58. Itu Gue Bukan Dia

1.8K 75 29
                                    

"Kalau kamu tidak dicari, itu tandanya kamu tidak berarti dimatanya."

Bel istirahat berbunyi. Athalas dan kawan-kawan hendak pergi ke kantin. Entah kenapa murid-murid berlari berlawanan arah. Mereka berbondong-bondong sambil berbisik. Tampaknya ada sesuatu yang menarik perhatian mereka.

Chuang menghadang salah satu siswa yang ia sendiri tak tahu kelas berapa, "Ada apaan?"

"I-itu bang lagi ada yang berantem di lapangan,"

"Siapa?" tanya Bagas.

"Katanya Syenn sama Neska, Bang."

"Emangnya gara-gara apaan?" celetuk Emil.

Belom sempat laki-laki itu menjawab, Athalas berjalan cepat mengikuti orang-orang. Teman-teman Athalas juga mengikutinya dari belakang.

Sesampainya disana, benar saja. Syenn tengah memojokkan Neska didepan semua orang. Reaksi Neska hanya diam saja, tak berkutik. Berkali-kali didorong oleh Syenn, Neska tetap diam. Emosi Athalas menjadi naik. Ia menghampiri Syenn lalu mendorongnya.

"Lo apa-apaan, hah?!"

"Athalas?" Syenn panik. "Dia duluan yang mulai. Dia dorong aku. Aku gak ngapa-ngapain seriusan. Kalau kamu gak percaya, kamu bisa tanya teman-teman aku,"

Buat apa juga gue dorong dia. Gumam Neska.

Athalas melirik Kamila, Gebbi dan Aleta. Tiga perempuan itu mengangguk. Tentu saja karena mereka sahabatnya. Jadi sudah pasti dimata mereka, Neska lah yang salah.

Athalas berbalik, "Ini kenapa? Kenapa kamu diam doang?"

Neska mendorong Athalas agar tidak menghalanginya berhadapan dengan Syenn, "Minggir. Ini bukan urusan lo,"

"Gimana bukan urusan gue?!"

"Gue lagi ada urusan sama calon tunangan lo-"

Athalas mencengkram pergelangan tangan Neska, "Gue bukan calon tunangan dia! Gue maunya sama lo! Harus berapa kali gue bilang!"

"Kamu gak anggep aku, Las?" tanya Syenn lesu.

"Mana pernah sih gue anggep lo! Sadar diri lah jadi cewek!"

"Aku gak akan segan-segan keluarin dia ya dari sekolah!" sarkas Syenn.

Neska tidak kaget. Lagipula ia telah memperhitungkan resiko yang akan diterimanya. Ia tidak peduli lagi dengan sekolahnya. Mau di drop out pun, ia sudah siap. Mamanya saja telah mengingkari janjinya. Jadi apalagi yang harus ditakutkan?

"Silahkan. Gue gak peduli sama sekali," balas Neska.

Athalas melotot mendengarnya. Syenn jadi menyeringai, "Oh lo nantangin gue? Gue bisa bikin lo gak diterima disekolah manapun. Lo gak takut memangnya?"

"Lo gak usah nyari gara-gara!" ancam Athalas.

"Tapi dia duluan-"

"Berisik! Gue yang punya keputusan disini! Lo diam aja!"

"Aku marah sama kamu ya, Las!" sentak Syenn.

"Bodo amat gue gak peduli," Athalas menarik Neska untuk pergi dengannya. Orang yang ditarik itu diam saja mengikuti dari belakang.

Athalas berhenti tiba-tiba. Ia menarik napasnya dalam-dalam, memejamkan matanya lalu dihembuskan perlahan. Neska yakin Athalas pasti akan marah padanya. Ketahuan sekali raut wajah yang kesal itu. Athalas berbalik menatap perempuan itu.

Neska langsung mengalihkan pandangannya. Tidak ingin menatap Athalas.

"Mau marah, ya marah aja," ketus Neska. "Gue terima semua omelan lo. Gue tau lo pasti belain tunangan lo itu. Cepetan kalau mau marah! Lama banget sih."

AthalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang