25

621 50 3
                                    

🍁🍁

Hari ini Marta kembali pergi ke resto dan duduk di bangku yang biasanya didudukinya. Marta tidak membawa laptop, karena ia sedang janjian dengan Mifta.

Marta mengedarkan pandangannya, tanpa diduga Marta melihat Zain menghampiri seorang wanita yang Marta kenali dan mencium tangannya. Itu Ratih.

Zain tidak pernah menyentuh tangan wanita saat bersalaman, tetapi kali ini Zain bahkan mencium tangan lawan bicaranya. Hati Marta sudah tak karuan, ia tidak pernah menyangka kalau Zain mengenal wanita yang pernah beberapa kali ditemuinya.

Ponsel Marta bergetar dan Marta menerima panggilan telepon.

"Gak jadi dateng ya? Ya udah, hati-hati di jalan. Nanti aku hubungi lagi." Marta menutup panggilan teleponnya.

Tiba-tiba Marta dikejutkan dengan hadirnya seorang pria setengah baya yang memakai pakaian formal. Dapat dipastikan kalau pria itu adalah orang yang mempunyai jabatan di sebuah perusahaan, karena Marta kemarin juga bertemu dengannya sedang membahas masalah penting dengan rekannya. Pria itu adalah orang yang tersenyum genit kepadanya kemarin.

"Sedang menunggu seseorang?" tanyanya.

"Iya." Marta menjawab.

"Saya Lukas. Boleh duduk di sini?" Lukas memperkenalkan diri sekaligus meminta izin.

"Untuk apa ya, Pak? Ini bangku untuk teman saya." Marta beralasan.

"Hanya lima menit." Lukas menawar.

Marta terdiam sejenak kemudian menyetujuinya. Marta ingin lihat, apa yang akan dilakukan Lukas kepadanya.

"Saya perhatikan kamu sering datang kemari. Apa Setiap hari menunggu seseorang?" Lukas bertanya sembari memindai tubuh Marta dari ujung rambut sampai ke bagian tengah.

Marta memakai dres dengan belahan leher berbentuk V, berlengan pendek dan berbahan sifon itu membalut tubuh Marta dengan anggun. Potongan dres dengan garis princes membuat dres itu sangat pas di badan Marta. Panjang dres yang di atas lutut, menampilkan kakinya yang jenjang dibalut sepatu berwarna putih.

Marta melihat ponselnya kembali yang bergetar, ada pesan masuk dari Mifta. Setelah membacanya, Marta meletakkan ponselnya kembali di atas meja, kemudian Marta melihat ke arah Zain yang sedang duduk di ujung sana, tanpa sengaja pandangan mata mereka bertemu.

"Iya. Saya selalu menunggunya untuk mendatangi saya." Marta menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari Zain.

Lukas manggut-manggut, kemudian meletakkan tangannya di atas meja dan dengan sengaja menyentuh tangan Marta.

"Kamu tidak perlu menunggu orang lain lagi, karena aku bersedia menemanimu setiap hari. Apapun yang kamu minta, akan aku penuhi." Lukas membawa tangan Marta di depan wajahnya dan menciumnya.

Marta terkejut dan menarik tangannya dengan cepat, kemudian menampar Lukas dengan keras.

"Bajingan!" Marta berteriak.

Lukas tidak terima dan balik menampar Marta.

"Pelacur sepertimu berani-beraninya menamparku!"

"Aku bukan pelacur!" Marta marah dan menyiramkan minuman di wajah Lukas.

"Tua Bangka, bau tanah!"

Lukas akan menampar Marta lagi, tetapi Zain datang dan meninju wajah Lukas hingga pria itu jatuh tersungkur.

"Pergi atau kulaporkan polisi karena telah melecehkan pengunjung restoranku!" hardik Zain.

Lukas menyeka sudut bibirnya, "Pak Zain, anda membela pelacur ini? Anda tidak ingat kalau kita sedang melakukan kerja sama?" Lukas mengingatkan kontrak yang belum lama ini mereka tandatangani bersama.

LOVA {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang