16. Aku Dan Kamu

2.6K 99 21
                                    

༼ つ ◕‿◕ ༽つ
🅷🅰🅿🅿🆈 🆁🅴🅰🅳🅸🅽🅶!

°°°

"Tuh! Dia udah dateng."

"Lo pada udah denger belom, sih?

"Gila ya padahal dia cewek."

"Cavella juga dipanggil pasti karena nolongin dia."

"Katanya cuman Kak Vano yang nggak dipanggil kepsek tapi dia kekeh mau ikutan."

Pagi yang sangat cerah ditambah dengan udara yang sejuk membuat mata ini rasanya enggan menatap kesana kemari. Mulut pun rasanya malas untuk berbicara, membuka saja sepertinya tidak mau. Neska melewati kelas demi kelas. Ia berjalan di lorong yang sudah sangat ramai dengan siswa-siswi lain. Hari ini, ia sedikit terlambat dari biasanya.

Neska menarik napasnya dalam-dalam dan mengembuskannya dengan kasar.

Ah! Bau gosip sialan.

Neska tetap berjalan dengan lesu, seluruh tubuhnya terasa lebih sakit dibandingkan semalam. Teriakan heboh memecah keheningan. Suara itu datang dari Maura yang berlarian ke arahnya.

"NESKA! NESKA! LO UDAH DENGER BERITANYA?"

Neska menatap Maura malas. Ia sangat ngantuk sekali hari ini karena baru tidur dua jam. "Berita apa?" jawab Neska tidak tertarik. "Nanti dulu, deh gosipnya. Gue mau ke kelas dulu."

"GIMANA BISA LO KE KELAS? LO AJA DIPANGGIL KE RUANG KEPSEK!" ujar Maura panik.

"HAH?!"

"Udah sana cepet temuin Pak Gunandar! Lo kenapa pake ikut berantem segala sih semalem?"

"Lo tau darimana?"

"Ya dari Thander lah!" jawab Neska sewot. "Udah ayok!" Maura menarik tangan Neska dan memaksanya untuk berlari.

Sesampainya didepan ruang kepsek sudah ada Kalin dan Hasna yang duduk didepan. Tidak lama kemudian, tepat sekali Athalas dan teman-temannya baru saja keluar dari ruangan kepala sekolah. Mereka terlihat sangat santai tetapi setelah melihat Neska, seketika raut wajah mereka berubah menjadi khawatir.

Tanpa mengatakan apapun, Neska masuk ke ruangan yang besar dan dingin itu. Di dalam sudah ada Pak Gunandar yang menatap tajam dirinya. Laki-laki dengan perut buncit dan berkumis itu sedang duduk di sofa. Tiba-tiba, ia menggebrak meja membuat Neska terkejut. Matanya seketika membulat—mendadak segar. Ia jadi tidak mengantuk lagi.

"Baru saja kemarin kamu membuat masalah dengan Syenn dan sekarang kamu ikut membuat masalah lagi dengan sekolah lain, Aneska?!"

Neska tidak tau harus mengatakan apa. Yang dibicarakan Pak Gunandar memang benar, ia berkelahi dengan anak dari sekolah lain. "Maaf, Pak."

"Maaf?" tanya Pak Gunandar. "Bawa orang tua kamu besok ke sekolah! Saya ingin bicara."

Mampus.

"Pak, saya mohon jangan panggil orang tua saya," pinta Neska memelas. Jika orang tuanya dipanggil sudah pasti akan terjadi pertengkaran dirumah nanti dan Neska sangat ingin menghindari itu. "Bapak bisa kasih saya hukuman apapun, asalkan jangan panggil orang tua saya, Pak."

"Baik. Kalau begitu, kamu tidak boleh mengikuti pelajaran pertama hingga akhir dan sebagai hukumannya kamu bersihkan gudang belakang sampai bersih!"

Nggak ikut pelajaran sampai pulang? Malah bagus dong, ya?"

"Baik, Pak!"

"Saya peringatkan! Jika sekali lagi kamu membuat masalah, maka saya akan memberikan kamu surat peringatan dan sanksi yang tegas!"

AthalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang