21. Rambut Singa

1.7K 88 20
                                    

༼ つ ◕‿◕ ༽つ
🅷🅰🅿🅿🆈 🆁🅴🅰🅳🅸🅽🅶!

°°°

Athalas dan teman-temannya berjalan memasuki area kantin yang masih sangat sepi. Setengah jam lagi pasti kantin ini akan langsung ramai. Oleh karena itu, Athalas lebih memilih untuk istirahat duluan. Ia memesan makanan lalu duduk di kursi kantin yang berada di pojokan.

"Capek juga ya kalau gini terus. Dulu mah gue semangat buat latihan, tapi makin lama makin berasa capeknya." keluh Bagas.

"Itu tandanya lo udah tua." jawab Alpret.

"Sue memang. Bisa gak ya kalau umur gue stuck di situ-situ aja. Jangan nambah gitu."

"Bisa." ucap Athalas.

"Gimana tuh, Las?" tanya Bagas penasaran.

"Lo mati aja, kan umur lo jadi gak nambah."

"Si anjing!"

"Aaaaaaaa... Dah sono mati aja lo." ejek Pano.

"Jangan lah! Ntar lo kangen gak ada gue secara gue kan temen berantem lo." ucap Bagas ngelak.

"Gak apa-apa gue mah. Gue malah seneng. Udah sana cepet metong!" usir Pano.

"Ck! Males gue ngomong sama lo. Awas aja ntar deket-deket gue." dumel Bagas pelan.

Makanan yang di pesan mereka semua sudah datang. Tidak pakai lama, mereka langsung menyantap makanan itu dengan buas seperti binatang yang sudah tidak makan berbulan-bulan. Agak lebay memang.

"Tenang aja pak! Nanti biar saya saja yang hukum mereka."

"Benar ya? Kamu hukum mereka berempat sampai kapok!"

"Siap pak!"

Athalas dan teman-temannya berhenti makan. Mereka semua menoleh ke arah suara yang terdengar dari balik tembok disana. Hanya Rezon saja yang kelihatan sedangkan lawan bicaranya tertutup dinding.

"Lo pada kenapa bisa diomelin Pak Yono?"

"Ck! Biasanya tuh guru datengnya lima belas menit sebelum pelajaran berakhir. Tapi kayaknya lagi kesambet, dia dateng tepat waktu. Ya gue sama temen-temen gue mana tau lah, kita aja udah keburu kabur dari kelas."

"Ya ampun! Bandel banget, sih."

"Bukan bandel. Lebih tepatnya memanfaatkan waktu luang. Daripada dikelas kita berempat gabut mending ke lapangan indoor buat cuci mata liat cogan."

"Lo berdua tuh ya dari dulu gak pernah berubah. Bikin ulah mulu."

"Biarin! Dah lah gue mau makan aja. Lumayan istirahat duluan. Yuk guys!"

"Siapa yang suruh lo makan? Gue disuruh hukum lo berempat ini."

Athalas mengernyitkan dahinya. Neska sedang berjalan ke kantin tapi pandangannya masih kebelakang. Athalas berani bertaruh bahwa gadis itu tidak tau bahwa ada Cavella sedang berkumpul dikantin karena jika ia tau pasti Neska tidak mungkin berani teriak-teriak disana.

"Ah! Emangnya Kak Rezon berani hukum gue? Lebih tepatnya emang tega?" teriak Neska dengan nada yang terkesan menantang.

"Iya bener. Kak Rezon mana mungkin hukum kita." ejek Maura lalu merangkul Neska yang sedang melihat daftar menu makanan.

Rezon memijit pelipisnya. "Bukan gak tega, sih. Gue gak berani." jawabnya pelan hampir tak terdengar.

Hasna memasuki area kantin dengan santai diikuti Kalin dibelakang yang dari raut wajahnya terpancar sedikit rasa khawatir tertinggal pelajaran. Mata Kalin melotot saat menoleh ke kanan mendapati seluruh anggota Cavella lengkap 14 orang sedang menatap mereka berempat.

AthalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang