40. Impas

1.6K 80 9
                                    

"Udah puas nyiksa cewek gue?"

Bima tertegun dengan suara berat yang tiba-tiba terdengar dari arah belakang. Mereka semua menoleh. Ada seorang lelaki dengan bahu lebar serta tatapannya yang tajam disana. Dibelakang cowok itu juga ada beberapa temannya.

"Cewek lo?" tanya Bima memastikan.

"Iya. Cewek yang lagi lo jambak itu cewek gue."

Rahang Chuang mengeras melihat Chiko yang tidak bergerak. Sahabatnya itu bahkan tidak membuka mata. Dulu Chuang dan Chiko suka berkelahi dengan anak sekolah lain. Setau Chuang, Chiko itu jago berkelahi karena mereka berdua pernah ikut klub judo. Bisa dikatakan ilmu bela diri Chiko lebih tinggi dari dirinya. Tetapi kenapa Chiko kalah? Apa lexis benar-benar sekuat seperti yang seniornya ceritakan?

Bima melepaskan pegangannya pada rambut Neska. Untuk sesaat Neska akhirnya bisa bernapas lega. Ia mundur mendekati Vian dan yang lainnya. Bima berjalan mendekati Athalas. Cowok itu tidak takut sama sekali. Athalas malah memasang tampang dingin. Meskipun lexis masuk ke dalam list geng yang harus di hindari bahkan menyandang peringkat satu di catatan milik cavella, namun Athalas tetap berani melawannya.

Athalas ingat sekali saat malam keakraban bersama semua pemimpin cavella dimana saat itu Leo selaku pemimpin cavella pertama bercerita tentang pertempuran cavella melawan lexis yang cukup sengit. Leo memang tidak menceritakan secara detail kronologinya tetapi ia melarang siapapun untuk berurusan dengan lexis tanpa seizinnya.

"Tau darimana lo tempat ini?"

"Tau darimana gue?" Athalas malah mengulang. "Darimana ya?"

Athalas memberi kode pada temannya dibelakang. Pano dan Abraham langsung menyeret dua anak buah lexis yang berhasil mereka kalahkan. Athalas menunjuk dengan dagu. Mimik wajah Bima berubah drastis.

Athalas melirik Neska yang terdiam ketakutan. Wajah gadis itu sangat pucat. Athalas belum pernah melihat Neska setakut itu. Padahal dulu saat berantem dengan larvesta, Neska sangat berani melayangkan pukulannya.

"Gue lagi sibuk sama mereka. Kalau mau lo ngantri. Tunggu gue puas baru lo semua gue ladenin," ujar Bima.

"Mereka udah kalah. Sekarang urusan lo sama gue. Kita lanjutin yang tadi," tantang Athalas.

"Oke. Gue bikin rata geng lo," balas Bima.

"Woi, berengsek..." Vian berdiri sambil memegang perutnya yang ditendang Bima tadi. Napas Vian sedikit terengah. "Gue belom kalah."

Perlahan, Arga dan Regan juga ikut berdiri dengan sisa tenaga setelah memastikan keadaan Chiko dan Zidhan yang hanya pingsan. Athalas berdecih, "Masih aja sok kuat,"

Bima berbalik-ingin meninju wajah Vian lagi. Dengan cepat Athalas menarik kerah jaket Bima agar menghadap dirinya lalu Athalas melayangkan pukulan mautnya. Bima tersungkur jauh. "Itu karena lo udah bikin gigi temen gue patah,"

"Sedangkan ini karena lo udah berani sentuh rambut cewek gue," Athalas menendang Bima lagi yang berlari kearahnya. Bima kehilangan keseimbangan. Cowok itu menabrak cermin hingga hancur berkeping-keping.

Teman-teman Athalas menyerbu anggota lexis. Pano yang masih naik pitam karena Syenn akhirnya bisa melepaskan seluruh amarahnya pada lexis. Siapapun anggota lexis yang melawan Pano mungkin orang itu sedang apes sekali.

Athalas menghampiri Neska yang tidak beranjak dari tempatnya. Neska mendongak-dibelakang cowok itu ada Bima yang hendak memukulnya dengan balok kayu. Vian menendang kaki Bima sampai cowok itu terpeleset dan jatuh. "Impas," ucap Vian pada Athalas.

Athalas tersenyum miring lalu kembali menatap Neska, "Bisa berdiri?" tanya Athalas dibalas anggukan. Karena keadaan disekelilingnya penuh dengan perkelahian, kaki Neska menjadi lemas. Athalas melingkarkan tangan kirinya di pinggang Neska agar perempuan itu tidak terjatuh. Athalas dapat merasakan dingin pada tangan Neska. Gadis itu benar-benar ketakutan.

AthalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang