30

14.7K 1.7K 24
                                    

"Zain." Ismawan menepuk-nepuk pundak Zain untuk menenangkan sahabatnya. Zain sedang terduduk di sofa ruang tamu. Ia baru saja mendengar cerita dari Ardha kalau mamanya merasa sangat bersalah dengan perlakuannya kepada Marta. 

Ardha semalam mengunjungi Ratih, sembari mengembalikan dompet dari Alva.

"Kamu tidak mau mengunjungi Mama, Zain?" tanya Ardha. Ia ikut duduk di sebelah Zain. 

"Kamu masih marah dengan mama?" Ardha mengubah pertanyaannya. 

Zain menggeleng. "Tidak, Kak," jawab Zain singkat.

"Sudah lebih dari tiga bulan kamu tidak mengunjungi mama, kamu mau menyiksa mamamu dengan menahan rindu sama anak kesayangannya?"

Benar juga, sudah lebih dari tiga bulan Zain tidak mengunjungi Ratih. Kesibukan di kantor baru dan rasa kecewa yang amat mendalam, membuat Zain menahan diri untuk tidak bertemu dengan mamanya.

"Temui mama, Zain. Jangan kamu menjadi anak durhaka dengan mengabaikannya." Ardha beranjak dari sofa dan naik ke kamarnya.

Zain hanya mengangguk mendengar nasihat Ardha. Kemudian Zain mengambil ponselnya dan melihat foto Marta. Ia baru menyadari kalau sudah lama sekali Zain tidak mendengar kabar Marta. Walaupun Zain sudah berkata kalau tidak akan mencari Marta, tapi tetap saja Zain merasakan rindu dan ingin tahu kemana Marta pergi. Marta lalu mengubungi Alva untuk bertanya.

"Maaf, Tuan. Saya tidak dapat memberikan informasi apapun di mana Lova berada. Silahkan Tuan mencarinya sendiri. Saya sudah berjanji untuk tidak memberitahukan keberadaan Lova atas permintaannya." Begitulah jawaban Alva saat Zain menanyakan keberadaan Marta.

"Apa ini hukuman buatku, Al?" gumam Zain yang tidak bisa mendapatkan informasi apapun dari Alva. Zain lalu pergi menemui Arkan di cave Lova. 

"Maaf, Bang, aku tidak tahu di mana Kak Lova. Yang aku tahu, Kak Lova pergi jauh," terang Arkan.

Zain mencari Marta semampunya. Ia meminta bantuan kepada anak buahnya dan anak buah Ardha untuk mencari, tapi pencariannya tidak membuahkan hasil walaupun tiga bulan sudah berlalu.

"Bukahkah kalian sepakat berpisah? Kenapa masih dicari?" Ratih bertanya kepada putranya saat Zain mengunjungi Ratih.

"Zain jatuh cinta lagi sama Lova saat lihat Lova memakai hijab." Zain terkenang saat melihat Marta malam itu.

"Insha Allah kalau kalian jodoh, kalian akan dipertemukan lagi, Nak." 

"Sulit, Ma. Lova sudah gak mau sama Zain." 

"Maafkan Mama karena sempat menghalangi hubungan kalian, Mama masih merasa bersalah," sesal Ratih.

"Mama nyesel?"

Zain mengangguk.

"Mama mau Zain bahagia?"

"Tentu."

"Zain ada satu permintaan, dan Mama harus kabulkan," ucap Zain.

"Apa itu, Zain?"

"Mama rujuk sama Papa," pinta Zain.

"Zain, itu tidak mungkin. Papamu membenci Mama, kami tidak mungkin bersama-sama lagi."

"Kalau Papa mau kembali sama Mama, apa Mama mau?"

Ratih tidak bisa menjawab begitu saja, baginya mustahil kalau Nugraha akan mengajaknya kembali bersama. 

"Ckk, masalah perempuan lagi?" Ardha melihat Zain memandangi foto Marta di meja makan. "Itulah kenapa aku tidak mau menikah, ribet berurusan dengan wanita. Kita harus mengalah, apalagi kalau tidak lagi ada kecocokan. Cerai, seperti mama sama papa. Lalu anak-anaknya yang jadi korban ... seperti kita," ucap Ardha lagi, sambil menyantap makan malam di meja makan dengan santai.

LOVA {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang