Zain pergi ke toko perhiasan dan membeli cincin untuk melamar Marta secara resmi hari ini setelah mempertemukan Marta dan mamanya. Setelah mendapatkan cincin yang dirasa cocok, Zain pergi ke rumah sakit. Tetapi sial, saat sedang berada di perjalanan ban motornya kempes. Terpaksa Zain harus mampir dulu ke bengkel terdekat untuk mengganti ban motornya. Sembari menunggu, Zain duduk di bangku panjang yang terbuat dari kayu yang memang diperuntukkan sebagai tempat menunggu di bengkel tersebut.
Zain baru menyadari kalau bengkel ini ternyata berada tidak jauh dari peristiwa tawuran antar pelajar yang melibatkan sekolahnya dan sekolah Marta beberapa tahun silam.
Zain menarik nafas dalam-dalam. Ia sedikit menyesali kenapa melewati jalan ini, padahal semenjak kejadian itu, Zain tidak pernah melewati jalanan yang sering dilaluinya dahulu saat ia sedang menunggu seorang gadis yang keluar dari gerbang sekolah hanya untuk melihatnya dari kejauhan. Mungkin karena Zain terlalu senang dan ingin segera bertemu dengan Marta, Zain memilih lewat jalan ini yang merupakan jalan pintas untuk ke rumah sakit.
Ban motornya sudah selesai diperbaiki, Zain membayar dan akan segera pergi. Tetapi, ia dikejutkan dengan kemunculan seorang pria seumuran dengannya tetapi dengan penampilan yang seperti berandalan masuk ke dalam bengkel dan meminta uang kepada pemilik bengkel dengan cara yang kasar.
Melihat lelaki setengah tua diperlakukan secara kasar, membuat Zain tidak bisa tinggal diam. Zain kembali masuk dan menarik jaket orang itu ke belakang dan membawanya keluar dari bengkel tersebut.
"Lepas, Anjing!"
Pria itu menatap Zain dengan marah dan hendak memukul Zain sebagai balasannya, tetapi ia lekas menurunkan tangannya dan menyeringai saat mengenali siapa orang yang telah menghalangi aksinya. Matanya mulai memindai tubuh Zain dari ujung kepala hingga ujung kaki, kemudian ia berkata,
"Muncul juga akhirnya, Lo, Arroyan Zain Nugraha."
"Kau siapa?" tanya Zain heran saat pria itu mengenali dirinya.
Pria itu tertawa dengan keras dan berdecak beberapa kali.
"Lo lupa atau pura-pura melupakannya? Gue rasa waktu sembilan tahun belum terlalu lama unttuk melupakan peristiwa dulu."
"Kau membuang-buang waktuku."
Zain akan melangkah pergi, tetapi tubuhnya ditendang dari belakang hingga Zain hampir terjatuh, tetapi Zain dapat mengusai dirinya kembali dan berbalik memberikan tendangan di perut lawannya.
"Jangan menggangu pria tua pemilik bengkel ini, atau aku akan melaporkan perbuatanmu kepada pihak berwajib!"
Zain membuka dompetnya dan mengeluarkan semua uang yang ada dompet dan menyodorannya kepada pria tadi. Tetapi bukannya menerima, pria itu menampik tangan Zain hingga uang tersebut jatuh berceceran di tanah.
"Lo fikir semuanya bisa diselesaikan dengan uang!" teriaknya marah.
"Bukankah ini yang kau mau?"
"Pecundang sepertimu selalu mengandalkan uang untuk menyelesaikan masalah. Lo pengecut yang lari dari tanggung jawab, Zain!" Pria itu berkata dengan mata menyalak.
Tangan Zain mengepal kuat, tetapi kemudian zain menarik nafas dalam-dalam hingga ia dapat mengendalikan diri kembali.
"Siapa kau sebenarnya?" Zain bertanya.
"Ozil," jawab pemuda itu.
"Ozil?" Zain memastikan kalau ia tidak salah dengar.
"Ya. Ini gue, orang yang masa depannya dihancurkan oleh keluarga Lo!"
"Bukankah hidupmu sudah berantakan sejak dulu? Kenapa menyalahkan keluargaku?" Zain sudah mengingat siapa Ozil sebenarnya. Zain memang tidak terlalu mengenalnya karena Ozil baru pindah ke sekolahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVA {Tamat}
RomanceEPISODE MASIH LENGKAP! Judul sebelumnya, KESUCIAN SANG JANDA. Jangan lupa follow sebelum baca ya... *** Menjadi janda di malam pertama bukanlah impian dari setiap wanita di dunia. Tapi Marta bersyukur, ia dapat mempertahankan kesuciannya saat suamin...