59.

2.5K 284 34
                                    

Author POV

Beberapa hari kemudian

"Bye Nek, Kek!," ucap Aura sambil melambaikan tangannya, yang berdiri disamping mobil Lamborghini kesayangannya.

"Hati-hati ya sayang!," ucap Indira, Neneknya.

"Jangan ngebut-ngebut!," ucap Aksaro, Kakeknya.

Setelah lamanya didesa, akhirnya Aura pun pulang. Namun, bukan pulang kerumahnya yang berada di kota, tetapi ia akan pulang ke Dubai. Ya Dubai.

Apakah Aura sudah benar-benar pindah sendirian disana?. Atau ia hanya akan melanjutkan bisnis dan pekerjaannya disana?. We don't know.

Aura mengangguk mantap. Dan bergegas akan menaiki mobilnya. Kedua satpam dirumah itu pun sudah membukakan gerbang dengan lebar. Untuk jalan keluar Aura bersama mobilnya.

"Eh?,"

Baru saja, Putri membelokkan arah sepedanya, menuju kearah perkarangan rumah Vanndless. Dia datang dengan membawa 1 kresek lumayan besar, yang dia taruh dikeranjang depan.

"...?," Aura berhenti sejenak untuk melihat Putri. Yang berhenti tepat tak jauh darinya.

Dengan raut wajah kebingungan dan canggung, Putri bergegas memarkirkan sepeda dan langsung menyambar kresek yang dia bawa, kemudian menuju ke arah Indira.

"B-Bu Ira, ini bahannya semua," ucap Putri agak gugup. Seraya menyodorkan kresek yang dia bawa.

"Oh iya, makasih ya Put," senyum Indira sambil mengambil kresek itu.

"Iya Bu sama-sama. Saya pamit," ucap Putri kepada Indira dan Aksaro. Kemudian bergegas akan pergi dari situ.

"Eh Putri tunggu!," ucap Indira kepada Putri.

"Iya Bu?," tanya Putri dengan sopan.

"Itu....," ucap Indira.

"Woy Ra!," teriak Aksaro kepada Aura.

Pasalnya, sedari tadi Aura hanya diam membeku disamping mobilnya. Sambil melihati Putri dengan lekat-lekat. Tak ingin melewatkan setiap gerak-gerik Putri sedikit pun.

"Ha?! Apa?!," buyar lamunan Aura saat dipanggil Kakeknya.

"Kenapa? Kok diem aja?, Ga masuk ke mobil?," tanya Aksaro.

"A-h. Iya," Aura gelagapan.

"Ini mau masuk," jawab Aura kemudian membuka pintu mobil.

Toel

"WOY!," Aura kaget sekaligus terkejut. Karena tiba-tiba Putri menTOEL lengannya dari belakang.

"Eh m-maaf," ucap Putri.

"...," dengan gagahnya Aura menghadap ke Putri dengan diam.

"M-Maaf, bu-bukan bermaksud ngagetin Non Aura," Putri tertunduk takut.

"...," Lagi-lagi Aura hanya diam. Dan melihati ujung kepalanya Putri, karena hanya itu yang bisa ia lihat, sebab dia lebih tinggi dari Putri yang hanya sebauhnya atau sedadanya? Atau se PENTIL nya?. Ya intinya segitu.

"Ada apa?," tanya Aura dingin namun lembut.

Seketika, Putri berani menatap mata Aura. Meski jarak mereka tidak terlalu dekat.

Deg
Deg

Jantung mereka langsung berdetak dengan cepat.

'Ahhh kenapa ini jantungku?' batin Putri.

Dia PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang