55

9.8K 1.2K 7
                                    

"Lova dalam bahaya! Kalau aku kalah, Lova tidak akan mendapatkan penawar racun dari Baron!" teriak Zain lagi. 

Tidak ada pilihan lain bagi Zain. Ia memang menyadari kemampuannya hanya sebatas ini. Terlalu lama vakum dari dunia balap, membuat Zain tertinggal jauh taktik dan kemampuannya di arena balap.

Rencana Zain berhasil. Seketika Ferdy memperlambat laju motornya. Ferdy dibuat terkejut dengan penuturan lawannya.

"Maksudmu?" tanya Ferdy tidak mengerti.

"Baron membohongimu, istriku saat ini disandera olehnya Baron. Dia disuntik racun yang sangat mematikan. Kalau aku kalah, istriku tidak mendapat suntikan penawar itu lagi," jelas Zain, motor mereka berhenti. Tapi Zain dan Ferdy memainkan gasnya agar terdengar balapan sedang berlanjut. Motor mereka berhenti di tengah jalan, jauh dari penonton yang tidak mengetahui kalau mereka sedang berdiskusi.

Ferdy mengangguk paham. Ia sangat marah pada Baron yang telah mempermainkannya.
"Kau salip aku saat mendekati finish!" kata Ferdy lalu kembali melajukan motornya, dan Zain menyusul di belakang. Dan benar saja, saat akan sampai ke finish, dengan cepat Zain menyalip motor Ferdy. Ia pun kembali memenangkan pertandingan.

Dokter jaga yang mendapatkan perintah dari Baron, langsung menyuntikan penawar racun di selang infus Marta yang dapat dilihat oleh Zain melalui video call.

Setelah panggilan Baron dan dokter jaga dimatikan, anak buah Alva segera melakukan tugasnya. Mereka melumpuhkan penjaga dengan mudah. Very dan Bima lalu masuk ke dalam kamar untuk membawa Marta ke luar dari rumah itu. Marta yang terkulai lemah, didudukan di kursi roda dan dibawa keluar menuju mobil yang sudah disiapkan. 

"Tria, kau rawat Marta dengan baik," pesan Very.

"Baik, Dok," jawab Tria.

"Bim, bawa ke rumah sakit gue. Kalian akan dikawal oleh anak buah Alva."

"Beres, serahkan padaku," kata Bima dibalik kemudi.

"Dokter mau ke mana?" tanya Tria.

"Aku akan menemui, Alva," jawabnya lagi.

Dan di sinilah Alva, ia sudah berhasil melumpuhkan para penjaga Baron. Alva sudah menguasai markas dan siap menyambut kedatangan Baron dari arena balap liar bersama para pasukannya.

"Perang akan dimulai." Alva tersenyum menyeringai. Matanya sudah memerah dan tangannya sudah mengepal kuat.

"Kau harus binasa di tanganku, Baron!" geram Alva.

***

Tubuh Zain luruh ke tanah setelah melihat Marta kembali mendapat suntikan penawar racun. Kedua lututnya ia pakai untuk menopang tubuhnya. Tadi Zain hampir saja kalah, bahkan sebenarnya ia telah kalah kalau saja Ferdy tidak mengalah padanya.

Zain sudah tidak tahu lagi, sampai kapan ia akan bisa bertahan. Dirinya bukan pembalap hebat seperti dulu lagi. Selama tujuh tahun lebih ia keluar dari geng Baron, selama itu pula Zain berusaha merubah dirinya menjadi lebih baik. Zain menangis dalam riuhnya suara penonton yang meneriakkan namanya, tidak ada kebanggaan seperti dahulu saat dirinya masih remaja. Zain merasa kalah dalam kemenangan.

Tiba-tiba pundaknya ditepuk oleh seseorang, Zain mendongak. "Ferdy ..." lirihnya.

Ferdy tersenyum. "Saya minta maaf, Pak Zain. Sesaat saya emosi saat mendapatkan informasi dari Baron, bahwa Anda telah mempertaruhkan istri Anda dalam balapan ini. Seketika saya menjadi ambisi untuk memiliki Marta," kata Ferdy.

Zain duduk di tanah, ia melemparkan kerikil-kerikil kecil ke dalam lubang galian dan sudah berisi air, sehingga membentuk seperti kolam-kolam buatan.

"Jangan terlalu resmi, ini bukan di kantor, panggil nama saja," ujar Zain.

LOVA {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang