70.

2.6K 287 68
                                    

Author POV

"...," sedang menatap sesuatu dengan sangat serius.

"Ngeliatin siapa?," tiba-tiba seseorang muncul dari samping.

Pagi hari ini, disebuah rumah mewah. Tepat berada di jendela kamar yang berada dilantai dua. Seorang wanita tampan tengah memantau seseorang yang sedang berargumen dengan Neneknya didepan pintu rumah.

Wanita tampan ini tak berkedip sama sekali. Menatap seorang perempuan cantik yang sedang memakai seragam kerja itu.

"Hm?," Aura menoleh ke samping.

"Putri?," ucap Aksaro yang juga melihat kebawah.

"...," Aura tidak menggubris sama sekali ucapan Aksaro.

Kemudian Aura pergi begitu saja meninggalkan Aksaro yang sedang berdiri menatap Aura dengan sedih.

"Masih belum mau ngomong ternyata," ucap Aksaro melihat kepergian Aura.

Tep
Tep
Tep

Dengan langkah yang sangat cepat. Aura menuruni anak tangga satu demi satu dengan tergesa-gesa.

Entah mau kemana tujuannya, yang pasti sekarang ia sedang mengikuti kata hatinya.

"Loh he mau kemana kamu?," ucap Indira saat melihat Aura nyelonong keluar rumah.

"He!," panggil Indira saat Aura tak menggubris ucapannya. Malahan Aura sekarang mulai membuka pagar rumah.

"Udah biarin," Aksaro muncul dari arah belakang Indira.

"Tapi Pak....," Indira khawatir dengan Aura.

"Bu, biarin," ucap Aksaro dengan tegas.

"Ta-...... huh....," Indira pasrah dengan Aura.

"...," sejenak, sebelum Aura benar-benar pergi. Dia melihat ke arah Kakek dan Neneknya.

"...," Aura menatap mereka berdua seakan berbicara untuk izin pamit pergi.

Setelahnya, Aura benar-benar pergi dari rumah.

"Ga usah khawatir, dia ga akan kemana-mana. Dia ditempat biasanya," ucap Aksaro sambil merangkul Indira dengan sayang.

"Huft........ Oke," Indira sedikit lebih tenang.

"Yaudah, aku mau beres-beres rumah dulu," ucap Indira. Aksaro hanya mengangguk.

Mereka berdua pun masuk kedalam rumah dan mengerjakan kegiatan masing-masing.

Dilain tempat

"...," memperhatikan dengan sembunyi-sembunyi.

".....?," hanya diam menatap dengan tajam.

Aura, dengan memakai kemeja putih polos dibalut setelan jas berwarna hitam yang sedikit ketat karena tubuhnya yang kekar berotot. Tanpa sepengetahuan siapa pun, sekarang ia berada di pabrik. Tempat dimana orang-orang sedang bekerja dengan giatnya.

Jangan tanyakan kenapa Aura berada disini. Dan mengendap-endap seperti maling disini.
Jawabannya adalah karena Putri.
Iya, Putri.

"...,"

Aura mengikuti Putri dari rumahnya menuju pabrik milik keluarganya.

Entah apa alasannya Ia mengikuti Putri. Yang pasti, lagi-lagi Aura hanya mengikuti kata hatinya.

"Hm.....," dehem Aura dibalik salah satu pilar besi.

Jarak mereka tak begitu jauh, hanya terpaut beberapa meter saja.

Dia PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang