38

18K 1.7K 46
                                    

Zain mengerjapkan matanya saat suara dering ponsel milik istrinya terdengar nyaring di telinga. Di raihnya ponsel yang tergeletak di atas nakas itu. Zain memicingkan matanya, menyesuaikan dengan silau dari ponsel tersebut. Tertera nama 'Kembaran Rese memanggil' di sana. Zain tersenyum, ada-ada saja istrinya memberikan nama pada nomor kontak Alva. Zain lalu menggeser tombol hijau dan menempelkannya di telinganya.

"Assalamualaikum, ada apa, Al?" suara Zain terdengar serak khas orang bangun tidur.

"Waalaikumsalam, Lova masih tidur?"

"Iya, masih tidur. Ada perlu apa, nanti kusampaikan." Zain melirik Marta yang tertidur pulas di sampingnya setelah mereka sholat subuh tadi. Tangan Zain terus saja memainkan rambut Marta. Membelai penuh cinta.

"Nanti mau pulang ke rumah mana? Karena yang saya tau, Bos Ardha hanya memesan kamar hotel itu untuk satu malam."

"Sepertinya kami pulang ke rumah papaku dulu, Al. Besok pagi kami akan pulang ke rumah papa Andi."

"Baiklah kalau begitu, akan kusampaikan ke mama. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Zain kemudian meletakkan ponsel Marta di atas nakas, lalu menatap wajah Marta yang tertidur pulas. Zain memiringkan tubuhnya menghadap kearah istrinya, mencium kening Marta dan memeluknya. Ternyata jam masih menunjukkan pukul sembilan pagi, Zain ingin membiarkan Marta untuk beristirahat lebih lama dalam dekapannya.

****

Hari ini hari minggu, Alva tidak melakukan lari pagi seperti biasanya. Setelah tadi mamanya meminta Alva untuk menghubungi Marta, dan Alva langsung mengatakan apa yang Zain sampaikan tadi, Alva duduk di teras rumah sambil menatap layar ponselnya untuk membaca berita bisnis. Sedangkan si bungsu Arkan sedang jalan-jalan menggunakan mobil baru, hadiah dari Alva.

Alva melihat ke seberang rumahnya. Ada seorang gadis cantik dan berpakaian sexy keluar dari taksi. Supir taksi lalu mengeluarkan koper-koper besar dari dalam bagasi. Gadis itu terlihat celingukan, Alva masih memperhatikan dengan seksama. Tiba-tiba gadis itu menyebrang jalan dan menghampiri rumah Alva. Dia berdiri di luar pagar.

"Mas!! Bisa minta tolong nggak?!" teriaknya dari luar pagar.

Alva bangun dari duduknya dan berjalan menuju pagar. Alva berdiri berseberangan dengan sang gadis yang hanya dibatasi pintu besi bercelah itu.

"Elo!" pekik sang gadis.

Alva menaikan sebelah alisnya.

"Lo ngapain di sini?" tanya gadis itu.

Alva memasukan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Alva memindai gadis di depannya dan tersenyum sinis.

"Kerempeng!" cetusnya. "Mau apa kau ke rumahku?" tanya Alva. 

"Oh  .. ini rumah elo?"

"Kau punya saudara kembar?"

Dena menggeleng, "Gak punya."

"Oh." Alva pergi meninggalkan Dena yang bengong atas responnya.

"Eh, gue mau minta tolong angkatin koper!" ucap Dena setengah berteriak.

"Memangnya kau pikir aku kuli panggul. Angkat sendiri!" sahut Alva lalu berbalik badan dan masuk ke dalam rumah.

"Tau gitu gue ogah minta tolong sama dia," gumam Dena lalu berbalik dan kembali ke rumah seberang.

Dena lalu memandang koper-koper miliknya, Ia lalu menggaruk-garuk kepalanya, "Gue bawanya gimana coba?" Ia bertanya pada diri sendiri.

Dena lalu membuka pagar rumah barunya, menarik koper yang berat itu satu persatu untuk masuk ke dalam rumahnya. Mulutnya tak henti-hentinya meruntuki Alva. Sedangkan Alva sedang duduk di meja makan, menikmati cake buatan Ayu.

LOVA {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang