Pintu ruangan kamar nomor 205 terbuka. Ada dua orang yang tengah berbaring di tempat tidur khusus pasien dan sisanya duduk di sofa sambil bercanda tawa. Sesaat seorang perawat memasuki ruangan, penghuni kamar itu menjadi hening karena perawat itu membawa banyak sekali makanan. "Maaf, ini saya mau mengantarkan makanan,"
"Dari siapa, Sus?" tanya Chiko yang sedang duduk di sofa. Di tangan kirinya dipasang selang infus dan disampingnya ada sebuah besi panjang yang menjadi tempat digantungnya kantung cairan infus yang mengalir ke dalam tubuhnya. Ya, Chiko dan Zidhan yang pingsan kemarin saat ini sudah sadar dan sedang duduk di sofa.
Kenapa duduk di sofa kan mereka pasien? Tentu saja karena ada Arga dan Regan yang tiduran di tempat tidur mereka. Gak ada akhlak. Yang sakit siapa, yang tiduran siapa. Indahnya pertemanan aeros.
"Orangnya gak mau dikasih tau namanya, Mas. Tapi dia ngasih surat ini katanya untuk Vian. Orangnya yang mana ya?" tanya perawat itu.
"Saya," Vian bangkit berdiri dan mengambil sepucuk surat itu lalu membukanya.
Happy Birthday, Vian.
Vian seketika berjalan keluar ruangan dengan tergesa-gesa. Chiko, Zidhan, Arga dan Regan sampai bingung sendiri melihat tingkat ketuanya yang tiba-tiba berlarian padahal luka diperutnya baru saja di jahit oleh dokter. Vian menoleh kesana kemari mencari orang yang mengirimkan surat. Ia mengeluarkan ponsel dan menelpon seseorang. Sepuluh detik ia tunggu tetapi tidak ada jawaban.
Rasa sakit di perut akibat berlari tadi membuatnya memegang perut kanannya. Cowok itu sedikit meringis. Tak kunjung menemukan orang yang ia cari, Vian memutuskan untuk kembali masuk kedalam rumah sakit dengan rasa kecewa.
Dari balik tembok bangunan rumah sakit yang cukup jauh dari posisi Vian berada tadi, ada seorang perempuan yang mengenakan kaos berwarna putih dipadu dengan overall pink bermotif kotak-kotak. Perempuan itu adalah Neska. Ia sangat bersyukur karena ternyata Vian dan yang lainnya baik-baik saja. Menurut dokter yang Neska temui tadi, luka mereka tidak terlalu serius dan dalam seminggu kedepan mereka akan pulih.
Tidak lama kemudian, Neska berjalan menuju halte bus. Hari ini merupakan hari pertama Neska bekerja di Moon Café. Seharusnya ia mulai bekerja di hari senin tetapi demi mendapatkan gaji yang lebih banyak, alangkah baiknya jika Neska bekerja lebih awal. Mulai hari ini juga Neska akan sangat sibuk karena setiap weekdays ia harus bekerja di malam hari setelah pulang sekolah. Tidak ada satupun dari keluarganya yang tau tentang Neska mencari pekerjaan sampingan karena jika ayahnya tau pasti tidak akan diizinkan.
"Semangat!" ucapnya pada diri sendiri.
***
"Ini pesanannya ya, kak," ujar Neska tersenyum sambil membawakan nampan berisi pesanan milik salah seorang pelanggan. Café tempat Neska kerja saat ini sedang ramai sekali sampai-sampai Neska harus bolak balik mengantarkan pesanan dari meja ke meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athalas
Teen Fiction"Cantik doang nggak akan gue kejar. Lo menarik baru gue kejar." Athalas Ganendra, cowok super duper cuek mampus dengan segudang prestasi di SMA Tunas Bangsa. Mulai dari akademis sampai non akademis pun disikat habis olehnya. Lelaki idaman yang tidak...