Author POV
3 bulan kemudian"Aku minta maaf"
"Non Aura"
"Aku minta maaf"
"Maaf"
Pikiran Aura dipenuhi oleh kata-kata itu. Apalagi suaranya. Masih tersimpan rapi dalam telinganya.
Waktu itu, sebelum Aura pulang kekota. Putri menyempatkan bertemu 4 mata dengan Aura.
Namun, apalah daya. Aura terus-terusan menghindar, bahkan menganggap Putri itu tidak ada."Hah.....," Aura menghembuskan nafas berat.
Kini dia mulai terganggu lagi kesehatannya, atau bisa dibilang penyakit yang dideritanya bertambah.
Tubuh disandarkan ke kursi kerja. Jari tangan terus mengetuk-ngetuk meja dengan tidak berirama. Tatapan kosong, lurus kedepan. Dan, ekspresi sangat begitu dingin.
"Maaf," lirihnya.
"Hey"
"Ayo bangun, udah pagi log"
"HAH!," sontak, Aura langsung bangun dari tidurnya.
Ia memegangi kepalanya. Serasa pusing dan juga ingin mual.
'Apa tadi?' batin Aura sangat bingung.
Drrt
Drrt
DrrtHandphone yang berada diatas nakas pun berbunyi dan bergetar cukup keras.
"Ya halo?"
"..."
"Oh iya iya, saya akan segera kesana"
"..."
"Iya"
Tuut (Panggilan berakhir)
Aura tidak segera beranjak mandi. Ia malah sibuk melamun sekarang. Ingatan-ingatan dimasa lalu kini menganggunya lagi.
Tapi, kenapa Aura cukup tenang?.'Baru kali ini'
'Mimpiku berbeda' batinnya.
"Aneh," segera saja Aura bergegas mempersiapkan diri untuk pergi bertemu client.
Skip skip skip yok~
"Cafe Ohlalala," kini, Aura sedang mencari kafe untuk pertemuannya dengan client.
"Nah itu dia," setelah beberapa menit, akhirnya ia menemukan kafe yang dimaksud.
"Hei!," sapa Aura saat melihat sosok yang akan ia temui hari ini.
"Hei!," jawab seseorang itu sambil tersenyum melihat Aura.
"Sorry lama," ucap Aura.
"Selow gapapa," orang itu adalah Lidio. Iya, author katakan sekali lagi kalau itu adalah Lidio, cowok yang dulu tergila-gila dengan Aura saat masih kuliah.
"Lagian juga gua baru nyampe," sambung Lidio sambil tangannya memberi isyarat kepada pelayan agar kemari.
"Ohh. Kenapa ga dicafe biasanya?," tanya Aura.
"Pesen ini 2," Lidio memesan kopi dan sejenak tak menggubris Aura.
"Baik, mohon ditunggu," pelayan itu pun pergi.
"Bosen. View nya cuma itu-itu aja," Lidio beralasan, namun jujur. Aura mengangguk saja, tak bertanya lagi.
"Oke, daripada kita ga ngomong apa-apa, mending kita langsung aja keinti pertemuan ini," Lidio dengan nada tegasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Putri
RomancePutri, seorang wanita cantik yang berasal dari sebuah desa di salah satu wilayah Sunda. Yang hidup dengan kesederhanaan bertemu dengan pasangan takdirnya, pasangan sehidup semati yang tak disangka-sangka olehnya. Wanita tampan yang berdarah Jawa dan...