15.Pelukan Neska

2.9K 118 21
                                    

༼ つ ◕‿◕ ༽つ
🅷🅰🅿🅿🆈 🆁🅴🅰🅳🅸🅽🅶!

°°°

"Kenapa lo nggak bilang kalau mau kesini?"

"Buat apa gue bilang?"

"Setidaknya biar gue bisa siapin diri dulu. Gue nggak bawa apa-apa tadi. Gue jadi nggak enak tau sama nyokap lo."

"Emang lo mau ngapain sampai harus persiapan diri? Mau lamaran lo, hah?"

"Ih! Bukan gitu."

Neska berdecak sebal. Mereka berdua sedang duduk di taman setelah Athalas memutuskan untuk mengajaknya keluar. Klara sedang menjalankan kemotrapi sedangkan Kyla sedang tidur di ruangan Klara ditemani Bi Sari. Athalas tau gadis itu pasti akan sumpek jika hanya berdiam diri di kamar, sehingga akan lebih baik jika mereka berjalan-jalan di taman rumah sakit.

Malam begitu tenang, sayup-sayup terdengar suara dedaunan di pohon memecah keheningan malam. Udara terasa dingin dan menyegarkan, untung saja Neska memakai cardigan sehingga ia tidak merasa kedinginan. Langit cerah dihiasi awan-awan yang warnanya berpadu dengan warna langit malam. Satu dua bintang samar-samar terlihat bertebaran menemani gagahnya raja malam yang bersinar terang menebar cahaya yang berkilauan.

"Nyokap lo udah lama sakit leukimia?" tanya Neska memecah keheningan.

"Gausah jawab kalau emang nggak mau," ucapnya lagi saat Athalas masih enggan menjawab.

"Hampir dua tahun."

"Tapi nyokap lo ada perkembangan kan selama ini?"

"Nggak ada."

Neska mengangguk pelan, "Bokap lo?"

"Di amerika. Udah nggak pernah balik lagi setelah dia tau nyokap gue sakit."

Neska menoleh menatap Athalas dengan sendu. Laki-laki itu masih menatap langit malam. Ternyata bukan keluarganya saja yang bermasalah. Neska memang tidak tau apa yang dirasakan Athalas, tetapi setidaknya ia mengerti sedikit karena keluarganya pun tidak ada bedanya.

"Adek lo tau?"

"Dia masih kecil. Nggak akan paham juga,"

"Bokap lo pasti punya urusan yang lebih penting disana."

"Sepenting apa sampai tega ninggalin keluarganya sendiri disaat istrinya lagi sakit? Hampir dua tahun. Itu bukan waktu yang singkat."

"Namanya juga kerja, Las. Bokap lo cari duit kan juga buat pengobatan nyokap lo."

"Kerja apaan sampai nggak ada kabar sama sekali? Tinggal bayar orang suruh kerjain project disana, apa susahnya?"

"Lo udah coba hubungi bokap lo?"

"Udah. Tapi nggak pernah diangkat."

"Bodohnya nyokap sama adek gue masih berharap orang itu balik. Cih! Kenapa cewek bisa sebego itu ya mengharapkan orang yang jelas-jelas udah nggak peduli sama mereka?" lanjutnya.

Neska terdiam. Tidak tau harus berkata apa lagi. Masih banyak hal yang ingin ia tanyakan, hanya saja saat ini bukan waktu yang tepat. Neska mengganti posisinya dan berdiri di depan Athalas.

Tiba-tiba, Neska melingkarkan kedua tangannya di leher cowok itu—memeluknya dengan hangat sebentar lalu melepaskannya dan tersenyum canggung. Ia menggaruk telungkuknya yang tidak gatal.

Athalas tersenyum miring, "Barusan lo meluk gue?"

"E-enggak kok," jawab Neska.

Athalas menaikkan satu alisnya, "Enggak? Terus tadi apa?"

AthalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang