Selamat datang di Cafe dan Resto Gubuk Mas.
Sebuah papan nama ucapan selamat datang terpampang di depan bangunan unik yang hampir seluruh bangunannya terbuat dari bambu. Bambu itu memberikan kesan alami, artistik, teduh, unik dan tentu saja indah. Di sekitar area parkir banyak ditumbuhi pohon-pohon yang cukup rindang dan juga pohon bambu-bambuan yang berjejer sangat rapih dan terawat.
"Kita makan dulu ya, pasti pada laper. Kan tadi habis pada ngedrama," kata Arkan setelah semuanya turun dari mobil.
"Ngedrama pala lu!" Marta menoyor kepala Arkan dengan tangan kanannya, tetapi Arkan malah tertawa.
"Ya siapa tau ada Perang Badar lagi kaya seminggu yang lalu? Habisnya, tadi ada yang tiba-tiba minta peluk." Arkan langsung berjalan mendahului Marta dan kedua orang tuanya.
"Kakak terpaksa minta peluk kamu," elak Marta mempercepat langkah kakinya.
"Gurame bakar di restoran ini, rasanya juara, Pa." Arkan berbicara kepada Andi. Sebelumnya, Arkan memang pernah datang bersama teman-teman kampusnya.
"Oh, ya? Yuk lah sikat kalau gitu."
"Lah, si Bapak. Ngacir aja denger ikan bakar." Arkan mempercepat langkahnya disusul oleh Marta. "Papa, tungguin!" serunya.
Di pintu masuk, mereka disambut dengan ramah oleh seorang pegawai perempuan yang memakai hijab. Marta meminta untuk duduk di area bawah saja. Mereka semuapun mengikuti pelayan restauran menuruni anak tangga, kemudian berbelok ke kanan. Ada bangunan memanjang seperti pondok yang memiliki sekat-sekat dan terdapat satu meja besar di setiap sekatnya. Pondokan itu bisa menampung sekitar 5-6 orang dewasa.
"Di sini kita bisa sambil lihat ikan. Siapa tau, nanti Arkan makan ikannya kurang, jadi bisa langsung ngambil di kolam," celetuk Marta saat sudah berada di pondokan.
Seorang Waiters lalu menyodorkan buku menu dan siap mencatat pesanan. Bukannya memesan makanan atau minuman, Arkan malah berjongkok di bibir kolam ikan. Air kolam yang jernih membuat Arkan bisa melihat dengan jelas banyaknya ikan yang berenang di dalamnya.
"Waaah, ikannya gede-gede ya, Mbak. Boleh diambil nggak buat dipelihara di rumah?" Arkan heboh melihat ikan Mas dan Gurame dalam ukuran besar yang berenang bebas di kolam panjang yang berada di pinggir tempat duduk lesehan. Waktu Arkan ke restoran beberapa bulan yang lalu, lesehan ini sedang dibangun. Jadi belum ada kolamnya.
"Boleh, Mas. Asal harganya cocok, bisa diangkut." waiters itu menimpali ucapan Arkan dengan candaan.
"Mbaknya lucu. Boleh minta nomer hapenya, mbak?"
"Gak usah aneh-aneh deh, Ar. Buruan pesen. Kasian Mbaknya nungguin lama." Marta memukul kepala Arkan dengan buku menu di tangannya.
"Maaf ya, Mbak. Adik saya lupa minum obat, jadinya kumat."
Arkan mengaduh dan mengusap-usap kepalanya, sedangkan Waiters tadi tampak menahan senyum melihatnya.
Andi dan Ayu hanya geleng-geleng kepala, mereka lebih menikmati pemandangan di sekitar restoran sambil menikmati alunan musik yang dinyanyikan oleh penyanyi di panggung yang berada di tengan-tengah bangunan restoran ini.
"Boleh nyanyi gak, Mbak?" tanya Arkan sesaat setelah melihat ke panggung musik.
"Boleh, Mas. Ke sana aja langsung."
Tanpa pikir panjang, Arkan langsung berdiri dan menuju panggung. Tapi sepertinya ia melupakan sesuatu, hingga Arkan kembali dan berdiri di samping Waiters lagi.
"Mbak, pesenan saya Capucino float. Es krimnya minta yang rasa coklat, astornya yang warna merah ya. Untuk makanannya, saya mau nasi ayam bakar. Tapi ayamnya yang dada sebelah kanan, sambelnya cabenya ganjil dan gak pake lalapan timun."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVA {Tamat}
RomanceEPISODE MASIH LENGKAP! Judul sebelumnya, KESUCIAN SANG JANDA. Jangan lupa follow sebelum baca ya... *** Menjadi janda di malam pertama bukanlah impian dari setiap wanita di dunia. Tapi Marta bersyukur, ia dapat mempertahankan kesuciannya saat suamin...