69. Apa Ini Akhir?

2.4K 122 88
                                    

"Aku tak mau apapun dan aku tak mau melakukan apapun. Aku hanya ingin menghilang. Seperti tidak pernah ada di dunia."

***

BUGH!

Athalas menendang salah satu musuh yang berani menyerangnya pertama kali. Saat ini ia harus mengalahkan Raka terlebih dahulu. Jika bukan dia, tidak ada seorangpun yang dapat melawan lelaki yang pernah bertarung dengannya.

Alex dan Raka berada di posisi belakang sehingga Elvaroz harus melawan anggota Lexis terlebih dahulu. Lelaki bertubuh cukup kekar menghadang Athalas. Orang itu berniat memukul perutnya tetapi Athalas dengan mudah mengetahui arah pukulannya sehingga bisa ditangkis.

Seseorang dari arah samping berlari kearahnya sambil membawa balok kayu. "Bodoh," gumam Athalas.

Dengan sorot mata yang tajam, Athalas menendang pergelangan tangan musuh. Balok itu terjatuh. Athalas langsung memukul wajah laki-laki itu. Ia kembali fokus pada musuh yang berniat memukul perutnya tadi. Sepertinya pria ini cukup pintar berkelahi. Mungkin.

Athalas dengan tangan kosong melawan orang yang menggunakan karambit. Menurutnya tidak jadi masalah selama laki-laki itu tidak menggunakan pistol atau senjata jarak jauh lainnya. Athalas menghindar saat karambit itu dilayakan ke arahnya lalu menendang dagu pria itu sampai terdengar suara. Mungkin tulang lehernya patah.

Athalas tidak ingin mengotori tangannya hanya untuk melawan anggota Lexis. Ia percaya dengan teman-temannya bahwa mereka mampu menyelesaikan sendiri.

Tiba-tiba dari arah kiri ada musuh yang ingin menyerang Athalas lagi. Dalam sekejap mata, seseorang telah mengunci leher anggota Lexis itu dan menekannya kuat. Jika telat sedikit saja pasti Athalas akan bertindak. Tapi tidak perlu karena ada sahabatnya yang selalu mengamati keadaan.

"Hampir aja. Bego lo, Las. Bukannya ngehindar atau apa kek! Malam diam kayak orang bloon." Thander terkekeh.

Athalas menyunggingkan bibirnya. Sepertinya Thander menikmati pertempuran ini. Bukan hanya Thander, tapi semua anggota Cavella. Athalas tau mereka semua memang doyan sekali memukul orang. Athalas tidak ingin meremehkan lexis karena seperti yang dikatakan Leo bahwa anggota Lexis merupakan orang-orang terlatih.

Disisi lain, Vian dan anggotanya juga menghajar semua musuh yang ada di hadapannya. Ia memang tidak sebanding dengan Athalas tetapi ia tidak boleh menyerah. Untuk Neska, ia harus mengalah meskipun direndahkan oleh Athalas tadi. Memang benar semua ucapan Athalas. Ia hanya bisa melawan anggota Lexis saja.

Leo, Arsen, Axel, Rezon, Reynard dan Randy lihai menghadapi musuhnya masing-masing. Mereka sudah tau tentang pergerakan musuh dalam menyerang sehingga mereka tidak begitu kewalahan. Tetapi tetap saja musuhnya itu memiliki tenaga yang sangat kuat mengingat Lexis merupakan satu-satunya lawan yang sebanding dengan Elvaroz.

Di pinggiran, Bagas melawan musuh yang menggunakan karambit. "Lawan lo aja gak bawa senjata apa-apa," ucap Bagas. "Tapi bohong," ucap Bagas cengengesan. Ia mengeluarkan sebuah karambit juga dan langsung menyerang.

"Masih bisa bercanda si Bagas tolol!" oceh Emil.

"Jangan bercanda. Ini Lexis bukan Larvesta yang ecek-ecek," ucap Abraham.

Chuang memberi kode ke Abraham untuk membantu anggota mereka yang berada di arah jam 10. Terlalu banyak lawan mereka disana. Abraham mengangguk paham. Mereka berdua berlari menghampiri dan langsung mengambil alih beberapa musuh itu.

Chuang memiting leher lawan Chiko dengan lengannya. Ia lalu menggerakan lengannya ke samping. Alhasil terdengar suara patahan. Chuang membiarkan musuhnya itu terjatuh lalu memukul musuh lainnya. Chuang berdecak, "Jangan bikin malu klub judo kita lo, Chiko."

AthalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang