16

15.2K 1.7K 22
                                    

Aisah sudah berada di dalam kamar sebuah rumah di pinggir kota. Kamar itu terlihat jarang ditempati. Ranjang tempat Aisah meringkuk hanya springbad tanpa seprei dan selimut. Kaki dan tangan Aisah diikat, juga mulutnya ditutup lakban. Aisah tersadar dari pengaruh obat biusnya, Ia lalu menangis ketika melihat keadaan dirinya. Aisah mendengar suara kegaduhan dari luar ruangan.

"Bodoh! Disuruh nyulik orang saja bisa salah! di mana otak kalian, hah!" Suara keras menggema memekikkan telinga.

"Maaf Boss, tapi gadis itu keluar dari rumah itu Bos."

PLAAAK! PLAAAK! PLAAAK!

"Bodoh! Marta itu tidak pakai jilbab seperti dia! Percuma kubayar kalian mahal! Percuma aku menyewa rumah di sini supaya Alva tidak bisa melacaknya. Rencanaku gagal karna kebodohan kalian!" teriaknya frustasi.

Aisah ketakutan, apa tadi ia tidak salah dengar. Ia menjadi korban salah culik. Aisah menggerakkan-gerakan kaki dan tangannya dan berusaha untuk melepaskan ikatannya. Tetapi sia-sia, ikatannya sangat kuat. Semakin lama Aisah mencoba membuka ikatan tangannya semakin perih yang ia rasakan.

Pintu dibuka, Aisah melihat pintu yang dibuka secara kasar. Aisah terkejut melihat orang yang masuk ke kamar itu. Ternyata orang itu adalah Bagas, mantan suami Marta.

Bagas mendekati Aisah. Aisah beringsut mundur hingga mencapai sandaran tempat tidur. Bagas tersenyum licik.

"Harusnya mantan istriku yang berada di sini, bukannya kamu!" sentak Bagas.

Aisah menangis, ia sangat ketakutan. Aisah berdoa dalam hati semoga hal-hal buruk tidak terjadi padanya.

Bagas naik ke atas tempat tidur mendekati Aisah. Aisah mencoba untuk bangun dan menegakan tubuhnya, walau ia hanya bisa duduk dalam keadaan miring. Bagas semakin mendekat dengan senyum menyeringai menakutkan ia memindai tubuh Aisah. Menatap Aisah dari wajah hingga berhenti tepat di dada Aisah. Aisah menggeleng-gelengkan kepalanya.

Bagas mencengkeram wajah Aisah dengan satu tangannya.

"Tidak ada Marta, kamu juga boleh. Aku belum pernah mencipi wanita berjilbab sepertimu," ucap Bagas sambil berbisik di telinga Aisah.

Aisah menggelengkan kepalanya, ia semakin ketakutan.

"Diam! Atau aku akan membunuhmu sekarang juga!"

Lebih baik aku mati daripada harus menyerahkan diriku kepada baji-ngan sepertimu, Ya Allah ... tolong aku ... aku takut ....

Bagas sudah dikuasai nafsu karena membayangkan kehadiran Marta sedari tadi.  Bagas lalu menarik paksa kerudung Aisah, membuat rambut panjang Aisah tergerai.

'Allah' Rintih Aisah didalam hatinya.

Aisah sudah semakin menangis, rambut yang ia tutupi selama ini dengan kerudungnya, harus dilihat oleh laki-laki yang tidak berhak sama sekali. Bagas semakin tersenyum menang.

Bagas melepas plester yang membungkam mulut Aisah, seketika Aisah menjerit

"Tolong!! Toloooong!!"

PLAK!  Bagas menampar wajah Aisah.

"Tidak ada yang bisa mendengar kamu di sini!" seru Bagas, ia lalu menarik baju Aisah hingga terkoyak di bahu. Memperlihatkan bahu Aisah yang putih dan mulus.

"Bunuh saja aku! Aku tidak sudi menyerahkan diriku padamu!" teriak Aisah.

"Pasti akan aku bunuh, setelah aku puas menikmati tubuhmu itu," sahut Bagas dengan senyum liciknya.

Aisah hanya bisa menangis ketakutan, ia tidak bisa menutupi bahunya karena kedua tangannya di ikat kebelakang. 

"Tolong jangan lakukan itu, Kak Bagas. Jangan lakukan itu, saya mohon.." Aisah memohon meminta belas kasihan pada Bagas.

LOVA {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang