15

16.3K 1.6K 50
                                    

"Alhamdulillah, anak Umi sudah bisa tersenyum." Hana masuk ke kamar Aisah sambil membawa nampan berisi satu piring zebra cake dan dua cangkir teh hangat.

"Kak Marta bawa cake?" tanya Aisah dengan mata berbinar.

Marta mengangguk, "Spesial untukmu."

Aisah tersenyum, ia lalu mengambil potongan cake itu dan memakannya dengan lahap. Hana dan Marta tersenyum melihatnya.

"Ternyata seminggu nangis, bikin keanggunanmu hilang ya, Sah?" celetuk Marta lalu terkekeh pelan.

Aisah hanya tersenyum, "Aku harus banyak makan, Kak. Banyak nangis ternyata bikin berat badanku turun," jawab Aisah sekenanya.

"Itu karna kamu susah makan, Sayang," kata Hana membelai kepala Aisah yang tertutup kerudung itu.

"Aisah, gimana kalau hari ini kita jalan-jalan. Kamu butuh suasana baru deh kayanya?" usul Marta.

Aisah memandang ke arah Hana yang menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan usulan Marta.

"Oke kalau gitu, aku siap-siap dulu. Nanti kita ketemu di bawah ya, Sah."

"Iya, Kak."

Marta meningalkan kamar Aisah setelah berpamitan denga Umi Aisah.

***

Marta sudah tampil cantik memakai rok jeans di atas lutut dan blous warna putih dengan aksen kerah bertali. Rambut coklatnya dibiarkan bergerai indah, memberikan kesan anggun akan penampilannya.

Penampilan Marta sangat kontras dengan apa yang Aisah kenakan. Aisah memakai busana muslimah dengan jilbab panjangnya yang menutup dada.

Aisah dan Marta sudah sampai di pusat perbelanjaan terbesar yang ada di kotanya, tujuan mereka pertama kali adalah gerai masakan cepat saji ayam goreng krispi yang sudah melegenda dan sudah tersebar luas seantreo negeri.

"Aisah, kita ini udah kaya setan dan malaikat ya? Kamu malaikatnya, aku setannya, hihii," kelakar Marta yang melihat perbandingan cara berpakaiannya dan Aisah.

"Kenapa Mak Marta tidak berhijab saja, pasti cantik deh," saran Aisah. Mereka saat ini sudah duduk di meja yang di depannya sudah ada paket nasi dan ayam goreng serta satu cup cola dingin.

"Belum dapet hidayah," jawab Marta singkat.

"Hidayah itu dicari, Kak. Jangan ditunggu."

"Iya ... Aisah yang cantik. Sekarang aku laper, jadi ... mari kita makan, oke."

Aisah hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Marta.

Saat mereka sedang makan, tiba-tiba Aisah dikejutkan oleh Ratih yang datang menghampirinya. Wajah Aisah berubah murung, ia kembali mengingat Zain.

"Assalamualaikum, Isa di sini juga?" sapa Ratih yang datang bersama seorang wanita yang mungkin seumuran dengan beliau.

"Waalaikumsalam, i-iya Bu Ratih, apa kabar?" jawab Aisah gugup.

"Kabar tidak baik, Sayang. Ibu masih memikirkanmu. Pasti kamu sangat sedih ya, karna anak Ibu?"

"Enggak apa-apa, Bu. Saya baik-baik saja." Tapi sorot mata Aisah mengatakan kalau ia tidak sedang baik-baik saja.

"Oh iya Bu, perkenalkan ... ini Kak Marta, dia tetangga Isa." Aisah langsung mengubah raut wajahnya menjadi ceria.

Marta tersenyum lalu mengulurkan tangannya. Ratih menyambut uluran tangan Marta dan tersenyum.

"Saya Marta, Bu."

Ratih mengangguk, "Kamu cantik, Nak. Tapi alangkah lebih cantik lagi kalu auratmu ditutup seperti Aisah ini. Isa ini lembut dan baik. Tapi sayang, anak ibu menolak untuk mrnjadi suaminya ... padahal Ibu pengen banget punya mantu Isa." Ratih terus memuji Aisah.

LOVA {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang