56. Perihal Kita

1.8K 79 39
                                    

Sore ini Neska tengah menunggu seseorang di café. Seharusnya laki-laki itu akan datang sebentar lagi. Neska bermain dengan ponselnya sembari menunggu. Ia jadi teringat kejadian tadi saat Athalas terus menerus mendekatinya. Sejujurnya didalam lubuk hati Neska yang paling dalam, ia senang tetapi kenyataan bahwa laki-laki itu sudah memiliki calon tunangan membuat Neska menutup mata.

"Nes,"

Neska mendongak saat mendengar panggilan seseorang. "Tumben lo ajak gue ketemuan. Ada yang mau dibahas ya soal Athalas?" tanya Pano. Laki-laki itu duduk di kursi depan Neska. Ia masih menggunakan seragam sekolah.

Neska langsung berdiri membuat Pano bingung. Padahal dirinya baru saja sampai. "Gue mau ajak lo ke suatu tempat."

"Kemana?"

"Nanti lo akan tau sendiri,"

"Sebentar dulu, gue gak paham. Kita mau kemana?" tanya Pano. "Lo gak berniat buat move on ke gue setelah putus dari Athalas kan?"

Neska menoleh menatap Pano. Pano mengernyit karena tatapan Neska seperti orang yang ketakutan. "Lo kenapa dah? Temen gue ngapain lo lagi?"

Neska menggeleng. "Kalau gue kasih tau lo semuanya apa yang gue tau tentang Jessi. Lo siap?"

***

"Kenapa malah kesini?"

"Ikut aja," Neska melepaskan seatbelt lalu turun dari mobil. Mereka ada di basement rumah sakit.

Pano mengikuti Neska dari belakang. Mereka berdua masuk kedalam. Perasaan Pano tidak enak. Cowok itu menarik lengan Neska agar berhenti melangkah, "Sebentar, katanya mau ke tempat Jessi. Terus kenapa malah kesini?"

Melihat Neska yang tak kunjung menjawab. Pano jadi kesal sendiri, "Kita mau ngapain disini? Kerumah sakit ibu dan anak segala," tanya Pano. "Oh! Jangan-jangan lo dihamilin Athalas? Si bangsat tuh cowok gak mau tanggung jawab."

"Bu—"

"Wanjeng! Gak bisa ini," Pano mengeluarkan ponselnya. Sepertinya laki-laki itu berniat untuk mengabari teman-temannya. "Woi, si Athalas hamil—"

"JESSI ADA DI DALAM SANA!" tunjuk Neska kesal ke arah ruangan yang berada di pojokan lorong itu.

"Hah?! Jadi siapa yang hamil— eh? Hah? Jessi?"

Ponsel Pano terjatuh dari genggaman tangannya. Raut wajahnya berubah drastis. Dahinya mengerut. "Ngomong apa lo barusan?" tanya Pano.

Mata Neska memerah. Rasanya ingin menangis. Tetapi ia harus tetap memberi tau Pano yang sebenarnya. "Sorry gue baru kasih tau sekarang. Jessi hamil, Pan."

Pano menarik kerah Neska, mencengkramnya dengan kuat lalu membenturkannya ke dinding. "Lo boong kan, Nes?!" tanyanya geram. "BILANG SAMA GUE KALAU SEMUA YANG LO OMONGIN ITU BOONG!"

Neska memejamkan matanya. Detik itu juga air matanya mengalir. Pano seketika mundur beberapa langkah. Ia menyugar rambutnya kebelakang. Tidak mungkin. Pikirnya. Jelas-jelas ia sudah mencari Jessi kemana-mana tetapi tidak pernah ketemu. Siapa sangka ternyata perempuan itu ada di rumah sakit ibu dan anak?

Neska menunduk. Ia tau pasti Pano sangat terpukul. Pano berjalan menuju ujung lorong dengan lemas. Ia terdiam menghadap jendela ruangan itu. Dilihatnya seorang perempuan yang tengah terbaring dengan menggunakan alat bantu pernapasan.

Neska menghampiri Pano lalu berdiri disebelah cowok itu, "Gue baru tau sekitar seminggu yang lalu. Sorry baru kasih tau sekarang."

Tangan Pano menyentuh pintu ruangan itu. Hatinya sangat sakit melihat wanitanya terbaring disana. Apalagi dalam keadaan hamil. Ingin rasanya ia memeluk perempuan itu tetapi rasa marahnya ini membuatnya seakan-akan lupa dengan segalanya. Ia berniat untuk mencari laki-laki itu. "Siapa yang tega ngelakuin ini ke cewek gue?"

AthalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang