73

99 26 0
                                    

Jerome sedang duduk-duduk santai di ruang tamu ketika pintu rumahnya diketuk. Dengan langkah malas-malasan, Jerome pun membukanya. Dan dia terkejut ketika melihat siapa yang datang.

"Oh? Kamu yang waktu itu nolongin aku, ya?"

Sang tamu mengangguk pelan. "Iya, Kak. Ini aku yang waktu itu nolongin Kakak. Namaku Cha Woonggi, kalau Kakak lupa."

"Ah, iya Woonggi. Silakan masuk."

Tamu yang memakai jaket OSIS SMA Kubus itu pun masuk dengan sopan. Jerome menyediakan jus kalengan dan beberapa toples berisi kue kering.

"Silakan, hanya ada ini. Maaf ya, aku hanya tinggal seorang diri sih," ucap Jerome.

Woonggi mengangkat sebelah alisnya. "Maaf kalau lancang, orangtua Kak Je ke mana?"

"Orangtuaku merantau ke negeri tetangga semua. Aku sendirian di rumah ini. Biasanya aku numpang makan di rumah sebelah ini. Kamu tau anak perempuan yang ditanyakan Jeongin waktu itu? Anak yang diculik waktu pergi bersamaku? Nah, dia tinggal di rumah sebelah ini. Aku dititipin ke keluarganya, kasarnya. Jeongin pacar anak itu."

Woonggi mengangguk-angguk paham. Dicomotnya beberapa kue dan dimakannya.

Jerome mengamati bagian lengan jaket Woonggi yang sedikit lusuh. Dilihatnya pula motor Woonggi yang tampak ada bekas goresan yang terlihat masih sangat baru.

"Woonggi, kamu habis dari mana? Jaketmu agak kotor. Motormu juga ada bekas goresannya. Kamu baik-baik aja?"

Woonggi yang sedang mengunyah kue, hampir tersedak. "A-ah, Kak Je sadar? Eum,,, sebenarnya tadi ada mobil nyerempet motorku. Aku sempat jatuh juga, tapi untungnya nggak kenapa-kenapa. Ya cuma motor aja kena gores."

"Kamu bukannya ke klinik, tapi malah ke rumahku?"

"Ya, tadinya aku mau ke klinik habis dari rumah Kak Je. Kejadiannya di jalan raya deket sini sih, jadi nanggung gitu."

"Kamu ada luka gitu nggak?"

"Eum,,, kayaknya lenganku ada lecet sedikit."

"Sebentar. Kayaknya aku ada obat-obatan."

Jerome pun masuk ke dalam kamarnya. Tak lama, dia kembali dengan membawa kotak P3K.

"Siniin lengan kamu!"

Dengan ragu-ragu, Woonggi mengulurkan lengannya. Dengan telaten, Jerome mengobati lukanya yang sebenarnya hanya lecet sedikit.

"Aku dengar di SMA Kubus juga ada masalah ya?"

"Ah, iya. Dan aku jadi salah 1 anggota yang mau mengungkap kebenarannya."

"Kamu boleh minta tolong padaku, Gi. Aku akan senang kalau bisa bantu."

"Eh, nggak usah kok Kak. Ntar ngerepotin."

"Nggak apa-apa. Itung-itung balas budi gitu karena kamu udah nolongin aku juga. Kalau butuh bantuan, hubungi aja aku. Kalaupun aku nggak bisa bantu tenaga, aku akan coba bantu kasih saran dan sejenisnya. Janji ya nanti kasih tau aku?"

"I-iya deh Kak."

"Habis ini mau ke mana lagi?"

"Aku mau jenguk temanku yang lagi dirawat di rumah sakit."

"Dia jadi korban juga kah?"

"Begitulah..."

"Baiklah. Hati-hati ya? Ingat, kabari aku kalau ada apa-apa. Aku akan bantu sebisaku."

"Siap!"

**

"Niki, tungguin dong!"

Jihan berlari-lari kecil mengikuti Niki yang berjalan menuju sebuah pusara. Gadis mungil itu harus berhati-hati karena area pemakaman itu terdapat banyak rumput yang meninggi dan sedikit membuat gatal, serta kerikil tajam yang cukup membuat kaki sakit meski Jihan sudah memakai sepatu ber-sol tebal.

Jihan duduk di sebelah Niki yang sudah terlebih dahulu duduk di sebuah makam. Hanya terdapat tulisan 'A. H.' di batu nisan yang berlumut itu. Jihan ikut membantu Niki membersihkan makam yang terlihat tak terurus itu.

"Makam siapa ini? Inisialnya A.H. Siapanya Atta?" tanya Jihan hati-hati.

"Bukan siapa-siapanya Atta Gledek. Ini makam kenalanku. Dia akan menjadi senior kita di Asiansoul, andai dia masih hidup sekarang. Motivasiku masuk Asiansoul tadinya mau mencari tahu siapa pembunuhnya dan apa motifnya," jawab Niki pelan.

"T-tunggu. Jangan bilang kalau kamu bekerja sama dengan--"

"Kalau kamu berpikir aku menjadi villain, enggak kok. Jangan khawatir. Aku cuma sebatas penasaran aja. Setelah masuk Asiansoul, dan ketemu sama Kak Minju, aku langsung tau dia adik dari pembunuh itu. Dia nggak ada kaitan apapun dengan dua kakaknya. Aku bahkan ikut membantu penyelidikan kasus yang terjadi kemarin kan? Aku juga ikut menyelamatkan kalian waktu itu."

"A-ah, aku nggak bermaksud menuduhmu."

"Aku tau. Jujur, aku sedih banget kehilangan kenalanku ini. Sebelum kasus itu terjadi, aku sering dibujuk buat masuk ke Asiansoul. Makanya kamu tau kan aku semakin rajin belajar buat bisa masuk Asiansoul? Aku mau 1 sekolah sama kenalanku ini. Tapi apalah daya, kejadian itu terjadi begitu cepat. Aku sendiri nggak nyangka."

"Kamu juga tau, aku masuk ke Asiansoul juga dibujuk sama Kak Han Jisung. Tadinya aku juga dibujuk sama Kak Chowon buat masuk ke SMA Kubus, tapi aku lebih milih ke Asiansoul karena mau ketemu sama Kak Minju, Kak Eunsoo dan Kak Jiheon. Mereka akan butuh aku di Asiansoul. Yah, kudengar di SMA Kubus sendiri juga lagi ada kasus. Tapi nggak masalah. Ada Zoa dan Amin di sana."

Niki bangkit setelah meletakkan sebuket bunga. "Kubus ya? Hmm entah kenapa, aku tertarik dengan kasus di sana. Aku juga tiba-tiba ada pikiran liar, seolah kenalanku ini hidup lagi dan berkeliaran ke sana."

Jihan ikut bangkit. "Mau coba tanya ke Kak Eunsoo atau Kak Jiheon? Nanti biar kucoba tanya juga ke Kak Chowon."

"Boleh deh. Dan kalau benar kenalanku ini 'berkeliaran' di sana, aku mau ketemu dia lagi sebelum dia benar-benar 'menghilang'."

"Nanti kutemani tanya deh. Oh ya, habis ini kita ke rumah Kak Felix kan?"

"Iya. Kamu tau rumahnya kan?"

"Tau kok. Yuk, nanti telat."


#####

ICY One: New CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang