37. Kapten

1.5K 86 9
                                    

"YOKKK BISA YOKKK! JUARA SATUUUU!"

Rezon berteriak lantang sebelum wasit melemparkan bolanya ke atas. Bagas dan Abraham duduk di kursi cadangan. Neska, Maura, Kalin dan Hasna duduk di tribun atas sambil menyemangati. Untuk sesaat Neska melupakan tentang pertandingannya dengan mantan anggota timnya setelah pertandingan ini.

"SMA Bintang di diskualifikasi jadi tim lo menang karena hoki," ujar Vian.

Athalas tersenyum miring, "Di diskualifikasi atau gak, tim gue akan tetap menang karena sejujurnya tim mereka gak bisa main sama sekali."

Sorak sorai semakin terdengar ketika pertandingan itu dimulai. Kedua tim bermain dengan sangat hebat. Poin mereka saling mengejar satu sama lain. Maura, Kalin dan Hasna sampai gregetan menontonnya. Neska terdiam tidak menyemangati salah satu dari tim itu karena ia sendiri bingung siapa yang harus ia semangati.

Athalas sedang menguasai bola. Ia memantulkan bolanya berkali-kali, dihadapannya ada Vian yang menghadangnya. Athalas menyeringai, "Ambil kalau bisa," godanya.

Vian berniat merebut bola itu tetapi Athalas menggoceknya sehingga Athalas berhasil melewati Vian. Laki-laki itu langsung tersenyum melihat cara bermain Athalas, "Boleh juga,"

Athalas melemparkan bola basketnya ke Thander yang berdiri didekat ring. Tiba-tiba sepintas Thander teringat pada perkataan Athalas yang katanya kalau gak masuk ke ring maka harus berjalan jongkok sampai parkiran. Ia sedang dikelilingi oleh dua orang, ada kemungkinan shootnya nanti digagalkan. Demi terhindar dari hukuman itu, Thander melemparkannya pada Chuang yang berada jauh dari ring.

Athalas sempat bingung kenapa Thander tidak langsung shoot saja, tetapi cepat-cepat ia menghapus pertanyaan itu dari kepalanya. Chuang tak tanggung-tanggung langsung melemparkan bola ke dalam ring tetapi malah terkena pinggiran dari ring tersebut. Athalas dengan sigap langsung lompat dan mengambilnya lalu melakukan shoot lagi.

Suara tepuk tangan terdengar begitu jelas. SMA Tunas Bangsa berhasil mencetak skor sehingga unggul dari tim lawan. "THANDER GOBLOK!" teriak Abraham dari kursi cadangan. "KENAPA LO LEMPAR KE CHUANG?!"

Thander berlari-lari kecil menghampiri teman-temannya dan melakukan tos karena telah berhasil mencetak angka. Laki-laki itu menyiku lengan Chuang, "Mampus! Jalan jongkok."

"Bangsat! Gue lupa yang diomongin Athalas. Sialan lo, Than!"

***

Suara peluit terdengar nyaring. Kedua tim diperbolehkan beristirahat sejenak. Athalas meminum airnya sambil mendengar arahan dari Rezon. Mood Athalas sudah kembali seperti semula setelah menjernihkan pikirannya tadi.

"Bang, gue diganti aja bisa? Gue capek," keluh Chuang pura-pura.

"Baru juga satu set udah capek aja lo," jawab Rezon. "Ham, lo aja yang gantiin. Bagas masih sakit."

"Bagas aje. Gue lagi males," ujar Abraham cuek.

"Gak, udah lo aje—"

"Bang," panggil Bagas dengan tatapan sendunya, "Gue mau main."

"Kuat emang?" tanya Rezon.

"Kalau gak kuat ya minum obat kuat dong." celetuk Emil.

"Gue masih kuat. Gue udah menerima dengan lapang dada soal gigi gue yang rontok satu," ucap Bagas. "Menerima dengan lapang dada, apanya?! Gigi gue yang berharga rontok. Itu orang gak bisa dimaafin. Liat aja! Tunggu pembalasan gue," batin Bagas.

Rezon menghela napasnya pasrah lagipula Bagas emang lebih oke dalam hal basket dibandingkan Chuang, "Yodeh, main dah!"

Suara peluit kembali terdengar, pertanda pertandingan akan segera berlanjut. Athalas dan teman-temannya berjalan masuk ke lapangan. Ia melirik Neska yang duduk di tribune dan sedang memperhatikannya. Athalas tersenyum. Ia bertekad akan mengakhiri pertandingan ini dengan cepat dan tentunya kemenangan akan menjadi milik timnya.

AthalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang