༼ つ ◕‿◕ ༽つ
🅷🅰🅿🅿🆈 🆁🅴🅰🅳🅸🅽🅶!°°°
SENIN. Sungguh Neska sangat membenci hari Senin karena sangat jauh dari hari sabtu dan minggu. Ditambah jalanan yang padat penuh dengan klakson dari para pengendara motor dan mobil yang tidak sabaran. Jejak hujan semalampun masih berbekas pada ujung daun yang hijau disertai beberapa genangan air di jalanan. Untung saja hari ini tidak ada upacara.
Selama di perjalanan menuju sekolah, Maura terus menggerutu lantaran angkot yang sedang ia tumpangi bersama Neska terjebak macet.
"Bang, nggak bisa terbang aja gitu angkotnya?" celetuk Maura.
"Kalau bisa mah udah saya terbangin nih angkot dari tadi, Neng."
Neska dan Maura memutuskan untuk turun lalu berlarian ke arah gerbang sekolah yang sudah tidak terlalu jauh. Lima menit lagi, gerbang itu pasti akan ditutup. Neska mendengus sebal, "Lo sih, Ra, mandinya kelamaan."
"Maap banget anjir! Makanya cepet lari bentar lagi gerbangnya mau ditutup," balas Maura yang napasnya terdengar tergesa-gesa. Perempuan itu memperlambat langkah kakinya ketika masuk ke gerbang sekolah.
Tinggal beberapa langkah lagi, Neska juga akan sampai di pintu gerbang sekolah. Tetapi ada seseorang yang menghadangnya sehingga ia berhenti melangkah.
Noval. Ya, cowok itu sedang berdiri didepannya seorang diri. Neska melihat penampilan cowok itu dari atas hingga bawah. Tidak rapi dan tidak berantakan juga dengan seragam atas yang tidak dimasukkan. Hanya saja, terdapat banyak lebam di wajahnya. Cukup parah. Kenapa bisa?
"Mau apa?" tanya Neska.
"Mau liat lo."
"Nggak waras?"
Noval tertawa, "Pedes amat omongan lo."
"WOI, CEPETAN MASUK. MAU TELAT LO, NES?!" teriak Maura dari dalam gerbang sekolah.
"Aduh, Pak Ujang jangan ditutup dulu. Temen saya kan belom masuk!" ujar Maura menahan gerbang yang hampir ditutup itu.
Neska kembali berlari masuk ke dalam gerbang sekolah. Masa bodo, gue kacangin. Lagian nggak jelas.
"Noval ngapain ngajak ngomong lo?"
Neska mengedikkan kedua bahunya, "Nggak tau." ujarnya tidak peduli. "Masuk ke kelas, ayok!"
"KALIAN BERDUA!"
Neska dan Maura berbalik mencari teriakan itu. Seketika mereka membeku melihat Bu Lusi menghampiri mereka dengan raut wajah menakutkan.
"Sekarang juga kalian masuk ke barisan disana!" tunjuknya ke arah lapangan dimana setiap pagi biasanya yang berkumpul disana merupakan murid-murid yang bermasalah, entah itu telat, tidak menggunakan atribut lengkap, dan lain-lain.
"Loh? Kenapa, Bu? Kita kan nggak telat," ujar Maura tidak terima.
"Iya, Bu. Kita masuk sebelum bel," tambah Neska.
"Kalian emang nggak telat. Tapi kalian nggak pakai atribut yang lengkap! Hari ini senin. Wajib memakai dasi!" bentak Bu Lusi yang memegang kemoceng berbulu coklat di tangannya.
Neska menepuk jidat dan baru sadar bahwa ia tidak memakai dasi. Aduh, gue lupa!
"Dan kamu Maura! Ibu sampai hafal sama nama kamu karena kamu selalu saja ada di buku pelanggaran. Kenapa kamu tidak pakai ikat pinggang?!"
"Bu, rok saya ini nggak kebesaran. Jadi nggak perlu pakai ikat pinggang."
"Tapi ikat pinggang itu termasuk atribut wajib dalam berpakaian!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Athalas
Teen Fiction"Cantik doang nggak akan gue kejar. Lo menarik baru gue kejar." Athalas Ganendra, cowok super duper cuek mampus dengan segudang prestasi di SMA Tunas Bangsa. Mulai dari akademis sampai non akademis pun disikat habis olehnya. Lelaki idaman yang tidak...