59. Mimpi Buruk

1.7K 73 15
                                    

Neska berjalan memasuki jajaran ruangan VIP

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Neska berjalan memasuki jajaran ruangan VIP. Semua anggota cavella yang berada di luar langsung menyapanya. Matanya mencari Athalas tetapi laki-laki itu tidak disana. Neska hanya membalas dengan senyuman lalu masuk kedalam kamar Jessi. Ternyata didalam sana sudah ada Lani, Maura, Kalin dan Hasna.

"Lo bilang kita jangan telat, tapi lo sendiri yang telat," dumel Hasna.

"Iya, sorry. Tadi ada urusan sebentar."

Neska menghampiri Jessi, "Gimana kabar lo? Maaf ya udah ngasih tau Pano tanpa ijin lo."

"Gapapa. Gue yang minta maaf sama lo. Gue udah repotin."

Neska menggeleng, "Lo sama sekali gak repotin gue kok."

"Neska," panggil Pano membuat Neska berbalik. "Bisa ngomong sama lo sebentar?"

Neska mengangguk lalu mengikuti Pano dari belakang. Saat mereka berdua keluar dari ruangan, Neska langsung bertanya, "Lo gapapa? Udah lama gak masuk sekolah."

Pano mengangguk pelan, "Gue baik-baik aja. Ada beberapa yang harus gue urus jadi gak bisa masuk sekolah,"

"Oh gitu, terus apa yang mau lo omongin ke gue?" tanyanya lalu sedikit melirik thander dan kawan-kawan yang terduduk dikursi dekatnya.

"Gu-gue..."

"Kenapa? Ada masalah sama Jessi?"

Tiba-tiba Neska membelalak melihat Pano berlutut didepannya. Neska sontak mundur, "Hah? Lo ngapain?!" teriak Neska kaget. "Bangun gak lo?!" bentaknya.

Neska menoleh ke arah anggota cavella. "Ini kenapa temen lo?!" Neska mengernyit melihat mereka semua yang juga terdiam, seolah sudah tau apa yang akan dilakukan Pano.

Pano masih berlutut. Laki-laki itu enggan berdiri. Ia tidak peduli meskipun harus berlutut didepan seluruh sahabatnya. "Makasih, Nes, selama ini lo udah jaga Jessi. Gue berhutang banyak sama lo."

"Hah? Gue Cuman jaga Jessi selama seminggu doang kok."

"Itu juga udah berarti bagi gue. Makasih banyak."

"Ya... Ya iya tapi kenapa lo harus berlutut segala? Lo gak malu depan teman-teman lo gini? Bangun cepetan!"

"Gue berlutut bukan buat terimakasih."

"Lah terus? Gue gak suka lo berlutut gini. Cepetan berdiri. Kita ngobrol-"

"Dengerin aja, Nes. Banyak hal yang mau Pano omongin sama lo," ujar Bagas.

"Ya tapi-"

"Neska," ucap Bagas serius.

Neska tidak mengerti. Kenapa serius begitu? Neska diam menunggu Pano berbicara.

"Gue gak pernah berlutut didepan orang yang umurnya dibawah gue, jadi ini pertama kalinya," ucap Pano.

Saking deg-degannya Neska sampai keringat dingin. Pano tidak pernah berbicara dengan raut wajah yang serius seperti ini. Bahkan sampai berlutut didepannya. Untuk apa?

AthalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang