50

1.5K 229 5
                                    

***

"Ada apa kau memanggilku kesini?" tanya Jieun dingin.

Mereka sedang duduk berhadapan disebuah Restoran. Jungkook yang mengajaknya bertemu. Awalnya Jieun menolak karena alasan tak perlu lagi bertemu, tapi Jungkook memaksa.

"Sebaiknya kita pesan makanan dulu lalu makan."

"Tidak perlu berbelit-belit Jungkook-ssi."

"Kumohon, ini untuk yang terakhir kalinya."

Jieun tersenyum miris mendengar ucapan Jungkook. "Terakhir kalinya katanya" batin Jieun lalu mengangguk.

Mereka pun memesan beberapa makanan dan minuman. Setelah makanan siap dimeja, mereka menyantapnya bersama. Tak ada obrolan sama sekali. Hanya bunyi dentingan sendok dan garpu. Tak ada yang aneh bagi mereka, toh dulu juga jika makan bersama mereka tak pernah berbicara. Aturan kerajaan seperti itu.

Setelah beberapa menit, mereka selesai dengan kegiatan makannya. Tapi suasana masih hening.

"Jadi ada apa?" Jieun akhirnya membuka suara.

"Hm?"

Jieun mendengus sejenak. Apa maksudnya Jungkook menampilkan wajah bingung dan bertanya begitu, konyol.

"Cepatlah Jungkook-ssi, jangan membuang-buang waktu."

Ucapan Jieun barusan sedikit menyentil perasaan Jungkook. Sepertinya ia sengaja menyinggung bahwa selama ini Jungkook telah membuang-buang waktunya untuk mengikatnya dalam hubungan tunangan yang ujung-ujungnya ia akhiri juga.

Jungkook tampak menghela nafas sejenak.

"Jieun-ssi, aku ingin meminta maaf padamu."

"Ck.. Bukankah kau sudah mengatakannya berkali-kali dirumahku waktu itu? Apa kau terlalu senang meminta maaf? Atau kau tidak punya kata-kata lain selain meminta maaf?" ucapan Jieun datar, tapi sarat dengan kekesalan.

Jungkook terdiam sejenak.

"Aku tau kesalahanku tak pantas dimaafkan, meminta maaf saja mungkin sangat lancang. Tapi aku hanya ingin semua ini berakhir baik Jieun-ssi. Mengertilah, kau tidak akan bahagia hidup bersamaku, aku tidak mencintaimu. Begitupun kau. Kita tidak saling mencintai."

"Apa itu berarti kau sudah memiliki seseorang yang kau cintai?"

Jungkook terdiam dan menunduk. Hal itu membuat Jieun tersenyum miris lagi.

"Rose!"

Jungkook lalu mengangkat wajahnya menatap Jieun bingung.

"Maksudku seseorang yang kau cintai itu Rose. Apa tebakanku benar?" ujar Jieun memperjelas.

Jungkook lalu kembali menunduk dan mengangguk. Ia enggan menatap Jieun lagi, dia cukup tak enak hati melihat raut kecewa Jieun.

Dapat Jungkook dengar Jieun menghela nafas. Sedikit melirik, Jungkook juga melihat senyuman diwajah Jieun, tapi bukan senyum bahagia, melainkan senyuman pedih. Hal itu membuat Jungkook merapatkan matanya sesaat. Sungguh rasa bersalahnya semakin besar saat ini.

"Maafkan aku Jieun-ssi. Tapi ini semua bukan salah Rose. Ini semua murni kesalahanku. Walau tak ada Rose pun kita mungkin tetap tak bisa bersama."

"Bukankah semua baik-baik saja sebelum ada dia? Lalu kenapa tak menyalahkannya juga? Kalian sama-sama bersalah."

Jungkook menggeleng.

"Tidak.. Tidak benar. Aku memang mencintai Rose, begitupun sebaliknya. Tapi Rose tak pernah memintaku meninggalkanmu, bahkan dia menyuruhku mempertahankan hubungan kita. Dia tidak ingin jadi pengganggu. Tapi aku tetap memaksa. Aku tidak bisa tanpa Rose. Aku sangat mencintainya."

Me & PRINCE JEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang