54. Pahit

2K 80 39
                                    

Athalas berjalan berdampingan bersama Neska di koridor sekolah. Neska canggung karena banyak orang yang melihat ke arahnya. Sudah lama sekali sejak terakhir kali mereka berjalan berdua. Disisi lain Athalas tampak cuek. Cowok itu kesal karena Neska memaksa untuk tetap pergi ke sekolah.

Sesampainya dikelas, Neska disambut oleh Maura, Kalin dan Hasna sedangkan Athalas menghampiri Alpret. Semua tampak seperti biasa saja sampai Syenn datang menghancurkan suasana pagi yang tenang itu.

"GAK TAU MALU LO YA!" teriak Syenn yang masuk ke XI IPA 2. "Masih aja mau deketin Athalas! Jadi cewek kegatelan amat!"

Maura berdiri didepan Neska, "Lo lihat siapa yang deketin duluan," seringainya.

"Ya Athalas gak akan deketin kalau tuh cewek gak caper!"

"Kayaknya lo susah banget buat terima kalau Athalas itu sekarang suka sama Neska," seru Hasna.

Syenn mengernyit, "Apa lo bilang?"

Athalas dengan cepat menarik tangan Syenn untuk ikut dengan dirinya. Mereka berdua keluar dari kelas XI IPA 2. Neska tidak mengucapkan satu patah kata pun. Ia hanya duduk lalu menidurkan kepalanya. Padahal masih pagi.

***

"Aduh! Sakit, Las," teriak Syenn tapi sayangnya Athalas tidak peduli. Cowok itu terus menariknya hingga ke tempat yang sepi. "Kamu kenapa, sih?!"

"Ini masih pagi dan lo udah buat keributan, hah?!" sarkas Athalas.

"Ya abisnya aku gak suka kamu berangkat bareng sama dia! Kamu kan udah selesai mainin dia terus kenapa tiba-tiba jadi deket lagi?!" tanya Syenn kesal.

"Bukan urusan lo!"

"Itu urusan aku juga!

"Lo sama gue gak ada hubungan apa-apa, Syenn,"

Syenn mengepal kuat tangannya. Geram dengan sikap Athalas. "Papa kamu udah pulang dari Amerika," Kalimat itu berhasil membuat wajah Athalas berubah drastis. Rahangnya mengeras.

"Aku rasa kamu gak lupa tentang apa yang akan papa kamu bicarakan sama keluarga aku setelah pulang dari amerika," ujar Syenn lagi dan Athalas tidak bisa menjawab.

***

BRAK!!!

"AYAMMM... AYAMMM..." teriak Emil terkaget-kaget.

Barusan Athalas menendang pintu kelas dengan kencang. Pintu itu sudah sering sekali Athalas tendang ketika mengamuk sampai-sampai tidak bisa dikunci lagi. Mungkin sekali lagi ditendang, pintu itu akan roboh olehnya.

Athalas mendaratkan bokongnya di tempat duduk. Ia memijit pelipisnya yang terasa pusing. "Kenapa orang itu balik, sih, bangsat?!" maki Athalas.

"Siapa?" tanya Thander.

Athalas berdecak. Untuk menyebut nama orang itu aja Athalas tidak bisa. Ia benar-benar benci dengan orang itu. Selama bertahun-tahun tidak ada kabar dan sekarang dia akan kembali untuk merusak kehidupannya.

"Kenapa si Athalas?" tanya Bagas pada Pano.

Pano bergedik lalu semuanya sontak menoleh ke Chuang. Cowok itu mengeluarkan ponsel dan tidak lama kemudian ia memberikan ponselnya itu pada teman-temannya.

 Cowok itu mengeluarkan ponsel dan tidak lama kemudian ia memberikan ponselnya itu pada teman-temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AthalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang