47

13.4K 1.4K 12
                                    

Sudah tiga hari ini Ardha hanya duduk diam di club malam tanpa meminum satu tetes pun minuman keras. Entah kenapa beberapa hari ini ia sudah tidak berselera untuk minum-minum. Wanita-wanita yang menawarkan diri padanya selalu diusirnya dengan kasar. Benar-benar Ardha bukan seperti orang yang Very kenal.

"Bro, lo sudah mau tobat?" sindir Very.

"Tobat gue masih jauh!" tukas Ardha sambil menghisap rokoknya.

"Tumben nggak minum?"

"Lagi nggak selera."

"Masih patah hati?" ledek Very.

"Sial, lo!" Ardha melempar Very dengan korek api tapi Very berhasil menghindar dan malah tertawa terbahak-bahak.

"Bro, lo udah bener ngambil keputusan. Lo akan menjadi orang yang paling jahat kalau sampe lo tega merebut istri dari adik lo. Sekejam-kejamnya lo, gue yakin kalau lo masih punya hati untuk melihat adik kandung lo bahagia," ucap Very setelah ia menghentikan tawanya.

Ardha membuang nafas kasar, disandarkannya tubuhnya di sofa empuk itu.

"Gue akan mengubur cinta dalam diri gue dalam-dalam. Gue nggak mau jatuh cinta lagi. Zain memang pantas bersama Marta, mereka sama-sama sholeh dan sholehah. Gue aja nyampe bingung berapa kali Zain sholat dalam sehari. Yang gue tau, sholat itu lima waktu. Tapi adek gue, subuh sholat, pagi sholat, siang sholat, malem sholat, jam tiga pagi masih aja sholat. Nggak panas tuh dengkul kebanyakan sujud," tutur Ardha hingga membuat Very terbahak kembali.

"Lah elo, kebanyakan olah raga di kasur apa nggak panas itu dengkul lo?" sindirnya.

"Itu lain, bego'! Itu sudah kebutuhan gue." Ardha membela diri.

"Hahahahha, memang dasar calon penghuni neraka jahanam lo!"

"Lo juga!"

***

Siang hari di kantor Zain, Marta menenteng kantong berisi makan siang untuk suaminya yang dimasaknya sendiri tadi di rumah. Dengan mengendarai mobil miliknya, Marta sampai kantor Zain tepat pukul sebelas siang. Marta berjalan menuju meja resepsionis untuk menanyakan apakah suaminya ada di dalam atau tidak. Marta memang tidak memberitahukan kedatangannya untuk mengantarkan makan siang, ia ingin memberi kejutan untuk suaminya.

"Maaf, Mba. Pak Zain apakah ada di ruangannya?" tanya Marta dengan nada yang lembut.

Resepsionis itu melihat penampilan Marta, memakai gamis dan kerudung panjang serta menenteng kantong kain berisi makanan.

"Maaf, Mba siapa ya? Sudah ada janji?" tanya resepsionis.

Marta menggeleng, "Belum, Mba ... saya istrinya," jawab Marta ramah.

Resepsionis tertawa, "Mba. Mba itu adalah wanita ke tujuh belas kali yang mengaku-ngaku sebagai istri dari Pak Zain," katanya.

"Sudah sana pulang, sebelum ku panggil satpam!" lanjutnya membentak Marta dengan nada tinggi.

Marta terbelalak, dadanya langsung bergemuruh mendengar bentakan dari orang yang baru sekali ditemuinya. Ia tadi sudah bersikap lemah lembut tapi kenapa diperlakukan kasar begini? Belum tau siapa Marta rupanya.

Marta lalu meletakan barang bawaannya keatas meja. Dan ....

BRAAKK!! Marta menggebrak meja keras-keras, hingga membuat seluruh orang di loby itu memandang kearahnya.

"Jangan mentang-mentang gue pake gamis, lo kira gue wanita lemah yang mudah lo bentak-bentak!" sentak Marta, sorot matanya tajam menatap wajah resepsionis wanita itu.

"Hey, berani ya kamu sama saya!! satpaaaaam!!!" teriak resepsionis.

Dua satpam langsung datang mendekat.

LOVA {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang