35. Bodyguard

1.5K 73 2
                                    

"Muka lo kayak gak tenang gitu. Ada apaan?" kata Maura pada Neska.

"SMA Bintang..." Neska ragu mengatakannya.

"Gue tau. Vian udah cerita semua sama gue. Katanya pihak sekolah mutusin buat damai," Kemarin malam Vian menelpon Maura untuk memberi tau segalanya tentang SMA Bintang yang sudah berdamai dengan SMA Angkasa. "Sialan, ya. Padahal lexis udah keterlaluan banget. Menurut gue, mereka semua itu bukan anak sekolah tapi gangster. Kalau gue jadi ketua yayasan, lexis bakalan gue bubarin dan anggotanya gue drop out dari sekolah!"

Neska tersenyum, "Sayangnya lo bukan ketua yayasan, Ra,"

"Kan pengandaian, Nes."

"Kalau boleh, gue minta info tentang..."

Maura tertawa lalu merangkul sahabatnya itu, "Pasti boleh, dong! Kenapa kaku gitu, sih? Informasi yang aeros punya itu kan milik lo juga."

Neska tersenyum kembali, "A—maksut gue orang itu, dia gak ada disini kan?"

Perlahan Maura melepaskan rangkulan dari bahu Neska. Ia jadi ikut kepikiran tentang hal itu. Semalam...

"Ada apa, Vian? Tumben banget telepon gue tengah malem gini."

"Dia akan kembali, Ra."

"Siapa?"

"Alex."

"APA?! KATA SIAPA? LO BOHONG, KAN?! GAK MUNGKIN DIA BISA BALIK KE INDONESIA."

"Bima sendiri yang bilang kalau Alex bakalan kembali secepatnya."

"Gak mungkin, Vian. Cowok itu gak boleh balik kesini."

"Jangan kasih tau Neska."

"Kenapa? Neska harus tau biar dia bisa hati-hati mulai sekarang."

"Dia gak akan sanggup dengar berita ini. Rahasiain dari Neska. Jangan sampai dia tau."

"Kak Darel tau soal ini?"

"Gue udah ngasih tau dia. Untuk sementara selama masih di area sini, gue dan aeros yang bakalan jagain Neska. Sisanya gue minta tolong sama lo setidaknya buat dia masuk di circle cavella buat berlindung sampai Darel selesain kuliahnya."

"Lo gak bisa lawan mereka, Vian. Dulu aja lo semua habis di--"

"Gak perlu khawatirin soal itu."

"Maura!" teriak Neska.

"Eh? Iya, kenapa?"

"Kenapa malah bengong?!"

"Ah! Sorry. Tadi gue mikir dulu siapa yang lo maksut," jawab Maura cengengesan. "Lo tenang aja. Orang itu gak akan pernah balik ke sini."

Neska tersenyum, "Bagus, deh, kalau gitu."

Maura menatap Neska dengan sendu. Sekali lagi sorry, Nes. Ini semua demi kebaikan lo.

"INI DIA MAKANANNYA! JENG... JENG... JENG..." teriak heboh Hasna sambil berlari-lari ke arah Neska dan Maura yang duduk di tribun atas.

"Diluar panas banget. Liat, nih! Muka gue sampai merah-merah," keluh Kalin.

"Buka aja jaketnya kalau gitu. Lo kenapa pakai jaket mulu, sih, Kal?" tanya Maura.

"Iya, Kal. Dari awal gue ketemu sama lo, gue gak pernah liat lo buka jaket sama sekali," ujar Neska.

"Gak usah, deh! Gue udah kebiasaan pakai jaket soalnya."

"Eh, lo liat cowok disana gak?" celetuk Hasna bisik-bisik.

Seketika kepala mereka berempat berkumpul mendekat. Neska celingak-celinguk mencari siapa yang di maksud Hasna begitu juga dengan Maura dan Kalin. "Siapa?"

AthalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang