51

129 37 8
                                    

Ryujin berjalan mengendap-endap melalui jalur belakang sekolah. Dia sedikit datang terlambat hari ini. Oh, bukan. Hanya terlambat kelas pagi yang menjadi rutinitas murid kelas 3. Gerbang sekolah sendiri belum ditutup, tapi Ryujin memilih jalur belakang agar cepat sampai ke kelasnya.

Ryujin sudah berhati-hati, tapi ketika dia melewati gedung yang belum sepenuhnya jadi, tiba-tiba sebuah balok kayu terjatuh. Hampir saja balok itu menimpa Ryujin andai tak ada orang lain yang menyelamatkannya.

"Jang Kyungho?"

Ternyata Kyungho yang menyelamatkan Ryujin.

"Kamu nggak apa-apa, Jin?"

"Eum,,, ya... Makasih udah nyelametin aku. Ngomong-ngomong, kamu telat kelas pagi juga?"

"Ah, iya. Ayo kita segera ke kelas. Kayaknya guru-guru belum masuk ke kelas."

"Oh iya."

Ryujin bersiap berjalan lagi, tapi Kyungho menahan tangannya.

"Eum,,, Ryu,,,"

Ryujin jadi menoleh lagi. "Ya?"

"Sebaiknya kamu hati-hati. Entah kenapa sejak Wonyoung hilang dan Jaehee kena celaka juga, aku punya firasat akan ada hal buruk lagi yang akan terjadi."

Ryujin tertegun. Gadis itu memaksa tersenyum. "Oke."

**

Kelas 12-B yang merupakan kelas Ryujin, Minju, Chaeryeong, Jeongin dkk ada jam kosong di jam pelajaran ke-empat. Tidak ada tugas dari guru. Para murid pun memanfaatkan waktu dengan baik. Ada yang tidur, ada yang ke kantin, perpustakaan, dan ada juga yang hanya duduk-duduk di depan kelas menonton adik kelas bermain kasti, seperti yang dilakukan Minju, Ryujin, Chaeryeong dan Somi.

Di tengah lapangan, kelas 10-B yang ada mata pelajaran olahraga, sedang bermain kasti. Tampak Jeongwoo bersiap melemparkan bola, serta Haruto yang bersiap memukul bola yang akan dilemparkan Jeongwoo.

Takkk.

Haruto memukul bola dengan sekuat tenaga. Tapi sepertinya pukulan Haruto terlalu keras. Bola kecil itu meluncur mulus mengarah ke arah Minju dan tepat mengenai dahi gadis itu.

"A-aw..."

Minju mengusap-usap dahinya yang sedikit memerah. Sedetik kemudian, Minju merasakan hal aneh. Dia tidak merasakan sakit. Padahal seharusnya rasa sakit itu masih terasa, apalagi pukulan Haruto sangat kencang.

"Kamu nggak apa-apa, Ju?" tanya Chaeryeong

"Eum,,, ya gapapa. Nggak sakit kok," balas Minju

"Beneran?"

"Iya. Cuma ada bekas merahnya, tapi nggak sakit."

Di tengah lapangan, Haruto kembali ke tim setelah meminta maaf kepada Minju. Senyum misterius terukir di bibirnya.

Haruto tak menyadari kalau Niki memperhatikannya. Niki merasa ada yang aneh dengan Haruto, tapi Niki tidak tahu apa itu.

**

Nako menggenggam erat foto yang tempo hari dia temukan di rooftop sekolah. Nako tahu siapa pemilik foto itu, tapi Nako bertekad tidak mau mengembalikannya sebelum mendapatkan hal yang dia ingin ketahui. Akhirnya Nako memutuskan kembali ke rooftop untuk mencari tahu.

Dan voila...

Sosok yang dicurigai Nako kebetulan juga berjalan menuju rooftop. Pelan, Nako mengikutinya.

Ketika tiba di rooftop, Nako melihat anak laki-laki yang diikutinya itu sedang mencari sesuatu di sekitar rooftop. Dan Nako mendengar ada suara lain di sana. Sepertinya suara anak perempuan, tapi Nako tidak bisa melihat wajahnya. Nako pun memutuskan untuk menguping.

"Penting banget ya foto itu?"

"Penting banget!!! Cuma itu peninggalan dari dia yang kupunya"

"Cetak baru aja elah. Minta kakak yang mini itu buat ngasih fotonya, trus kamu cetak lagi. Ribet amat"

"Kak Nako udah nggak punya fotonya!!! Makanya aku harus nemuin foto yang itu!!!"

Mendengar namanya disebut, Nako pun berjalan semakin mendekat. Ah, Nako tetap tidak bisa melihat wajah si anak perempuan.

"Kamu yakin ilangnya di sekitar sini?"

"Iya yakin"

"Kapan terakhir kali kamu ke sini?"

"Hmm kayaknya waktu Jaehee jatuh deh. Kan waktu itu kami berantem sama dia. Sebelumnya aku sempat buka-buka dompetku sih buat liat foto itu"

"Udah ilang ketiup angin kali"

Si anak laki-laki mengacak-acak rambutnya frustasi. "Ah, sial. Padahal aku cuma punya foto itu. Harusnya aku cetak banyak aja, kalau tau bakal begini"

Nako pun memberanikan diri untuk muncul. Dan yah,,, Nako tidak menemukan si anak perempuan yang tadi berbicara dengan si anak laki-laki. Entah seperti ajaib sekali, anak perempuan itu menghilang.

"Sudah kuduga kalau Jaehee terjatuh bukan karena human error, tapi karena sengaja didorong jatuh. Dan nggak kusangka kalau kamu terlibat," ucap Nako lirih

Si anak laki-laki menoleh kaget. "K-Kak Nako? Kakak ngapain ke sini?"

"Kamu sendiri ngapain di sini?"

"A-aku nyari foto"

Nako menunjukkan foto yang dari tadi digenggamnya. "Foto ini?"

"A-ah, iya. Kak Nako yang nemuin?"

"Iya. Ngomong-ngomong soal ucapanku tadi,,,"

"S-soal apa?"

"Soal ternyata kalau kamu ikut mendorong Jaehee sampai jatuh. Maaf kalau aku lancang, tapi tadi aku dengar semuanya"

Anak laki-laki itu terdiam, tak bisa menjawab. Nako semakin berjalan mendekat.

"Aku benar-benar nggak nyangka. Sekarang, biar kutanya 1 hal, apa kamu melakukan ini untuk membalaskan dendam Hitomi?"

Anak laki-laki itu masih tak menjawab. Dia sudah ketahuan, tapi dia tak berani melakukan apapun kepada Nako karena gadis itu sudah dianggapnya sebagai kakak sendiri, dan dia sudah berjanji akan menjaga Nako.

"Jawab aku, Watanabe!!!"

#####

ICY One: New CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang