31

14.4K 1.6K 27
                                    


Selepas sholat subuh. Aisah datang ke rumah tamu yang ditempati Marta. Pintu dibuka oleh Hani dan betapa terkejutnya saat Aisah mengenalkan diri.

"Boleh saya bertemu dengan Kak Marta?" tanya Aisah.

"Marta ada di dalam kamar sedang berganti pakaian. Mau aku panggilin?" tanya Hani.

Aisah menggeleng, "Biar aku saja yang ke sana." 

Hani mengangguk dan mempersilahkan Aisah untuk masuk. 

Aisah mengetuk pintu dan mengucapkan salam dari luar kamar.

"Aisah?" Marta membeku melihat Aisah berdiri di hadapannya. 

"Kak Marta." Aisah tidak dapat melanjutkan kata-katanya. Ia malah menangis sambil menunduk. Butuh keberanian besar pada diri Aisah untuk menemui Marta. 

"Masuk, Sah. Duduk sini ya." Marta membimbing Aisah untuk duduk di tepi tempat tidur. 

Aisah menurut. Dengan langkah tertatih ia duduk di tempat tidur yang selama ini menjadi kamar Zain saat Zain tinggal di pondok.

"Kak, aku minta maaf atas semuanya," ucap Aisah sambil terisak. 

Marta tersenyum, "Sudah kumaafkan, Sah." Marta menelisik jari tangan Aisah, tidak ada cincin yang tersemat di jari manis wanita itu.

Aisah mendongak, "Apa Kak Marta masih mencintai Bang Zain?" tanya Aisah. 

Marta terdiam, ia tidak tau harus menjawab apa. Marta takut akan melukai perasaan Aisah jika ia salah menjawab.

"Aku harus pergi, Aisah ... anak-anak sedang menungguku. Aku harus membantu Hani untuk menyiapkan penampilan mereka." Marta mengalihkan pembicaraan.

"Tapi, bolehkah kalau kita nanti berbicara lagi?" tanya Aisah. 

"Tentu! Aku pergi dulu ya." Marta memeluk Aisah dan menghapus air mata di pipi Aisah. 

"Jangan nangis, nanti cantiknya hilang," goda Marta sambil tersenyum.

Setelah Marta keluar dari kamar, Aisah masih duduk di sana. Ia memindai isi kamar itu. Pandangan mata Aisah berhenti pada sebuah buku yang tergeletak di atas bantal. Buku berwarna hitam yang berlukiskan inisial huruf A di sampulnya. Aisah membuka buku itu, ia terkejut melihat sebuah goresan tinta di dalamnya. 

"Aku sudah jahat pada kalian berdua," sesal Aisah.

***

Marta dan Hani disibukan oleh santri-santri didikannya. Marta yang memang fashionable mendadani santri-santri putri dengan make-up minimalis agar tidak terlalu pucat saat di atas panggung. Setelah semuanya siap, Marta membawa adik-adiknya itu menuju halaman tengah pesantren yang sangat luas. Tenda-tenda besar sudah terpasang, panggung besar juga sudah berdiri di depan. Tenda dengan barisan kursi-kursi untuk tempat duduk tamu kehormatan juga sudah siap di sisi sebelah kanan dan kiri.

Hani mengatur barisan untuk penampilan hadroh, ia sangat cekatan dan sudah sangat terampil. Hadroh akan dimulai saat para kyai datang sebagai penyambutan kepada pemimpin-pemimpin pesantren. Acara Pengajian Akbar ini dilakukan setiap tahun guna mempererat tali persaudaraan antar pesantren-pesantren dan saling berbagi ilmu dengan pertukaran santri selama satu bulan. Para santri mendapatkan giliran bertukar pesantren dengan santri dari pesantren lain.

Tenda sudah terisi penuh, bangku-bangku tamu undangan juga sebagian sudah terisi. Marta tersenyum melihat keluarganya datang bersama Umi Salamah dan Abi Tholib. Mereka menempati tenda di sisi sebelah kiri. Sedangkan di sisi sebelah kanan ada keluarga dari pesantren serta para Kyai-Kyai pondok duduk di barisan paling depan.

LOVA {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang