Marta menepati janji yang dibuatnya untuk datang ke restoran Zain setiap hari. Marta datang tidak dengan tangan kosong, tetapi dengan membawa buku dan laptop untuk membantu Arkan mengerjakan tugas skripsi yang belum selesai-selesai. Sebagai gantinya, Arkan harus menggantikan Marta mengurus Cafe Lova di saat Marta sedang menjalani misinya.
Di restoran Marta tidak membuat ulah, juga tidak merepotkan karyawan Zain. Marta juga memesan menu secara normal sesuai dengan apa yang disajikan dan tidak ada komplain sama sekali. Bahkan pernah di suatu hari jus yang dipesannya tidak manis karena Barista lupa menambahkan gula ke dalam minuman pesanan Marta, sedangkan minuman itu sudah terlanjur diantarkan. Lalu Barista berpesan kepada Waiters untuk menggantikannya dengan minuman yang baru, tetapi Marta menolaknya dan malah meminum jus itu sampai habis.
Setiap hari, Marta selalu meminta Lula untuk melayaninya memesan makanan. Saat Lula libur, barulah Marta meminta Waiters lain untuk melayaninya. Marta sudah kenal baik dengan Lula, bahkan hampir semua karyawan resto Marta mengenalnya. Mereka semua melayani Marta dengan baik. Apalagi Marta memang orangnya ramah dan baik kepada siapa saja.
"Makasih, Lula." Marta mengucapka terima kasih saat Lula menyajikan pesanannya di atas meja.
Sudah dua minggu Marta berada di resto dan Marta selalu memesan menu yang sama saat berkunjung. Jadi saat Marta datang, Lula sudah tahu makanan apa yang harus diantarkannya ke meja Marta.
"Mba Marta, maaf. Kenapa Mba Marta gak coba menu yang lainnya? Di restoran ini masih banyak menu yang enak, loh, Mba."
Lula akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, karena Marta hanya memesan menu makanan yang sama setiap harinya, yaitu kwetiau goreng seafood.
"Karena aku ingin tahu, rasa makanan ini masih tetap sama atau sudah berubah. Walaupun suatu makanan diracik dengan resep dan bahan yang sama, tetapi jika tangan yang membuatnya berbeda, maka rasanya akan berbeda," jelas Marta.
"Apa Mba Marta tahu, kalau makanan ini dibuat oleh orang yang sama?" tanya Lula penasaran.
Marta tersenyum dan mengangguk. "Aku tahu, dan rasanya belum berubah dari yang pertama kali aku memakannya."
Marta melihat kwetiaw goreng yang sedang mengepulkan asap di atas meja. Tampilannya tetap konsisten dengan garnish lembaran daun selada, dua buah irisan timun dan satu buah tomat merah berbentuk bunga mawar. Marta tersenyum melihatnya, kemudian ia mengalihkan pandangannya ke layar laptop dan mulai mengetik lagi.
Seperti biasa, Marta pulang saat jam sudah menunjukkan waktu pukul empat sore. Marta membayar makanannya ke kasir dan tak lupa memberikan uang lebih sebagai uang tips.
"Terimakasih, Mba Marta," ucap Lula sebelum Marta meninggalkan resto.
"Sama-sama. Aku pulang ya." Marta melambaikan tangannya dan dibalas oleh Lula dan Reni, kasir Restoran.
"Mba Marta itu cantiknya kebangetan ya, tapi sayang gak dilirik sama Pak Zain." Reni berkomentar setelah Marta menjauh.
"Kata siapa? Aku yakin Pak Zain sebenarnya naksir. Soalnya, setiap hari Pak Zain yang membuat pesanan Mba Marta," jelas Lula.
"Pak Zain juga selalu perhatiin Mba Marta dari jauh." Aldi tiba-tiba lewat membawa nampan berisi gelas kosong dan piring bekas makan Marta, berhenti da ikut berkomentar
"Nah, kan. Berarti ada sesuatu dengan mereka. Haruskah kita bikin petisi agar mereka berjodoh?" usul Reni.
"Kalian mau dipecat?" Ismawan tiba-tiba datang dan membuat ketiga karyawan resto diam seketika.
"Maaf, Pak." Ketiganya kompak menundukkan kepala.
"Kembali bekerja, kalau Bos kalian tahu, bisa dipecat beneran kalian nanti." Ismawan berkata dengan setengah berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVA {Tamat}
Lãng mạnEPISODE MASIH LENGKAP! Judul sebelumnya, KESUCIAN SANG JANDA. Jangan lupa follow sebelum baca ya... *** Menjadi janda di malam pertama bukanlah impian dari setiap wanita di dunia. Tapi Marta bersyukur, ia dapat mempertahankan kesuciannya saat suamin...