Marta:
MALAM INI AKU MAU TIDUR DI KAMAR KAMU, TITIK!Kembara Rese' :
Caps Lock jebol, WOY!Marta:
Kapan pulang, Al? Aku mau ketemu kamu sebelum pergi.Kembaran Rese':
Kamu mau ngasih wasiat sebelum mati?"Dasar Alva gila! Bisa-bisanya nyumpahin aku cepet mati." Marta meggerutu sendiri. Tetapi kemudian Marta tersenyum senang karena Alva tidak melarangnya untuk tidur di kamar saudara kembarnya itu.
Jujur saja Marta sangat merindukan Alva. Walaupun mereka sering ribut, tetapi saat-saat seperti ini, biasanya Alva akan selalu ada untuk Marta dan membantunya menyelesaikan semua masalah-masalahnya. Tetapi, saat ini Alva sedang berada jauh di luar kota, dan Marta tidak tahu kapan Alva akan kembali.
Ah, sudahlah. Marta sudah bertekad untuk hidup mandiri dan tidak banyak bergantung dengan orang lain. Berada dalam bayang-bayang Alva selama ini membuat Marta menjadi lupa diri karena selalu mengandalkan saudaranya saat dirinya berada dalam kesulitan.
***
"Rumah Aisah rame bener?"
"Iya, banyak cowok-cowok pake sarung."
"Katanya mau hijrah, tapi mata masih aja mendelik kalo lihat cowok!" Arkan melirik Marta yang sedang mengikutinya mengintip dari jendela kamar Marta.
Baru Marta akan menimpali ucapan Arkan, Ayu datang dan membuat kaget keduanya. Seperti maling yang tertangkap basah, Marta dan Arkan tersenyum kikuk menyambut kedatangan ibu mereka.
"Mama dan Papa mau pergi menghadiri pengajian sekaligus acara lamarannya Aisah, kalian berdua mau ikut atau_"
"Aisah lamaran!?" kompak Marta dan Arkan terkejut mendengarnya.
"Aisah gak kasih kabar kamu, Nak?" Ayu bertanya kepada Marta dan Marta menggeleng sebagai jawabannya.
Terakhir kali Marta bertemu Aisah, adalah saat Aisah pulang dari rumah sakit seminggu yang lalu, itupun hanya sebentar dan sekedar basa-basi ngobrol di depan rumah. Setelah itu Marta tidak pernah bertemu Aisah lagi karena Aisah tidak mau bertemu dengannya. Marta mengerti karena mungkin Aisah masih marah kepadanya atau juga karena hal lain, Marta tidak tahu.
"Aisah mau lamaran sama siapa, Ma?" Marta bertanya, tetapi mamanya juga tidak tahu siapa calon suami Aisah.
Selepas sholat magrib, tamu yang datang semakin ramai. Para tetangga sekitar kompleks pun turut hadir memenuhi undangan dari Ustadz yang sangat disegani dan dihormati di lingkungan mereka. Apalagi hadir pula Kyai Besar Pemimpin Pondok Pesantren yang tidak lain adalah Ayah dari Ustadz Lutfi. Acara itu bukan seperti acara biasa, karena selain ada tenda yang terpasang di halaman rumah, terlihat pula hiasan bunga-bunga dekorasi khas pesta. Di dalam rumah ada dekorasi pelaminan minimalis dengan bunga-bunga segar sebagai hiasannya, dan di halaman rumah terpasang sebuah panggung yang nantinya akan digunakan sebagai tempat para tokoh-tokoh agama mengisi tausiyah, dan juga bersholawat dengan diiringi alat musik hadroh dari santri-santri dari Pondok Pesantren.
Marta sudah bersiap untuk datang ke rumah Aisah, biar bagaimanapun mereka dulunya adalah teman. Marta hanya ingin mengucapkan selamat sekaligus ingin berpamitan kepada Aisah dan kepada kedua orang tua Aisah. Tetapi, kehadiran Zain dan Ratih yang disambut seperti tamu istimewa oleh keluarga Aisah membuat Marta mengurungkan niatnya untuk pergi. Marta kembali masuk ke dalam rumah dan menutup pintu ruang tamu kembali.
"Ih, kenapa aku sedih? Belum tentu juga yang melamar Aisah itu Zain, kan?" Marta menghapus air mata yang tanpa permisi sudah keluar dari pelupuk matanya. Marta tidak mau berburuk sangka, mungkin saja Zain hadir sebagai tamu istimewa karena termasuk keluarga pesantren.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVA {Tamat}
RomanceEPISODE MASIH LENGKAP! Judul sebelumnya, KESUCIAN SANG JANDA. Jangan lupa follow sebelum baca ya... *** Menjadi janda di malam pertama bukanlah impian dari setiap wanita di dunia. Tapi Marta bersyukur, ia dapat mempertahankan kesuciannya saat suamin...