Marta menghentikan mobilnya di depan rumah lamanya, ia turun dan berdiri bersandar pada bagian depan mobil, memandang rumah kecil yang tidak berpenghuni itu. Rumah itu sudah dibeli oleh orang lain, tapi belum ditempati hingga sekarang. Katanya akan dibongkar dan dibangun kembali oleh pemilik rumah yang baru.
Tanpa terasa air mata Marta menetes, ia sedang mengingat kenangan-kenangan masa lalu di rumah masa kecilnya itu. Lingkungan dan tetangga yang saling mendukung satu sama lain karna sudah seperti keluarga baginya, sangat berbeda dengan lingkungan tempat tinggalnya sekarang.
Marta mengamati sekitar rumah lamanya, belum banyak yang berubah dan rumah itu masih sangat terawat. Mungkin pembelinya yang merawat rumah atau juga membayar orang lain untuk merawatnya, Marta tidak tau.
"Marta, kamu ada di sini?" Terdengar suara seseorang dari arah samping kiri Marta.
Marta menghapus air matanya dan menoleh kearah sumber suara itu. Bibirnya tersenyum saat melihat siapa yang datang menghampirinya.
"Hani," guman Marta.
Hani berlari menghampiri Marta, lalu mereka saling berpelukan melepas rindu. Hani adalah sahabat Marta dari kecil hingga SMA. Selepas lulus SMA, Hani pindah ke kota lain karena mengikuti kakak perempuannya yang sudah menikah. Sedangkan ia sudah tidak punya orang tua lagi.
"Aku kangen banget sama kamu, Ta," kata Hani memeluk Marta dengan erat.
"Sama ... aku juga. Udah berapa tahun ya kita nggak ketemu, Han?"
"Entah, aku juga lupa. Ngomong-ngomong kamu ngapain ke sini? Bukannya rumah ini sudah dijual?" Hani penasaran dengan keberadaan Marta di rumah lamanya.
Marta tersenyum, tidak mungkin ia menceritakan masalahnya pada pertemuan pertama mereka.
"Lagi kangen aja sama suasana lama, kamu sendiri ngapain di sini?"
"Aku habis dari rumah paklekku, Ta. Jemput Vivi. Dia mau ikut aku ke pesantren," jelas Hani.
Marta mengangguk-angguk mengerti. Marta tau, kakaknya Hani menikah dengan seorang ustadz di pesantren dan sekarang tinggal di sana bersama suaminya.
"Kamu sekarang jadi beda, Ta," ucap Hani mengamati Marta dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Beda gimana?" tanya Marta penasaran.
"Ya ... beda aja. Pakaian kamu lebih terbuka sekarang. Dulu jangankan pakai hot pant, pakai rok selutut aja kamu ngak pernah. Bahkan waktu SMA kamu pakai baju panjang dan rok panjang walaupun enggak berhijab."
Marta tediam sesaat. Memang benar apa yang dikatakan Hani.
"Aku tadi lagi di rumah, terus tiba-tiba aja kangen sama lingkungan di sini, jadi gak sempet ganti baju," elak Marta.
"Kamu nggak betah tinggal di rumah gendongan? Punya tetangga-tetangga kaya?"
Marta tersenyum, "Enak di sini, Han. Tetangganya pada rukun-rukun dan suka gotong royong. Kalau di sana, apa-apa harus pakai uang, Han.
"Kamu lagi ada masalah ya, Ta ... sama tetangga kamu?"
"Enggak," jawab Marta cepat.
"Tapi sepertinya tebakanku benar." Hani tersenyum masam.
"Han ...."
"Sudah nggak apa-apa kalau belum bisa cerita sekarang, aku juga harus cepat pergi, takut ketinggalan bus," ucap Hani.
"Hati-hati, Han."
"Iya, aku harap kita bisa ketemu lagi ya, Ta. Aku kangen Marta yang dulu. Kangen sama Alvi." Hani terkekeh mengingat nama panggilan Marta waktu kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVA {Tamat}
RomanceEPISODE MASIH LENGKAP! Judul sebelumnya, KESUCIAN SANG JANDA. Jangan lupa follow sebelum baca ya... *** Menjadi janda di malam pertama bukanlah impian dari setiap wanita di dunia. Tapi Marta bersyukur, ia dapat mempertahankan kesuciannya saat suamin...