Keesokan harinya, rumah baru Zain dan Marta sudah ramai dengan kehadiran keluarga Nugraha dan Andi. Laki-laki paruh baya yang berbesanan itu sedang mengobrol di ruang tamu ditemani kopi dan camilan di depannya. Sedangkan Ratih dan Ayu, sibuk mengatur makananan yang akan dihidangkan untuk para tamu.Ismawan dan Alva tampak kompak mengatur tempat acara, walaupun hanya syukuran rumah, tapi Zain ingin ada sedikit tausiah sebagai inti dari acara doa bersama itu. Setelah semua persiapan selesai, para tamu undangan berdatangan. Mereka memenuhi kursi-kursi yang telah disiapkan.
Tidak hanya para kerabat, Mifta juga hadir atas undangan dari Marta.
Alva memperhatikan dua orang wanita yang duduk di bangku para tamu. Alva lalu menghampiri Mifta dan Dena dan mengajak ke dua wanita itu untuk masuk ke dalam rumah menemui Marta yang sedang menyusun bingkisan untuk dibawa pulang para tamu undangan sebagai oleh-oleh.
"Va, pinjam gamis untuk mereka berdua. Datang ke pengajian pakai baju seperti itu," ucap Alva kepada Marta.
"Selesai acara, aku mau ngurir, ribet kalau pake baju aneh-aneh," jawab Mifta.
"Besok kamu kerja di cafe bantuin Lova. Gak usah ngurir lagi," ucap Alva.
"Gak mau," tolak Mifta yang tahu kalau Cafe Lova sebenarnya adalah milik Alva.
"Kau milih kerja padaku, atau penuhi janjimu?"
"Kerja di Cafe," sahut Mifta cepat.
Alva tersenyum dan menepuk-nepuk kepala Mifta, "Kalau nurut kan enak," ucapnya.
"Jangan pegang kepala, pamali." Mifta menampik tangan Alva.
"Va, bawa dia ke kamar untuk ganti baju," pinta Alva.
"Yuk ke kamar atas, aku pinjemin baju." Marta mengajak Mifta ke kamarnya.
Tak lama kemudian, Mifta dan Marta turun lagi ke bawah dengan memakai gamis.
"Lova, aku aneh banget pake ginian." Mifta tidak nyaman dengan pakaian yang ia kenakan saat ini.
"Cantik, kok. Suer." Marta mengangkat dua jari tangannya.
"Ini siapa? Cantik bener." Ayu pangling melihat penampilan Mifta yang memakai gamis dan kerudung berwarna biru muda.
"Mifta, tante," jawab Mifta malu.
"Eh, jadi cantik pakai gamis," puji Ayu.
"Tuh, kan. Cantik pakai baju ini." Marta meyakinkan Mifta, "Gimana, Al? Cantik gak?" Marta bertanya kepada saudaranya yang sedang mengobrol dengan suaminya.
Untuk sesaat Alva terdiam, tetapi sudut bibirnya berkedut melihat penampilan Mifta yang berbeda dari sebelumnya.
"Biasa aja," jawab Alva yang lalu pergi bersama dengan Zain entah ke mana.
"Jelas-jelas dia nahan senyum," ucap Marta tak terima dengan komentar Alva.
Tak lama kemudian, Azka datang bersama dengan Dena. "Mba Marta, ada yang nyariin."
Marta tersenyum melihat kehadiran Dena, mantan perias pengantinnya itu memakai rok panjang berbahan jeans, kemeja panjang dan jilbab pasmina.
"Gue gak telat kan?" tanya Dena kepada Marta.
"Belum mulai kok acaranya," jawab Marta. "Oh, iya. Kenalin ini Mifta." Marta memperkenalkan Mifta kepada Dena, dan kedua wanita itu saling berjabat tangan.
Sebenarnya Mifta dan Dena pernah bertemu di acara syukuran pernikahan Marta, tetapi mereka belum sempat berkenalan waktu itu.
"Mba, bang Arkan mana? Kok nggak kelihatan dari tadi?" tanya Azka, dia sudah berkeliling untuk mencari Arkan, tetapi tidak ketemu juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVA {Tamat}
RomanceEPISODE MASIH LENGKAP! Judul sebelumnya, KESUCIAN SANG JANDA. Jangan lupa follow sebelum baca ya... *** Menjadi janda di malam pertama bukanlah impian dari setiap wanita di dunia. Tapi Marta bersyukur, ia dapat mempertahankan kesuciannya saat suamin...