26

15.5K 1.7K 25
                                    

🍁🍁🍁

Setetes air mata kembali lolos dari mata indah Marta. Ia mengira Zain sudah tidak memperdulikannya, tetapi ternyata pria itu masih menghkawatirkannya. Marta menurut, kemudian mengikuti Zain yang membukakan pintu mobil di sisi yang lain untuknya.

Zain melajukan mobilnya Marta meninggalkan halaman rumah kakeknya. Ismawan mengikuti dari belakang.

Selama perjalanan, keduanya hanya diam. Pandangan Zain tetap lurus ke depan, dan Marta memilih untuk melihat ke luar jendela. Hingga perjalanan mereka berhenti di depan bangunan besar yang memiliki halaman yang luas.

"Yuk turun," ajak Zain membuka sabuk pengamannya.

"Ini di mana?" Marta bingung karena belum pernah datang ke tempat ini sebelumnya.

"Kamu masih menginginkan penjelasan dariku, kan?" Zain bertanya dan mendapat anggukan dari Marta. 

"Di sana kamu akan menemukan jawabannya." Zain menunjuk bangunan yang berdiri kokoh di depannya. 

"Rumah Sakit Jiwa." Marta membaca tulisan yang menempel di dinding bangunan. "Kamu pernah gila, Zain?"

Zain menahan tawanya dan mengusap kepala Marta gemash. 

"Iya, aku gila karenamu." Zain kemudian mengajak Marta untuk turun dari mobil.

Sedangkan Ismawan lebih memilih duduk di bangku sekitar Rumah Sakit, membiarkan Zain dan Marta menyelesaikan urusan mereka.

Di depan sebuah ruangan, Zain dan Marta berdiri di depan pintu yang tertutup. Papan nama yang menggantung di depan pintu bertuliskan nama dokter Basuki, SpKJ, yang lebih terkenal dengan panggilan Dokter Abas. Zain menarik nafas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu. Kemudian menoleh dan melihat Marta. 

"Aku akan mengajakmu menemui seseorang," ucap Zain. Kemudian Zain mengetuk pintu berwarna putih itu dan menunggu seseorang keluar dari ruangan itu.

Marta hanya mengangguk dan terus memperhatikan Zain. Setelah pintu terbuka, pandangan Marta teralihkan dengan seorang pria yang sudah berumur memakai baju khas dokter yang sedang praktek. 

"Dok, ini Marta. Gadis yang pernah saya ceritakan." Zain memperkenalkan Marta.

Dokter Abas tersenyum ramah kepada Marta dan Zain, kemudian mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam ruang prakteknya.

"Apa yang ingin kau ketahui tentang mantan pasienku, Marta?" Dokter Abas bertanya setelah mereka bertiga duduk. Marta dan Zain duduk di kursi yang berdampingan, sedangkan Dokter Abas duduk di kursi seberang meja.

Bukannya menjawab pertanyaan Dokter, Marta malah menoleh dan melihat Zain.

"Zain, kamu beneran pernah gila?"

Dokter Abas tertawa mendengar pertanyaan polos Marta, sedangkan Zain malah tersenyum.

"Kamu dengarkan dulu penjelasan Dokter Abas, hm." 

Marta mengangguk. "Saya ingin tau semuanya, Dok." Marta menjawab pertanyaan Dokter.

Dokter Abas kemudian mengambil sebuah map berwarna biru. Itu adalah rekam medis dari pasien bernama Arroyan Zain Nugraha. Dokter Abas kemudian membukanya dan mengambil selembar foto dan meletakkannya di atas meja.

Marta melihat dengan seksama, dahinya berkerut saat melihat dialah yang ada di dalam foto tersebut. Foto itu diambil dari jarak yang tidak terlalu dekat, di dalam foto terlihat seorang gadis berseragam SMA sedang tertawa sambil berjalan bersama temannya. Tetapi dalam foto itu, hanya Marta seorang yang gambarnya tercetak secara penuh, sedangkan teman disampingnya hanya terlihat lengannya saja.

LOVA {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang