21

191 48 8
                                    

"Jadi, semalam kamu kemalingan?", tanya Jiheon ketika Yuna sudah masuk ke dalam kelas.

Yuna mengangguk. "Nggak ada barang yang diambil, sih. Cuma, aku dibuat pingsan"

Yuna celingak-celinguk sebentar. Kemudian dia berucap dengan suara lirih, "Ji, kamu nggak bisa baca pikiran orang gitu? Kayak yang bisa Eunsoo lakukan?"

Jiheon menggelengkan kepalanya. "Spesialisasiku bukan itu. Eunsoo bisa membaca pikiran dan gambaran kejadian yang sedang terjadi, sedangkan aku bisa mendengar suara yang jaraknya jauh. Maksudku, suara yang diucapkan. Kalau Eunsoo kan suara dalam hati"

Yuna terlihat kecewa. "Yah... Kamu nggak bisa baca pikiranku dong? Siapa tau bisa nemuin pelaku semalam"

"Nggak bisa... Kamu sendiri aja nggak ingat, Yun"
"Tapi aku dan Eunsoo sama-sama psychometry. Aku bisa liat ulang kejadian semalam. Kita coba ya?"

Yuna mengangguk. Jiheon lalu menggenggam tangan Yuna dan mulai memfokuskan 'penglihatan' nya. Sesaat kemudian Jiheon menggeleng lemah.

"Aku nggak bisa, Yun..."

Yuna menunjuk-nunjuk kacamata Jiheon. "Kamu masih pake kacamata"

Jiheon tersadar. "Oh iya lupa"

Jiheon melepas kacamatanya, dan kembali fokus dengan 'penglihatan' nya. Barulah kali ini Jiheon berhasil.

"Aku bisa liat, Yun. Tapi kayaknya ada bagian yang kepotong, deh. Aku cuma bisa liat listrik rumah kamu mati, kamu lukain orang itu, lalu kamu pingsan. Habis itu gelap. Aku nggak bisa liat lagi"

Yuna menghela nafas kecewa. "Yah, nggak bisa nemuin malingnya dong?"

Jiheon memakai lagi kacamatanya. "Ya gitu... Emang kamu nggak ingat ciri-cirinya?"

"Enggak, kan gelap. Aku cuma beruntung aja pisauku kena tangan dia"

"Suara?"

"Macam penjual bakso boraks"

"O-oh okay..."

Obrolan mereka terhenti ketika Eunsang masuk ke dalam kelas. Wajahnya terlihat lesu.

"Samperin dia gih, Ji", bisik Yuna

Jiheon mengangguk. Gadis itu kemudian berjalan mendekati Eunsang. "Sang..."

Eunsang menoleh. "Iya? Ada apa?"

"Boleh aku minta tolong sesuatu padamu?"

"Wah, apa itu?"

"Tolomg tatap mataku"

"H-hah?"

"Udah, turuti aja"

Eunsang tahu Jiheon sedikit aneh, seperti halnya Eunsoo, tapi diturutinya juga permintaan gadis itu.

Setelah 'menjelajah' masa lalu Eunsang, Jiheon tersenyum tipis.

"Aku percaya sama kamu, Sang", ucap Jiheon

Kedua alis Eunsang bertaut. "Percaya?"

"Iya, aku percaya kamu cuma dijebak. Jangan khawatir. Aku akan bantu cari bukti kalau kamu nggak salah"

"Seriusan?"

"Iya dong... Aku percaya sama kamu, jadi kamu juga harus percaya sama kamu"

Senyum Eunsang terkembang. "Makasih, Baek"

Dari balik tembok kelas 10-B, seseorang mendengarkan percakapan Jiheon dengan Eunsang itu. Senyum sinis terukir di bibir anak itu.

**

ICY One: New CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang