44

142 33 0
                                    

Rapat ICY One baru saja selesai. Seluruh anggota tim sudah membubarkan diri, tinggal Jiheon seorang diri di dalam ruangan. Harusnya Eunsoo juga masih tinggal, tapi gadis itu keburu lari ke toilet karena perutnya mules gara-gara tadi pagi sarapan seblak level super pedas. Yujin dan Yuna sudah kabur ke kantin. Sedangkan Eunsang tiba-tiba dapat tugas dari Pak Jiyong.

Jiheon merapikan berkas bahan penerbitan majalah yang tadi dikumpulkan para anggota. Setelah semua selesai, dia bersiap untuk keluar.

Ketika melewati lemari berukuran sedang, entah penyangga kaki lemari itu lepas atau apa, lemari berisi majalah-majalah edisi lama itu pun oleng dan menimpa tubuh Jiheon yang terlambat menyadarinya.

"Kyaaaaaa"

Jiheon ambruk tak sadarkan diri.

Sementara itu, Niki yang merasa buku catatannya tertinggal di ruangan klub, berniat mengambil kembali bukunya itu. Dan dia bernafas lega karena pintu ruangan masih terbuka. Itu artinya dia tidak perlu repot-repot mencari Jiheon untuk meminta kunci. Tapi Niki terkejut karena melihat lemari ambruk dan ada sosok mungil tertimpa lemari itu.

"Astaga, Kak Jiheon!!!"

Niki buru-buru menghampiri Jiheon. Karena kebetulan Niki bertubuh sedikit kekar, tidak terlalu sulit baginya untuk mengembalikan lemari itu ke posisi semula. Pelan, Niki menggoyang-goyangkan tubuh Jiheon.

"Kak? Kak Jiheon? Bangun, Kak"

Niki memeriksa denyut nadi Jiheon. Masih ada. Nafasnya juga masih ada.

"Syukurlah cuma pingsan. Aku harus bawa Kak Jiheon ke UKS nih"

Di tempat lain, Eunsoo yang masih berada di toilet, mendapatkan feeling buruk.

"Jiheon? Apa dia ada masalah?"

**

Eunsoo, Yujin dan Yuna memjenguk Jiheon. Gadis berambut panjang sedikit kecoklatan itu baru saja siuman. Ada Eunsang juga yang menjaganya.

"Bagaimana keadaanmu, Ji?" tanya Eunsoo

Jiheon memijat-mijat pelan kepalanya. "Agak pusing sedikit. Tapi udah nggak apa-apa kok"

"Kok bisa ya lemarinya roboh?" sekarang giliran Yuna yang bertanya

"Aku nggak tau ya, Yun... Tapi,,,"

Jiheon menghentikan sebentar ucapannya. Seolah mengerti, Eunsoo berkata, "Nggak ada siapa-siapa lagi kok di ruangan ini selain kita"

Jiheon berdehem. "Oke... Aku cuma mau bilang, kayaknya lemari tadi roboh bukan tanpa sengaja. Maksudku, ada yang sengaja jatuhin lemarinya"

"Sengaja? Tapi buat apa?" tanya Yujin

"Aku nggak tau tapi,,, kayaknya permainan baru akan dimulai"

"Maksud kamu,,,"

"Ya. Perang belum berakhir"

**

Kelompok anak laki-laki angkatan baru yang terdiri atas Niki, Dohyon, Sunoo, Junghwan, Haruto, Jeongwoo dan Jungwon, sedang asyik makan di kantin waktu jam istirahat kedua. Mereka asyik membicarakan tragedi lemari di ruangan klub majalah yang roboh.

"Aku dengar dari Kak Jeongin, itu lemari emang udah tua" ucap Jungwon

"Tapi bisa pas gitu ya robohnya nimpa Kak Jiheon?" celetuk Sunoo

Junghwan berucap dengan mulut penuh siomay. "Kalian ngerasa nggak sih kalo ini tuh disengaja?"

Niki menjentikkan jarinya. "Aku setuju. Tapi gimana caranya, dan apa tujuannya?"

**

Jungwon melemparkan tasnya asal-asalan ke sofa. Dihempaskannya tubuhnya kasar.

Tiba-tiba Jeongin lewat dan berkata, "Apa kubilang?"

Jungwon menoleh malas. "Emang Kak Je ngomong apa?"

Jeongin duduk di sebelah Jungwon. "Soal Jiheon. Kan bener dia nggak se-kuat itu juga"

Jungwon terdiam sejenak. Lalu, "Tapi cuma perkara lemari roboh kan Kak? Kak Je bilang, lemari itu udah tua"

"Iya, emang. Sebenarnya itu lemari udah dari beberapa tahun lalu, diambil dari gudang lama yang akhirnya kebakaran itu"

"Ya berarti mungkin emang waktunya roboh?"

Jeongin menghela nafas. "Won, kamu nggak merasa janggal? Robohnya tepat nimpa Jiheon, lho... Kayak disengaja gitu, tinggal Jiheon seorang diri di ruangan itu"

"Tapi gimana caranya? Tinggal disepak doang juga bakal roboh kali itu lemari. Tapi jeda waktunya agak lama sama para anggota keluar dari ruangan"

"Hmm iya ya? Gimana ya caranya?"

"Intinya aku masih percaya kalo nggak bakal ada kasus lagi di era ini"

Jungwon tidak tahu, perang baru saja akan dimulai.

**

Minhee, Dongyun dan Dongpyo sedang asyik nongkrong di kafe kecil langganan mereka, masih membahas tragedi tadi siang juga.

"Aku mau tanya dong guys. Yang terakhir keluar dari ruangan sebelum Jiheon tadi tuh siapa?" tanya Dongyun

Dongpyo mencomot kentang goreng dari piring Minhee dan memakannya. "Seingatku tadi tuh para anak baru yang belakangan keluar. Tapi lupa siapa"

"Lemari itu emang udah tua, tapi kok bisa pas nimpa Jiheon. Kayak udah ditarget"

Minhee menyeruput americano pesanannya. "Untung lemarinya nggak gede-gede amat, jadi Jiheon cuma pingsan. Coba kalo lemarinya segede yang di ruang guru itu, bisa-bisa udah wafat itu"

Dongpyo mencubit lengan Minhee. "Hush. Jangan ngomong gitu"

"Tapi bener lho Pyo, kalo lemarinya segede yang di ruang guru, mungkin kita bakal kehilangan Jiheon"

Giliran Dongyun mencomot nugget dari piring Dongpyo. "Oh ya, aku penasaran sama 1 hal. Kalian berdua itu dulu pernah nyulik Jiheon kan ya? Nah, aku mau tanya, kalian tetep ngurusin dia ya?"

Minhee mengangguk-anggukkan kepalanya. "Masih tetep kami kasih makan dan minum kok. Kami nggak sejahat itu ngebiarin dia mati kelaparan"

"Trus soal mandi dan sebagainya?"

"Di gedung itu udah nggak ada air sih walau ada toiletnya, sekedar informasi aja"

"Loh, terus?"

"Kami kasih dia tisu basah dan kantong kresek"

Dongyun hampir keselek. "Hah???"


#####

ICY One: New CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang