15

208 55 10
                                    

"Mbak Ayu... Kiw... Mbak makin hari makin ayu, kayak namanya", goda Jeongin kepada Mbak Ayu, penjual jus di kantin sekolah.

Mbak Ayu tersenyum manis, semanis gula. Ea.

"Jangan godain saya, Mas. Saya sudah punya calon suami. Calon suami saya galak loh. Mas Je juga punya pacar kan?", ucap Mbak Ayu

Jeongin nyengir. "Iya, hehe. Tapi Nako lagi di perpus, selingkuh sama buku. Hehe tapi canda doang kok Mbak. Jangan diaduin Mas Sungjin yak?"

"Iya, nggak bakalan"

Mbak Ayu lalu menyerahkan dua gelas jus kepada Jeongin. "Totalnya sepuluh ribu, Mas"

Jeongin meraba saku celananya. Wajahnya yang dari tadi cerah, langsung berubah pucat ketika menyadari dompetnya tidak ada.

Mbak Ayu yang menyadari perubahan air muka Jeongin lalu bertanya, "Ada apa, Mas?"

Jeongin nyengir. "Dompetku nggak ada, Mbak... Bon dulu boleh nggak? Nanti aku bayar kalau dompetnya ketemu"

"Iya deh..."

Tiba-tiba Jerome muncul dan menyerahkan selembar uang sepuluh ribuan. "Jangan ngutang. Sini aku bayarin aja"

Jeongin terkejut. "Loh Jer? Ngapain?"

"Udah, biar aku yang bayar. Uang sakuku didobelin hari ini. Lagipula aku nggak mau Nako tau pacarnya punya utang di kantin"

"O-oh... Makasih deh..."

Setelah membayar, kedua anak itu lalu berjalan menuju kelas. Mereka berpisah di depan kelas 11-B karena Jerome masuk ke kelas 11-A.

Ketika masuk kelas, Somi memberikan dompet kepada Jeongin.

"Eh bocil, tadi dompetmu ketinggalan ya di atas meja?", ucap Somi

Kedua alis Jeongin bertaut. "Ketinggalan? Tapi kayaknya tadi aku bawa ke kantin lho"

Somi mengangkat kedua bahunya. "Ya mana saya tau. Saya kan Somi"

"Yeu... Eh btw, Minju mana?"

"Gatau, aku bukan pengawal pribadinya"


Sementara itu, Minju ternyata berada di toilet. Dia masuk ke toilet dekat kelas 10 karena toilet kelas 11 semuanya penuh.

Begitu Minju masuk ke salah 1 bilik toilet, seorang anak laki-laki berjalan mengendap-endap dan berniat mengunci pintu bilik toilet dari luar. Ketika mendengar suara Minju yang bersenandung dari dalam bilik toilet, anak laki-laki itu mendecih. Dan sebelum diketahui orang lain, anak itu segera pergi.

Tapi ternyata, begitu Minju selesai menunaikan 'panggilan alam' nya, dengan santainya Minju membuka pintu toilet dan dengan mudahnya pintu itu terbuka. Tidak ada bekas kalau dikunci dari luar selain gembok yang sudah masuk ke dalam tong sampah dengan sendirinya.

Di dalam kelasnya, diam-diam Jiheon menghela nafas lega. Lagi, dia 'menolong' Minju.

**

Dongpyo membuka dompetnya untuk mengambil kartu tanda anggota perpustakaan untuk meminjam buku. Ketika menarik kartu itu, dompetnya terjatuh tepat di kaki Dongyun dengan keadaan terbuka. Dongyun memungutnya, dan dia bisa melihat sebuah foto dua anak laki-laki yang terpajang di dompet itu.

"Ini Kakakmu?", tanya Dongyun sambil menyerahkan dompet Dongpyo

"Ah, iya. Dia Kakakku. Namanya Kak Eric", jawab Dongpyo

"Tapi dia udah nggak ada lagi di dunia ini", lanjut Dongpyo dengan ekspresi wajah sedih

"Oh, maaf... Eum,,, kalau boleh tau, meninggalnya karena apa? Sakit, atau--?"

"Meninggal karena kebakaran yang terjadi di sekolah ini dulu. Dia terlambat diselamatkan, makanya meninggal"

"Oh, kebakaran yang terjadi pas era ICY One sebelumnya?"

"Iya"

"Aku tau soal kebakaran itu. Kakakku juga udah meninggal, gara-gara kebakaran itu juga"

"Oh ya? Siapa Kakakmu?"

"Kak Kim Jungeun. Pelakunya udah tertangkap sih. Ada yang meninggal juga. Syukur deh. Mereka udah dapet ganjaran atas perbuatan mereka"

"Ah, aku turut berduka cita"

Tidak jauh dari tempat kedua anak itu berdiri, ada Chaeryeong dan Nako yang mendengar percakapan mereka.

Sebuah pikiran terlintas di benak Chaeryeong.

**

"Kak Lia...", panggil Eunsoo kepada Lia yang akan masuk ke dalam kelas.

Lia menoleh. "Eh Eunsoo. Ada apa?"

Eunsoo tampak ragu-ragu. "Eh, anu,,,"

"Ya? Bilang aja. Aku nggak gigit kok. Kalo Chaeyeon, dia bisa gigit sedikit"

Chaeyeon langsung memelototi Lia.

Eunsoo menggigit bibir bawahnya. Masih sedikit takut. "Itu, aku mau tanya. Sebenarnya ICY One itu apa?"

Lia mengangkat sebelah alisnya. "ICY One? Klub majalah sekolah kan?"

Chaeyeon menyenggol lengan Lia pelan. "Udah, bilangin aja sih Li kalo ICY One itu babu sekolah"

"Babu?", tanya Eunsoo

Lia nyengir. "Hehe, iya. Kamu nanya gini pasti karena heran ya kenapa kalian ngurus kasus pencurian juga? Jadi sebenarnya ICY One itu semacam babu yang disuruh ngatasin kasus, berkedok klub majalah sekolah"

"Trus tugas BK di sini apa?"

"Buat menghukum yang bersalah, entah atas pantauan BK sendiri, maupun laporan ICY One"

"Oh gitu... Kukira cuma OSIS yang jadi babu sekolah"

Lia celingak-celinguk, takut ada yang mendengar. "Sebenarnya ICY One yang bertugas menangani kasus dulunya tuh nggak ada. Baru dibuat begitu gara-gara ada kasus bunuh diri di sekolah ini. Kalau nggak salah pas zamannya Pak Yanto Ghofur masih menjabat sebagai kepala sekolah di sini. Bunuh dirinya gara-gara manipulasi ranking. Makanya ICY One dibuat jadi babu juga sejak era Pak Jinyoung"

Eunsoo mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Oke sekarang aku ngerti. Makasih infonya, Kak"

"Iya sama-sama. Sudah, sana kembali ke kelasmu. Bel udah bunyi"

"Siap..."

Ketika Lia berbalik, mata Eunsoo menangkap kalung yang melingkar di leher Lia.

"Wah, Kak Lia juga punya yang begituan tapi versi kalung ya? Syukur deh...", gumam Eunsoo. Dia pun lalu melangkahkan kakinya menuju kelasnya.


#####

ICY One: New CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang