01

74.6K 4.3K 37
                                    

Assalamualaikum, selamat datang di ceritaku.
Ini adalah cerita pertamaku di Wattpad, aku minta dukungan dari pembaca sekalian untuk tekan bintang di setiap bab, dan juga berikan komen di paragraf apabila berkenan. 
Aku menerima semua kritik dan saran dari para pembaca sekalian, untuk karyaku agar lebih baik lagi. 
Terimakasih sudah memilih cerita ini sebagai bacaan kalian semua, insha Allah cerita ini akan bermanfaat karena aku menyelipkan kisah yang tak biasa di dalamnya. 
Selamat membaca.

-----------------------------------------------------------------------------

Di dalam kamar pengantin, Bagas terus saja memandang wajah istrinya. Satu tangannya membelai pipi Marta yang merona karena make-up. Jari-jari tangan Bagas menari-nari di wajah Marta, menyentuh bibir, mata, hidung dan dagu. Sedikit mendonggakkan wajah Marta dan berkata, "Kamu cantik sekali, Beib. Tidak salah aku meminta papa untuk meminangmu menjadi istriku. Aku sangat beruntung memilikimu." 

Rasa gugup dan canggung Marta rasakan, pasalnya ia belum pernah sekalipun pacaran. Papa dan mamanya melarang Marta untuk berpacaran karena takut kalau terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan nantinya. Apalagi ditambah saudara kembarnya yang sudah pasti mendukung keputusan kedua orang tuanya. 

Bagas semakin tidak tahan melihat raut wajah Marta gugup. Di mata Bagas Marta terlihat begitu mengemaskan. Sudah lama sekali Bagas menginginkan Marta untuk menjadi istrinya, segala cara ditempuhnya untuk mendapatkan restu Andi termasuk menggunakan kekuasaan papanya. 

"Beib, kamu milikku malam ini. Aku janji akan melakukannya dengan lembut agar kamu merasa nyaman dan gak kesakitan," 

Marta memicing curiga, "sepertinya kamu sudah berpengalaman, Mas."

Bagas tertawa dan mengenggam tangan Marta,"kita hidup di jaman modern, Beib. Segala informasi sudah pasti mudah didapatkan. Apalagi untuk sebuah kenikmatan, harus dipelajari dengan benar, bagaimana posisi yang bagus, durasinya berapa lama, ritme permainnya seperti apa, dan ..."

Dengan cekatan Marta membungkam mulut suaminya yang terlalu vulgar itu.

"Ih, ngomongnya gitu banget." Marta malu sendiri dibuatnya.

Bagas lalu menggenggam tangan Marta. Bukannya dilepaskan tangan Marta, malah dibuatnya untuk membelai wajah Bagas sendiri. Sesekali diciuminya tangan itu dan dengan mata terpejam, Bagas menikmati sekali sentuhan lembut tangan Marta di wajahnya. Bagas terus saja menarik napas panjang, merasakan getaran-getaran yang mulai menjalar di tubuhnya. 

"Beib ... yuk mulai." 

Bagas menatap Marta, matanya menuntut sentuhan lebih dari yang barusan terjadi. Bagas lalu memegang leher belakang Marta menggunakan tangan kanannya. Secara perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah sang istri. Hembusan nafas hangat menerpa wajah Marta. Marta menjadi gugup dan melihat ke segala arah, menghindar agar kedua matanya tidak saling bertemu dengan mata Bagas. 

"Eeem, bersihkan diri dulu deh, Mas," ucap Marta tiba-tiba dengan mendorong pelan dada Bagas.

Bagas sedikit terkejut, kemudian mencoba untuk tersenyum dan menuruti kemuan Marta.

"Padahal aku sudah tidak sabar, Beib. Aku sangat menginginkanmu untuk menjadi istriku," ujar Bagas sedikit tidak rela ciumannya yang hampir saja terjadi dihentikan oleh istrinya.

Marta tersenyum melihat suaminya setengah merajuk, "aku akan membuka hiasan di kepalaku dulu, Mas. Mas mandi dulu saja, ya," saran Marta dengan lembut. Berharap kalau suaminya itu akan mengerti dengan alasan yang ia buat.

Bagas mendengus kesal, lalu bangkit berdiri berjalan menuju meja rias. Ia meletakkan ponselnya di atas nakas tempat tidur. Agak lama berdiri di sana. 

Bagas kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Terdengar suara gemericik air dari dalam sana. Ah ... rupanya suaminya sedang mandi. 

LOVA {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang