58

11.4K 1.4K 11
                                    

POV MARTA

Entah sudah berapa lama aku tertidur, aku juga tidak tau apa yang terjadi dengan tubuhku. Aku hanya ingat saat terakhir aku pingsan, aku sedang berada di taman komplek. Saat itu aku sedang melihat suamiku bermain basket dan ada anak kecil yang menarik tanganku untuk melihat keadaan orang tuanya yang pingsan di bawah pohon. Lalu tiba-tiba mulutku dibekap menggunakan sapu tangan berbau alkohol, dan seketika aku sudah tidak sadarkan diri.

Saat aku tersadar, aku telah berada di sebuah kamar. Tapi kenapa fasilitasnya seperti kamar rumah sakit? Padahal aku yakin ini bukan di rumah sakit. Karna kalau ini di rumah sakit, tidak mungkin kedua tanganku diikat keatas, dan kakiku juga diikat seperti seorang pecandu narkoba yang sedang sakau.

Aku meronta tapi percuma saja. Aku malah takut kalau aku banyak bergerak, bayi dalam kandunganku ini akan kenapa-napa. Akhirnya aku pasrah saja sambil terus berdoa, semoga Allah mengirimkan orang yang bisa menolongku keluar dari sini.

Lalu tiba-tiba pintu kamar terbuka, aku menoleh dan ternyata dua orang pria datang mendekatiku. Satu orang berpakaian dokter, dan satu orang lagi berpenampilan serba hitam. Tapi senyumannya sangat menyeramkan untukku.

"Halo, Nyonya Zain? Apa kau menjaga anakmu dengan baik?" kata pria berbaju hitam itu, dan aku hanya menganggukan kepalaku.

"Siapa kamu?" tanya ku. Aku melihat wajahnya yang sudah setengah tua.

Lelaki itu malah tertawa terbahak-bahak.

Kurang ajar sekali dia, tertawa diatas penderitaan ku. Kalau aku gak diikat begini, sudah ku tendang juniornya, fikirku.

"Aku adalah orang yang akan mengambil anakmu, bayimu sudah cukup kuat untuk diambil dari perutmu itu," kata orang itu sambil tertawa lagi.

Aku terbelalak mendengarnya. Enak saja mau ambil bayi orang. Bikinnya susah-susah mau diambil begitu saja.

"Kalau kamu mau bayi, bikin saja sendiri. Ngapain juga ngambil bayi orang. Atau ambil aja tuh anak di panti asuhan yang jelas-jelas nggak punya orang tua. Kamu pasti dapat pahala besar," ucapku ketus. Tapi aku perhatikan wajahnya lagi, kenapa jadi berubah marah begitu.

"Aku hanya menginginkan keturunan dari Arroyan Zain Nugraha, tidak mau yang lain!" Dia berkata sangat keras hingga membuat telingaku menjadi sakit mendengarnya.

"Nggak usah teriak-teriak, aku juga dengar. Aku nggak tuli." Aku mencoba bersikap tenang, padahal rasanya jantungku seakan mau copot mendengar dia hanya menginginkan anak suamiku.

Lelaki itu datang mendekat, lalu mencengkeram daguku dengan tangan kekarnya yang berbulu.Ih bikin illfeel, itu tangan orang apa tangan monyet, banyak banget bulunya.

Aku meringis menahan sakit. "Jangan sentuh aku, kita bukan muhrim!!" teriakku.

"Kau terlalu banyak bicara, Nona Marta. Aku akan membuatmu tidak bisa bicara lagi untuk selamanya." Dan orang yang berpakaian dokter itu melepaskan ikatan tanganku. Tapi seketika tanganku terasa sakit seperti ditusuk oleh jarum.

"Apa yang kau lakukan!! Beraninya sama perempuan!!" Aku berteriak menjerit karena tanganku seperti disayat.

Tangan berbulu itu terlepas dari wajahku.
tapi tiba-tiba kepalaku terasa pusing dan aku kehilangan kesadaranku.

****

AUTHOR POV

Marta tersadar dari tidur panjangnya di rumah sakit. Matanya sedikit terbuka, lalu tertutup kembali. Kornea matanya memicing menyesuaikan cahaya di sekitar ruangan. Kepalanya masih terasa pusing dan tubuhnya sangat lemas. Setelah beberapa saat, kesadaran Marta sedikit demi sedikit menjadi lebih baik, ia bisa melihat papanya yang sedang tertidur di sofa, dan mamanya tidur di tepi ranjang pasien yang ditempatinya.

LOVA {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang