Cahaya matahari pagi menembus tirai ruangan tempat Jiheon disekap. Cahaya itu membuat Jiheon membuka kedua matanya. Pelan, Jiheon mencoba bangkit. Kepala belakangnya terasa sakit. Saat ini posisinya ada di sebuah ruangan yang asing. Dia tertidur di atas sebuah kasur yang lumayan empuk. Diselimuti pula. Dan dia masih memakai seragam sekolah hari kemarin.
"A-aku di mana?", gumam Jiheon
Pintu ruangan terbuka. Seorang anak laki-laki muncul sambil membawa piring dengan nasi bungkus di atasnya, serta gelas dan teko berisi air minum.
"Kamu sudah bangun? Nyenyak tidurnya?", ucap anak laki-laki itu
Jiheon bangkit. "Kamu? Kamu apain aku?"
"Aku nggak ngapa-ngapain kamu kok. Kemarin kamu pingsan, dan aku bawa kamu ke sini"
"Bohong"
"Aku nggak bohong kok. Beneran aku bawa kamu ke sini habis kamu pingsan. Terus yang mukul kamu itu bukan aku. Jadi aku nggak bohong"
"Jadi benar kalau kamu yang-"
"Ya, nggak salah juga. Makanya aku dan teman-temanku mau menahanmu dulu di sini"
Jiheon mencoba kabur, tapi anak laki-laki yang lain muncul dan menahan Jiheon. Anak itu mendorong kembali Jiheon ke kasur. Kemudian dua anak laki-laki itu keluar dari ruangan itu.
"Makanlah. Aku tau kamu lapar. Itu ada minum juga. Jangan coba-coba mencari cara untuk bisa kabur dari sini karena itu akan sia-sia saja. Dan jangan kamu berpikir bisa menghubungi teman indigo mu itu. Kami akan kembali sepulang sekolah untuk memberimu makan siang", ucap si anak laki-laki pertama sebelum menutup pintu dan menguncinya.
Jiheon mengacak-acak rambutnya. Ketika dia meraba saku seragamnya, ternyata ponselnya tidak ada di sana. Hanya ada gelangnya yang sudah putus. Pantas Eunsoo belum menemukan keberadaannya.
**
"Eh, denger-denger, Baek Jiheon menghilang"
"Diculik?"
"Kayaknya. Kemarin aku liat Eunsoo sama Yujin ke kantor polisi bikin laporan"
"Aduh, kasian ya. Dia anak baik. Semoga cepet ketemu deh"
"Iya, semoga. Aku masih belum bayar utang 5 ribu ke dia sih"
Beitulah suara obrolan anak-anak kelas 10 ketika Lia melewati mereka. Lia juga sudah tahu tentang berita menghilangnya Jiheon karena Papanya adalah kepala kepolisian. Semalam Papanya memberitahunya tentang laporan dari Eunsoo dan Yujin. Lia sudah meminta kepada Papanya untuk segera membantu menemukan Jiheon, karena Lia juga membutuhkan Jiheon untuk mengungkap kasus di SMA Asiansoul.
Lia menghela nafas. Dia lalu membelokkan langkah kakinya menuju kelas 10-A tempat Eunsoo berada. Ketika tiba di sana, Lia melihat Eunsoo sedang duduk di bangkunya dengan pandangan lurus ke depan. Tatapan matanya kosong.
"Shin Eunsoo?", panggil Lia
Tidak ada sahutan. Lagi, Lia mengulang panggilannya.
"Eunsoo? Shin Eunsoo?"
Eunsoo tersentak. "Eh, iya Kak?"
Lia berdiri di sebelah bangku Eunsoo. "Belum ada kabar soal Jiheon?"
Eunsoo menggelengkan kepalanya lemah. "Belum. Aku belum bisa menghubunginya, Kak. Baik dengan cara normal maupun tak normal"
"Begitu, ya? Kamu tau ke mana tempat terakhir dia pergi?"
"Enggak... Dia nggak ngomong apa-apa ke aku"
"Hmm susah ya?"
Tiba-tiba Yuna muncul. Dan dia langsung duduk di bangku sebelah Eunsoo, tempat Yujin biasa duduk.
"Soo, Jiheon belum ketemu ya? Aduh, gimana dong? Nasib kita gimana tanpa dia?", cerocos Yuna
Eunsoo menghela nafas. "Kamu ngomong gitu seolah aku nggak bisa apa-apa tanpa dia, Na"
"Emang nggak bisa kan?", celetuk Yujin yang baru saja datang. Dia langsung mengusir Yuna dari bangkunya.
Eunsoo mengacak-acak rambutnya. "Argh, ya nggak salah sih. Tapi bukan berarti beneran nggak bisa apa-apa. Bisa, cuma nggak se-perfect kalo ada Jiheon"
"Kalian saling melengkapi satu sama lain. Jangan-jangan kalian jodoh"
"Ahn Yujin, ini bukan saatnya bercanda"
"Maaf... Ya niatku biar gak tegang-tegang amat gitu lho kayak kolor Dongyun yang baru"
Eunsoo langsung tertawa ngakak. Padahal dari tadi dia memang tegang setengah mati.
Lia berdehem. "Oke, mari kita berdo'a supaya Baek Jiheon cepat ketemu"
**
Junho berdiri di depan sebuah rumah bercat kelabu. Seperti sebelumnya, tangannya bergetar ketika menekan bel. Beberapa detik kemudian, seorang anak laki-laki membukakan pintu.
"Ck, kamu lagi. Ada apa lagi sih?"
"Kim, aku mohon berhentilah"
"Apa maksudmu?"
"Aku tau kelompokmu yang udah nyulik Jiheon kan?"
Si tuan rumah tertawa sinis. "Kalau iya, kenapa?"
"Kimmy, berhentilah..."
"Berhenti memanggilku begitu, Cha Junho!!!"
"Kim-"
"Pergilah sebelum aku berbuat kasar padamu, Junho"
"Kenapa kamu jadi jahat? Apa karena-"
"Nggak usah sok tau. Udah, pergi sana!!!"
"Tapi-"
"Kalau kamu terus mengusikku, aku nggak akan segan-segan nyakitin kamu dan juga Eunsoo!!!"
Junho tercekat. "Jangan... Jangan sakiti Eunsoo..."
"Makanya diam!!!"
"Kamu jahat!!! Aku akan lapor ke polisi!!!"
"Emangnya siapa yang bakal percaya? Kamu punya bukti?"
Junho diam. Si anak laki-laki kembali tertawa sinis.
"Udah, pergi aja sana. Mending kamu cari cara buat nembak Eunsoo daripada sibuk ngurusin aku"
Brakkk.
Pintu tertutup dengan keras.
Junho menghela nafas. Tangannya meraba saku celananya tempat ponselnya berada. Ternyata dia merekam pembicaraan tadi. Besok, dia akan menunjukkannya kepada Eunsoo.
Sekaligus menyatakan cinta.
#####
KAMU SEDANG MEMBACA
ICY One: New Case
FanfictionICY One mengira tidak akan ada lagi kasus setelah Lee Chaeyoung dkk tertangkap. Tapi ternyata mereka salah. SMA Asiansoul seolah tidak mengizinkan mereka beristirahat dengan tenang. Kasus baru terjadi, seiring datangnya para murid baru di tahun ajar...