11

227 58 25
                                    

"Juljul ~", panggil Jisung dari depan kelas 12-B.

Lia memutar kedua bola matanya malas. "Panggil aku Lia. Bukan Juljul"

Jisung nyengir. "Soobin ada?"

"Dia ke kantin. Ngapain nyari Soobin?"

"Oh, gapapa. Cuma mau ngajakin mabar aja. Ya udah aku nyusul dia ke kantin aja. Oh ya Jul, dicari Yeji tuh"

Lia mau ngamuk, tapi keburu Jisung kabur dan digantikan Yeji muncul.

"Hai, Li", sapa Yeji

"Hai, Ji. Ada apa?", balas Lia

Yeji lalu duduk di kursi sebelah Lia, tempat biasanya Chaeyeon duduk. "Gini, aku tadi dapat kabar dari Jerome kalo kemarin dompetnya ilang. Trus kata temen sebangkunya, Eunsang yang balikin tuh dompet"

Lia tampak berpikir sejenak. "Hmm tapi aku tetap percaya kalau dia bukan pelakunya. Soalnya Nakyung aja berani jamin"

"Tapi kalo beneran dia, gimana?"

Lia menghela nafas panjang. "Entahlah. Tapi sampai saat ini aku memilih percaya aja sih Eunsang nggak salah"

Tiba-tiba, "Doooor"

Lia dan Yeji terlonjak kaget karena Yiren muncul tiba-tiba, seperti biasa.

"Yiren si hantu cantik kembali", ucap Yiren

Yeji memutar kedua bola matanya malas. "Untung beneran cantik. Coba kalo enggak"

Yiren cengar-cengir. Auranya yang penuh wibawa seperti saat kasus sebelumnya, menguap sudah.

Lia mencondongkan tubuhnya, menjadi lebih dekat ke arah Yiren. "Ren, kamu katanya mau bantu ya? Kasih tau dong siapa pelakunya"

Yiren hanya mengangkat kedua bahunya. "Maaf, kali ini aku nggak bisa bantu banyak. Karena sepertinya salah 1 dari anak-anak itu punya pelindung yang bikin aku nggak bisa kasih tau"

Kedua alis Lia bertaut. "Salah 1? Jadi-"

"Ups aku keceplosan. Eum,,, ya. Ada beberapa. Eh tapi kalian tenang aja. Kalau petunjuk-petunjuk kecil, aku masih bisa bantu"

"Jadi?"

"Anak laki-laki"

Lia tampak kecewa. "Ya kalau itu aku tau. Pasti anak laki-laki. Nggak mungkin anak perempuan berani"

"Ijen jeomjeom chaoreuneun nae Gauge
Gidaril piryon eopseo
Imi junbiga dwaesseo nan"

Sayup-sayup terdengar lagu dari speaker sekolah, yang bersumber dari ruang radio.

"Lagunya bagus", ucap Yiren lirih, dengan sedikit menekankan kata 'lagu'.

"Iya bagus sih lagunya", balas Lia

"Siapa yang jadi penyiar radio?"

"Hari ini kayaknya jadwalnya Chaeryeong sama Cha Junho sih"

"Oh, Chaeryeong, anak yang berkulit putih itu?"

"Iya"

"Hmm pemilihan lagunya bagus"

Dan lagu berjudul Flash itu terus terdengar dari speaker.

"Hwangholgyeonge ppajin deusi
Jeongsini ontong neoppunya
Uh hanchameul hemaedeon sungan
Beonjjeogin You're like thunder
My lightsaber Yeah"

Yiren tampak asyik mendengarkan lagu itu. Lia dan Yeji pun tak berniat mengganggunya.

"Boyeojwo neoui Fantasy
Nuni meoreo beorin sungan
Chaewojulge neol gadeukhi
Geobuhal su eopseo nan"

Yiren menyunggingkan senyum tipis ketika lagu akhirnya berakhir.

"Aku rasa kalian cukup pintar untuk memecahkan teka-teki ini", ucap Yiren

Lia dan Yeji saling pandang.

Apa maksudnya?

**

Malam harinya, Lia asyik menonton tv di ruang tengah rumahnya. Tiba-tiba terdengar suara pintu rumahnya dihantam sesuatu. Lia pun keluar sambil membawa Ppyongbong milik kakaknya untuk jaga-jaga. Setelah diperiksa, ternyata sebuah batu berukuran sedang lah yang menghantam pintu rumahnya. Lia memungut batu itu yang ternyata terikat dengan selembar kertas.

Isi kertas itu adalah, "ICY One, F*ck You", ditambah gambar jari tengah.

Kedua mata Lia membulat. "Apa-apaan ini?"

Hyunjin dan Yeji yang tinggal di sebelah rumah Lia, langsung keluar karena mendengar juga suara hantaman itu.

"Ada apa, Li?", tanya Hyunjin

Lia menunjukkan batu dan tulisan yang diterimanya. "Silakan"

Yeji dan Hyunjin saling pandang.

"Besok, kita adakan rapat ICY One", ucap Yeji

"Oke"

Yeji lalu melirik Ppyongbong yang Lia pegang. "Itu apa?"

"Oh, ini? Lightstick punya Kak Jisoo. Aku pinjem tadi, siapa tau bisa dipake buat mukul orang iseng yang lempar batu ini"

"... Hah?"

**

Di rumahnya, Minju asyik mengedit bahan penerbitan majalah ICY One di laptopnya. Tiba-tiba sebuah batu melayang masuk ke ruang tengah rumahnya, karena pintu dalam keadaan terbuka. Minju mengambil lightstick IZ*One miliknya, dan bersiap melihat keadaan.

Tidak ada siapapun di luar. Hanya ada suara jangkrik saja.

Minju lalu berbalik dan memungut batu yang dilempar tadi. Dan sama seperti Lia, ada pesan juga di balik batu itu.

Isinya, "MATILAH KAMU!!!"

Minju terperanjat. Buru-buru dilemparkannya batu itu. Minju kembali melihat keadaan di luar rumah. Dan tetap tak terlihat ada siapapun di sana. Minju sempat kembali dilanda rasa takut. Beruntung tak lama kemudian, kedua orangtua Minju pulang.


Di balik semak belukar, ada gerakan dari seorang anak laki-laki bertinggi badan sedang. Anak itu melepas topeng yang dipakainya, lalu mulai menelepon seseorang.

"Aku nggak bisa masuk lebih dekat ke rumahnya. Sepertinya dia punya pelindung", ucap anak laki-laki itu

"Pelindung? Bagaimana bisa?", balas seseorang di ujung telepon

"Aku nggak tau. Harusnya aku bisa nembus ke sana, tapi kayaknya pelindungnya terlalu kuat. Aku nggak bisa nembus. Jadi aku cuma bisa lempar batunya aja"

"Hmm ya sudah. Kita lanjut besok aja. Makasih kerja kerasnya"

Telepon tertutup. Anak laki-laki itu lalu mengendap-endap pergi dari rumah Minju.

#####

ICY One: New CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang