32. Mereka Harus Kita Hindari

1.8K 85 2
                                    

[Happy 6k pembaca]
***

"Lo darimana aja? Pertandingan udah mau dimulai," tanya Thander pada Chuang yang baru datang. Mereka semua sedang bersiap untuk memasuki lapangan.

"Biasa, ritual sebelum pertandingan."

"Hah? Ritual apaan?" tanya Thander bingung.

"Bikin kue di toilet," celetuk Emil dibalas anggukan paham Thander.

Chuang berjalan lalu duduk di sebelah Athalas, "Las," panggilnya.

Laki-laki yang sedang memakai sepatu basket itu tidak menoleh, "Apaan?"

Chuang membisikkan sesuatu pada Athalas. Tetapi ia jadi bingung karena laki-laki itu tidak bereaksi sama sekali. "Kok lo gak kaget? Jangan bilang—"

"Lo terlambat sadarnya."

"Jadi lo udah tau?"

"Hm."

"Tapi gimana caranya?"

"Lo pikir gue selama ini ke rooftop ngapain? Ngerokok doang?" tanya Athalas. "Dua kali."

"Dua kali apaan?"

"Udah dua kali Maura masuk ke ruang rapat kita. Gue liat dari CCTV."

"Gimana caranya dia tau sandi dari ruangan itu?"

"Lo tau sendiri si Thander suka nyatet info-info di notes handphonenya. Palingan Maura tau dari sana."

Mata Chuang membulat mendengar penjelasan Athalas. Laki-laki itu jadi teringat saat pertama kali Maura datang ke Markas dan tidak sengaja melihat Maura yang ingin membuka ruangan itu sebelum akhirnya ditahan Chuang. Ck! Lo bilang ke gue kalau lo salah jalan mau ke toilet. Ternyata niat lo emang mau masuk ke ruangan itu. Jadi lo mata-matanya aeros ya?

"Jangan kasih tau Thander."

Chuang menoleh—dahinya mengerut, "Kenapa? Justru kita harus kasih tau dia, Las. Lo tau sendiri kalau didalam ruangan itu ada banyak informasi tentang musuh kita dan geng lainnya yang divisi gue kumpulin buat jaga-jaga suatu saat kalau kita harus lawan salah satu dari mereka. Kalau sampai Maura tau dan dia kerja sama dengan mereka—"

"Ck! Kenapa? Takut lo?"

"Bukan takut cuman bikin kerjaan banget. Gimana kalau Maura itu mau ngancurin cavella?"

Athalas bangun dan menaruh tangannya di bahu Chuang, "Udah lo tenang aja. Hal kayak gitu gak akan pernah terjadi."

"Las—"

"Tunggu waktu yang tepat baru kita kasih tau Thander."

"Lo pada ngomongin apaan?" tanya Bagas menghampiri.

"Gak ada. Udah ayok! Ini pertandingan pertama kita. Yang shootnya gak masuk, pas pulang harus jalan jongkok sampai parkiran," ucapan Athalas membuat seluruh anggota menelan salivanya kasar lalu berjalan memasuki lapangan.

***

Neska menyeka keringatnya dengan handuk kecil selepas bertanding melawan sekolah Tarsisius. Tim Neska menang sehingga mereka akan melakukan pertandingan kedua melawan sekolah Griya. Jika menang lagi, maka mereka berhasil masuk ke final.

Neska duduk berjauhan dengan Syen dan kawan-kawan—memisahkan diri dari mereka karena belum terbiasa. Saat pertandingan tadi juga mereka berdua tidak saling berbicara karena lawannya pun mudah sehingga mereka tidak begitu serius melawannya. Syenn sendiri sedang sibuk menyemangati Athalas dari kejauhan.

Neska menyunggingkan senyumnya saat melihat Athalas yang berhasil memasukan bola ke ring dengan gesit. Laki-laki itu sangat keren saat berada dilapangan. Aura bad boynya begitu terasa. Sesekali Athalas menyisir rambut kebelakang dengan tangannya. Abas memang tiada tandingannya.

AthalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang