09

23.3K 2.5K 22
                                    


Jreng.... jreng.....

"Akhirnya ku menemukanmu
Saat hati ini mulai merapuh
Akhirnya ku menemukanmu
Saat raga ini ingin berlabuh"

"Kuberharap engkau lah
Jawaban sgala risau hatiku
Dan biarkan diriku mencintaimu
Hingga ujung usiaku"

Reff

"Bila nanti nanti kusanding dirimu
Miliki aku dengan sgala kelemahanku
Dan bila nanti engkau disampingku
Jangan pernah letih tuk mencintaiku."

Lagu milik Naff berhasil dinyanyikan dengan sangat merdu.

Selama Zain bernyanyi, Marta hanya memandang ke arah panggung kecil di cafe miliknya. Kedua tangannya menopang di dagu, senyumnya mengembang. Ingin rasanya ia berlari ke sana dan bernyanyi bersama. Tetapi rasa itu buru-buru ditepisnya. Marta tidak mau dianggap sebagai perempuan murahan yang sudah dekat dengan laki-laki lain setelah pernikahannya kandas hanya dalam waktu yang singkat.

Apa omongan orang-orang nanti kepadanya? Walaupun Alva menjanjikan akan membungkam mulut orang-orang yang membicarakannya, tapi Alva tidak akan bisa membungkam fikiran-fikiran buruk orang lain tentangnya.

Marta mendongakan kepalanya ketika lagu berhenti, kenapa hening sekali fikirnya. Marta lalu ke luar dari bartender memandang sekeliling cafenya. Ternyata semua karyawan sedang menatap Zain. Ada yang duduk sambil senyum-senyum, ada juga yang berdiri sambil meremas-remas serbet di tangannya. Seolah2 Zain menyanyi untuk mereka. Padahal sedari tadi pandangan mata Zain hanya memandang kearah wanita di balik meja bartender itu.

Karyawan laki-laki juga seperti memperhatikan sosok pria yang ketampanannya di atas rata-rata dari mereka. Mereka ingin mencari tahu bagaimana caranya membuat wanita-wanita di dalam cafe itu terpaku menatapnya.

Marta yang melihat ketidak-beresan pada karyawan nya itu berkacak pinggang.

"Hey! kerja ... kerja! Cari duit yang banyak biar cepet kaya!" perintah Marta sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

Zain menahan senyumnya sambil menunduk. Ia tidak menyangka jika nyanyiannya akan menghipnotis orang-orang di dalam cafe itu.

Zain hanya berniat menghibur Marta dan mengikuti kata hatinya.

"Turun, Zain! Jangan membuat karyawanku malas bekerja karna kelamaan ngeliatin kamu nyanyi!" seru Marta dari bawah.

Zain meletakan kembali gitar di tempat semula lalu berjalan menghampiri Marta dan berdiri di hadapannya dengan jarak satu meter.

"Kenapa? Kamu cemburu?" goda Zain disertai senyuman jahilnya.

"Enggak!" sahut Marta kesal.

Zain tertawa melihat wajah lucu Marta, sangat menggemaskan.

"Aku akan kembali ke Pesantren menjemput mamaku. Tadinya aku hanya lewat jalan ini dan tanpa sengaja aku membaca nama Cafe Lova. Aku jadi teringat dirimu, makanya aku mampir kemari," terang Zain.

"Kamu anak pesantren, Zain? Pasti selera kamu ukhti-ukhti berhijab syar'i?"  tutur Marta menyembunyikan perasaannya.

Zain-pun tertawa, "Lelaki mana yang tidak menginginkannya? Setiap lelaki muslim, pasti menginginkan wanita seperti itu untuk mnjadi istrinya," terang Zain.

Marta pun mengangguk setuju."Iya. Kamu benar, Zain."

Zain tersenyum dan memandang wajah Marta. "Terima kasih teh tariknya. Aku suka."

"Suka teh tariknya?"

Zain hanya tersenyum sebagai jawaban atas pertanyaan Marta.

 "Assalamualaikum." Zain mengucapkan salam.

LOVA {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang