72

106 28 0
                                    

Masih mau lanjut gak sih? Bingung juga alurnya gimana. Wkwkwk.





Junghwan berjongkok di samping makam yang masih kelihatan baru. Tertera nama 'Jung Dahyun' di batu nisan. Di sebelah pusara itu, terdapat 1 makam lagi atas nama 'Jung Chaeyeon'.

"Maaf aku baru bisa datang, Day. Aku harus menata hati dan pikiran dulu baru bisa mengunjungi makammu."

Junghwan menaburkan bunga yang dibelinya tadi di penjual bunga depan makam. Dibaginya rata bunga itu dengan makam Jung Chaeyeon. Kemudian Junghwan membaca do'a yang dihafalnya.

Selepas berdo'a, Junghwan menghela nafas panjang.

"Aku benar-benar nggak nyangka kamu harus pergi secepat ini. Sama kayak aku nggak nyangka kamulah mafianya. Aku,,, kecewa. Ya, aku kecewa. Tapi aku juga nggak bisa berbuat banyak. Aku juga nggak mungkin bisa merubah keadaan. Cuma 1 pintaku, semoga kau tenang di alam sana, Day. Sekarang kau senang kan bisa kumpul lagi sama Kak Chaeyeon? Istirahat yang tenang ya?"

Sebuah tangan lentik menepuk pundak Junghwan. Junghwan yang merasa kalau hanya ada dia di pemakaman ini, langsung menoleh. Sedikit takut juga dia. Tapi ketakutannya sirna karena yang ada di hadapannya adalah manusia asli, bukan abal-abal. Junghwan pun kenal dengan sosok gadis bertinggi menjulang itu.

"May?"

Si pemilik nama tersenyum. "Iya, ini aku May."

"Kamu ngapain ke pemakaman ini?"

"Oh, aku tadinya berniat berziarah ke makam Dahyun juga. Cuma, kayaknya kamu terlalu fokus, sampai nggak sadar kalo aku datang."

"Hah? O-oh iya mungkin ya? Kamu sendirian kah?"

"Iya, aku sendirian aja."

May kemudian duduk di sebelah Junghwan.

"Aku juga nggak nyangka kalau Dahyun secepat itu meninggalkan kita. Aku juga sama, nggak nyangka dia ikutan membuat kerusuhan di sekolah kita, dan motifnya adalah balas dendam. Sebagai teman sekelasnya, aku merasa sedikit gagal menjaganya."

Lagi, Junghwan menghela nafas. "Aku juga merasa begitu, May. Sebagai sahabatnya, aku merasa gagal. Harusnya aku bisa mencegah dari awal."

"Ya, seandainya kita tahu lebih awal dan mencegah semua itu terjadi..."

Junghwan pun bangkit. "Sudahlah, semua sudah terjadi. Tak ada gunanya disesali. Kita nggak bisa memutar waktu kan? Yang lalu, biarlah berlalu. Sekarang kita menatap masa depan yang lebih baik."

May ikutan berdiri. Hampir saja kepalanya terbentur ranting pohon andai Junghwan tak sigap menahannya.

Angin bertiup sepoi-sepoi mengiringi kepergian dua anak muda itu dari area pemakaman.

**

Seungmin dan Minju melangkahkan kaki menuju pemakaman. Mereka berniat berziarah ke makam Yeri dan Tzuyu.

"Kak Yeji nggak marah kah Kak Seung nemenin aku?" tanya Minju.

"Nggak kok. Dia ngertiin. Jaemin juga nggak marah kan?" balas Seungmin.

"Enggak sih..."

"Yaudah satu sama berarti."

Kedua anak yang merupakan sepupu itu pun berjongkok di sebelah makam Yeri yang berjarak tak jauh dari makam Tzuyu.

"Mereka, sama-sama kakak kita. Sama-sama meninggal, meski dengan situasi berbeda. Tapi perlu kamu tau, aku nggak pernah ada dendam baik ke Kak Tzuyu maupun Kak Pinky. Ya emang aku sempat marah waktu Kak Yeri meninggal, tapi aku udah coba ikhlaskan. Mungkin Tuhan udah sangat rindu sama Kak Yeri."

ICY One: New CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang