Sementara Alva, Ardha, dan Very, sudah tiga hari ini ia mencari keberadaan dokter ahli kimia yang Very kenal itu. Tapi dokter itu menghilang tanpa kabar. Menurut informasi, sudah dua tahun ini, dokter itu mengundurkan diri dari tempatnya bekerja. Hingga di hari ke tujuh mereka mencari, ternyata dokter itu ditemukan di sebuah bangunan tua di pinggir kota bersama beberapa dokter lainnya."Apa yang terjadi dengan kalian?" tanya Alva, mereka telah melumpuhkan para penjaga tempat itu terlebih dahulu.
"Kami diculik oleh orang yang tidak dikenal, Pak, dan kami dipaksa untuk bekerja di sini" kata salah satu dokter.
"Kalian bukannya dokter bedah? Dan tempat apa ini?" Very memeriksa sekeliling. Ada banyak ruangan di dalam sini. Ternyata dari luar adalah bangunan tua, tapi di dalamnya seperti ruangan operasi dan kamar perawatan rumah sakit.
"Kami dipaksa melakukan pembedahan untuk mengambil organ tubuh manusia. Kalau kami tidak mau, keluarga kami yang akan mereka bunuh," jelas dokter yang sudah terlihat senior.
"Dasar badebah kau, Baron!!" teriak Alva, nafas Alva sudah naik turun menahan amarah.
"Lalu di mana Dokter Bima?" Very berjalan mendekat, ia mencari dokter kimia yang dikenalnya.
"Mungkin sedang melakukan penelitiannya, Dok," jelas dokter yang lainnya.
Very lalu melangkahkan kaki menyusuri setiap ruangan, ternyata benar kalau Dokter Bima sedang ada di dalam ruang laboratorium yang lengkap.
"Gila, di dalam sini ada ruangan kaya gini." Very berdecak kagum.
"DOKTER BIMA!" teriak Alva, ia sudah tidak sabar dan langsung menerobos masuk diikuti oleh Ardha.
"Kalian, kenapa bisa datang kemari?" Dokter Bima gemetaran melihat tiga orang pria gagah berjalan mendekatinya.
"Kenapa? Dokter takut? Apa Dokter melakukan sesuatu?" tanya Alva penuh selidik.
"Maaf ... saya ... saya tidak melakukan apapun!" kata Bima, semakin gemetaran.
"Saya tidak menyangka, Dokter Bima bisa bergabung dengan seorang Mafia kejam," sarkas Very.
"Tutup mulutmu, Dokter Very! Anda tidak tahu apa-apa tentang hidup saya! Anda tidak tahu seberapa besar kebutuhan keluarga saya! Di sini kami dibayar mahal, tidak seperti di rumah sakit biasa!" sentak Bima.
Alva lalu mencekik leher Bima, mendorongnya hingga membentur tembok. "Katakan! Di mana wanita hamil yang sedang disekap oleh Baron. Kau pasti tahu dan Kau juga pasti yang sudah memberikan racun mematikan di tubuh saudaraku itu!!!" teriak Alva. Bima meronta-ronta minta dilepaskan.
"Al, kalau kau membunuhnya, kita tidak mendapatkan informasi apapun!" sergah Ardha berusaha menghentikan Alva.
Alva lalu menghempaskan tubuh Bima ke lantai, hingga Bima terbatuk-batuk karna hampir kehabisan nafas.
"Akan kuberikan kau uang satu milyar, kalau kau bisa memberitahukan di mana Marta berada dan kau berikan penawar racun itu kepadaku," kata Ardha menatap tajam Bima.
Bima menggelengkan kepala, "Wanita yang kalian cari tidak ada di sini. Dan saya hanya dapat membuat penawar racun yang hanya bisa melemahkan racun itu selama tiga hari. Setelah itu, racun akan kembali bekerja," jelas Bima, Ia sudah berdiri saat ini.
"Itu artinya wanita itu tidak akan pernah sadar, walaupun disuntik ramuan penawar seumur hidupnya?" tanya Very meminta penjelasan.
Bima mengangguk pelan.
Alva memukul tembok dengan keras. "Lovaaaa!!" teriaknya histeris, tubuh Alva sudah luruh ke latai. Alva merasa gagal menjaga saudaranya.
Ardha juga langsung duduk bersimpuh. Ia juga ikut menangis, membayangkan orang yang masih mengisi hatinya itu harus menderita seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVA {Tamat}
RomanceEPISODE MASIH LENGKAP! Judul sebelumnya, KESUCIAN SANG JANDA. Jangan lupa follow sebelum baca ya... *** Menjadi janda di malam pertama bukanlah impian dari setiap wanita di dunia. Tapi Marta bersyukur, ia dapat mempertahankan kesuciannya saat suamin...