. Lo lupa? Atau lo udah terbiasa dengan sebutan cavella, hm?"

AthalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang