"Love language kalian sama saudara kalian apa? Kalau gue sama kak Darrel physical attack."
***
#3. Marahnya anak laki-laki pertama itu bahaya.
"Meminta maaflah pada korban, Neska. Dengan begitu, bapak akan berusaha membantu kamu menangani masalah ini."
"Korban?" Neska tertawa pelan saat mengingat orang tuanya yang dipanggil kepala sekolah setelah insiden itu.
"Bapak tenang saja. Neska pasti akan meminta maaf."
"Aku nggak mau minta maaf, ma!"
"Neska, lebih baik kamu meminta maaf saja agar masalah ini cepat selesai. Papa tidak mau—"
"Kenapa sih papa mama nggak percaya sama aku? Disini yang jadi korban itu aku!"
"Kalau begitu kamu pilih, meminta maaf atau dikeluarkan dari sekolah secara tidak hormat?"
"Maaf, pak. Kami berdua akan membujuk Neska—"
"Opsi kedua."
"Neska! Kamu tinggal minta maaf aja apa susahnya sih?! Mama nggak ngerti sama jalan pikiran kamu!"
"Silahkan keluarkan saya dari sekolah ini, Pak."
Plak.
"Kamu benar-benar bikin mama malu, Aneska. Kamu itu selalu nyusahin semua orang. Bahkan, kamu sudah membuat Vian dan teman-temannya di skors! Kamu itu maunya apa, sih?!"
Neska mengambil bingkai foto yang ada diatas meja belajar dengan tangan yang gemetaran. Entah kenapa setelah insiden malam itu, tangan Neska selalu gemetar ketika memegang sesuatu. Jantungnya juga suka berdetak cepat dan perasaannya tidak tenang.
Neska memandang dengan sayu sambil mengusap perlahan. Dada Neska terasa sesak. Foto itu diambil saat aeros memberikan kejutan ulang tahun padanya.
"Lo semua mikir gitu juga nggak ya?"
***
"Lo semua pulang sekarang. Besok senin harus sekolah kan lo pada,"
Semuanya langsung menoleh. Barusan Leo menyuruh mereka untuk pulang. Tumben sekali.
"Pulang kemana?" tanya Emil santai.
"Ya kerumah masing-masing lah!" ketus Reynard.
"Emang nih markas mau dipake buat apaan? Jangan bilang buat hajatan," tanya Bagas asal. "Asik! Dapet makan."
"Goblok," celetuk Chuang mengomeli Bagas yang malah bercanda.
"Serius gue. Tumben amat kita pada diusir. Lo mau bawa cewek ke markas ya, bang Le?" tanya Bagas menyelidik.
Rezon, Reynard dan Randy menoleh ke Leo—menunggu jawaban cowok itu. Athalas melihat ada sesuatu yang aneh dari mereka berempat. Raut wajah Leo seketika berubah dingin. Tatapannya mengisyaratkan untuk pergi dari markas sekarang juga.
Ada masalah? Batin Athalas.
"Lima detik,"
"Apanya yang lima detik, Bang Le?" tanya Bagas. Bego.
"Waktu hidup lo," celetuk Emil disambut gelak tawa seisi Markas.
Leo satu-satunya orang yang tidak tertawa. Laki-laki itu menghampiri Athalas yang masih enggan untuk pergi. "Lo juga pulang, Las."
Athalas mengangguk lalu memasukkan ponsel kedalam waist bag miliknya. Ia lalu berjalan menuju teras markas untuk mengambil motor.
"Eh, Las, Tunggu! Gue belom beberes. Gue kan nebeng sama lo," teriak Thander.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athalas
Teen Fiction"Cantik doang nggak akan gue kejar. Lo menarik baru gue kejar." Athalas Ganendra, cowok super duper cuek mampus dengan segudang prestasi di SMA Tunas Bangsa. Mulai dari akademis sampai non akademis pun disikat habis olehnya. Lelaki idaman yang tidak...