"Neska."
Yang dipanggil menoleh ke belakang, "Kenapa, Mil?"
Emil memberhentikan motor vespa kesayangannya didepan Neska, "Lo mau pulang kan?"
"Iya, kenapa?"
"Gue yang anterin ya? Please..."
Neska mengangkat satu alis matanya sekilas. "Hah? Gak salah?"
"Gak salah. Udah ayok pulang. Cepetan, Nes," desak Emil. "Gue udah siap nih. Brumm... Brumm..."
"Apaan sih? Gue pulang sendiri aja, Mil."
"EH JANGAN! Sumpah lo harus pulang sama gue mulai sekarang."
"Lah? Lo siapa gue emangnya?" tanya Neska.
"Astaga, gue gak ada niatan buat deketin lo. Gak berani juga."
"Ya terus?"
"Ini demi kelangsungan hidup gue, Nes. Please... Mau yaaaa?" Emil memohon sambil menggosok-gosok kedua telapak tangannya didepan Neska.
"Apaan sih?" gumam Neska. Ia lalu menabok pelan helm Emil yang berwarna sama dengan warna motor laki-laki itu. "Gue gak mau repotin orang ah. Udah gue balik duluan ya." Neska menaiki angkot didepannya yang juga sedang berhenti.
Emil menggeleng pelan. Raut wajahnya langsung lesu. "Bujuk cewek susah amat sih. Mati dah gue."
***
Bosan karena macet. Neska membuka ponselnya tetapi sama sekali tidak ada notifikasi disana. Lantas karena tidak tau harus apa, Neska menekan galeri di ponsel. Perlahan ia menandai beberapa foto yang tidak penting lalu menghapusnya. Ia terus menerus melakukan hal itu sampai pada akhirnya terhenti ketika melihat foto kenangan bersama dengan Athalas.
Haruskah ia menghapusnya? Neska labil.
"Neng, kita lewat jalan laen aja ya? Macet banget nih! Gak akan kelar sampai tahun depan," seru abang angkot.
"Buset lebay! Hahaha yaudah bang lewat jalan kecil aja," jawab Neska.
Neska melirik ke kanan dan ke kiri. Ini jalan yang pernah ia lewati saat tersasar sampai ke tempat tongkrongan Noval. Tetapi ketika melewatinya, tongkrongan itu sangat sepi. Bahkan tidak ada orang sama sekali. Oh, mungkin mereka masih ada didalam sekolah. Pikirnya.
Saat angkot itu keluar dari gang menuju jalanan utama. Ternyata macetnya juga sampai disana. Lantas, Neska dan supir angkot itu berdecak bersamaan. "Ah, Bang macet juga disini."
"Iya nih! Sialan ya."
"Yaudah deh, saya turun aja." Neska memberikan uang sepuluh ribu. "Ambil aja kembaliannya, Bang."
"Wedeh! Thankyou sis!"
Neska tertawa lantaran abang angkot itu sangat gaul. Kini ia berjalan di trotoar. Saat melihat beberapa lelaki didepan sekolah Noval, Neska tersenyum. Mereka pasti teman-teman Noval. Lantas Neska berlari ke arahnya tetapi seketika langkah kakinya melamban ketika Neska melihat tulisan di punggung jaket itu. Mereka bukan anggota Larvesta melainkan... Lexis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athalas
Teen Fiction"Cantik doang nggak akan gue kejar. Lo menarik baru gue kejar." Athalas Ganendra, cowok super duper cuek mampus dengan segudang prestasi di SMA Tunas Bangsa. Mulai dari akademis sampai non akademis pun disikat habis olehnya. Lelaki idaman yang tidak...