21

2.1K 322 7
                                    

***

Sudah beberapa hari sikap Rose pada Jungkook masih seperti itu. Dingin dan selalu mengabaikan jungkook. Mereka hanya berbicara sesekali. Itupun hanya dijawab seadanya oleh rose ketika jungkook menanyainya.

Sama halnya dengan rose yang lebih banyak diam akhir-akhir ini, ratu Jeon pun demikian. Sejak suaminya tiba-tiba mengingatkan pada janjinya dua puluh tahun yang lalu pada sahabatnya Dara atau ibu Rose. Ratu Jeon benar-benar dilanda dilema dan rasa bersalah saat ini. 

Melihat kediaman istrinya yang tak biasanya membuat raja Jeon khawatir. Dihampirinya istrinya itu yang sedang berdiri melamun menatap keluar jendela kamarnya. Raja Jeon memegang kedua bahu istrinya itu.

"Memikirkan apa hm?"

Ratu Jeon terkesiap sesaat lalu kembali menatap lurus kedepannya.

"Janjiku pada Dara. Kau tentu ingat juga bagaimana appa memintaku berjanji meneruskan perjodohan jungkook dan jieun. Dia memintaku sebelum dia meninggal dan aku mengiyakan saat itu. Sama halnya pada dara, aku terlanjur berjanji padanya sampai dia juga harus meninggal saat itu. Aku takut Tuhan akan mengutukku jika tak memenuhi janjiku pada mereka."

Raja Jeon mengusap pelan bahu istrinya seraya menenangkan.

"Kita sudah membicarakan semua pada jungkook saat itu, dan dia setuju untuk bertunangan dengan Jieun, sampai sekarang pun mereka masih baik-baik saja kan? Kita juga pernah membicarakannya dulu kalau kita tidak akan memaksa jungkook, tapi karena dia juga menginginkan saat itu jadi apalagi yang harus dipikirkan. Pilihan jungkook sudah ada."

"Tapi jungkook tidak pernah tau janji ku pada ibu rose. Dia hanya tau janjiku pada  mendiang kakeknya. Bagaimana kalau jungkook tau dan.."

"Sudah, jangan mencemaskan itu. Biarkan dulu seperti ini. Takdir akan menemukan jalannya sendiri. Siapapun yang berjodoh dengan putra kita berarti itu memang sudah jalannya."

"Tapi Dara pasti kecewa padaku. Disana pasti dia melihat bagaimana aku melanggar janjiku padanya."

"Kau tentu tau bagaimana sifat sahabatmu itu, dia tidak pernah ingin melihatmu dalam masalah bukan? Kurasa kalaupun dia masih ada didunia ini dan mengetahui masalah ini, dia juga pasti akan mengerti dengan kondisimu. Jangan pikirkan lagi."

Ratu Jeon mengangguk.

"Tapi satu hal yang kuminta padamu, perlakukan anaknya dengan baik sayang, anggap dia sebagai putrimu."

"Kau tau, kedatangan rose ke Istana ini mendadak untukku, aku hanya melihatnya saat masih bayi, dan sekarang dia sudah tumbuh jadi gadis dewasa dan cantik, persis seperti dara. Tapi kelakuannya benar-benar kebalikan dari dara." ucap ratu Jeon.

"Iya, dari sikap dan kelakuan dia lebih mirip denganmu saat masih gadis kan?" ucap raja jeon setengah meledek istrinya.

"Kau tentu tau, dia tumbuh tanpa ibunya. Itu juga alasan park menitipkannya pada kita. Tapi dia sudah banyak berubah selama disini."

"Aku sebenarnya masih belum bisa menerima pilihan dara saat itu, memilih mengorbankan dirinya dan menyelamatkan rose. Entah kenapa aku selalu merasa tak suka dengan rose. Aku merasa dia penyebab aku kehilangan sahabatku."

"Jadi itu alasan kau bersikap dingin dan keras padanya sejak dia pertama kali datang ke Istana ini?" Ratu Jeon mengangguk.

"Sayang, itu pilihan dara. Dia menyayangi putrinya, dia memilih putrinya untuk melihat dunia karena dia yakin kalau didunia ini putrinya tidak akan sendiri, ada kau sebagai sahabatnya yang bisa menyayanginya layaknya seorang ibu, tapi kau malah sibuk menyalahkan rose. Jangan begitu. Park saja bisa menerima kenyataan itu, kenapa kita tidak. Berpikirlah dan sayangi rose. Hitung-hitung itu tanda terimakasih kita pada ibunya sudah baik pada kita selama ini."

Me & PRINCE JEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang