Sesampainya di rumah sakit, mereka tidak langsung pergi menemui Marta, tetapi mereka berempat pergi menemui Very yang sedang berada di depan ruangan ICU tempat Tio dirawat. Setelah mendapat kabar kalau Tio adalah saksi Zain, pihak rumah sakit memberikan perawatan dan penjagaan khusus kepada Tio.
"Bagaimana Tio?" tanpa basa-basi Alva bertanya kepada Very.
"Sudah ada kemajuan, tadi tangannya sudah mulai ada pergerakan." Very menjawab Alva, tetapi perhatiannya langsung teralihkan kepada seorang wanita yang juga ikut datang bersama dengan Alva. "Karamina?" Very memastikan.
Kara tersenyum kecil dan mengangguk, "Iya. Apa kabar?"
"Baik, temanku juga baik." Very menjawab. Kemudian perhatiannya teralihkan kepada Alva "Sepertinya kalian sudah akur." Very melihat Alva dan Kara secara bergantian.
"Itu masa lalu. Lagi pula saya masih hidup sampai sekarang." Kara menjawab.
"Maaf, Nona Kara. Aku belum meminta maaf secara resmi." Alva melihat Kara dan tulus mengatakannya.
Kara tersenyum, "Gak apa-apa. Itu bagian dari pekerjaan Anda, Pak Alva."
"Emang ada apa dengan kalian di masa lalu?" Ismawan penasaran karena dia sendiri yang sepertinya tidak paham terhadap situasinya.
"Gak perlu tau, gak ada manfaatnya buatmu," ucap Alva.
Kara dan yang lainnya hanya bisa menahan tawa melihat Ismawan. Kara kemudian meminta izin kepada Very untuk masuk ke dalam ruang ICU. Tidak lama Kara berada di dalam, ia kemudian ke luar dengan wajah tersenyum.
"Sebentar lagi dia akan sadar," ucap Kara.
"Ajaib banget obatnya bisa langsung sadar." Ismawan berkomentar.
Lagi-lagi Kara tertawa mendengar ucapan Ismawan, "Pasien sebenarnya sudah sadar, tetapi karena terlalu lama tertidur, membutuhkan waktu lama untuk dapat mengaktifkan kembali saraf dan tubuhnya. Obat yang aku berikan hanya untuk mempercepat pemulihan saja," jawab Kara.
Kara dan Bima kemudian pamit, sebelum pamit, Kara menyempatkan diri untuk melihat kondisi Marta.
"Terimakasih, Mba Kara," ucap Marta sambil menggenggam tangan Kara.
"Maaf ya, Anda celaka karena aku."
"Enggak apa, Mba. Yang penting semuanya selamat."
Kara tersenyum dan mengelus perut Marta, "Dia akan menjadi anak yang hebat."
"Aamiin." Marta mengamini doa Kara.
Sebelum Kara pergi, Marta meminta Kara untuk mampir ke rumahnya sebelum kembali ke Roma, dan Kara menyetujui permintaan Marta. Selepas kepergian Kara, gantian Alva yang masuk menemui Ayu, Andi, dan juga Marta.
Di pertemuan yang pertama setelah berhari-hari tidak berjumpa, Alva harus menjawab banyak pertanyaan dari keluarganya, dan juga Marta. Semula Alva ingin menutupi apa yang telah terjadi pada Zain, tetapi melihat kerasnya keinginan Marta untuk mengetahui bagaimana kondisi Zain, Alva akhirnya mengatakan yang sebenarnya.
Shock? Sangat. Marta sangat terpukul mendengar suaminya dipenjara karena tuduhan yang belum jelas kebenarannya, tetapi Alva mengatakan kalau Zain bisa bebas kalau Tio bisa sadar dan memberikan kesaksian, dan orang yang bernama Ozil berhasil ditangkap. Karena menurut penyelidikan yang dilakukan anak buah Alva, Ozil adalah orang yang telah meracuni pikiran Baron untuk menangkap Zain.
"Pasti, motif balas dendam," tebak Marta, ia ingat siapa Ozil yang dimaksud Alva.
Alva menganggukkan kepalanya, "Ozil pernah dipenjara karena tuduhan melukaimu, tetapi Zain tidak mendapatkan hukuman. Sedangkan menurut Ozil, Zain lah yang telah melukaimu." Alva menerangkan apa yang telah ia simpulkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVA {Tamat}
RomansaEPISODE MASIH LENGKAP! Judul sebelumnya, KESUCIAN SANG JANDA. Jangan lupa follow sebelum baca ya... *** Menjadi janda di malam pertama bukanlah impian dari setiap wanita di dunia. Tapi Marta bersyukur, ia dapat mempertahankan kesuciannya saat suamin...